BAB 14

       Fadly tak kunjung pulang ke rumah. Hingga saat ini ia belum mengetahui jika sang isteri tak lagi di rumah. Dari siang hingga malam hari nomornya sengaja tidak diaktifkan karena sedang berduaan bersama Dianri. Niat nya yang sudah bulat untuk mengakhiri hubungannya bersama Dianri akhirnya terpatahkan karena mendapat ancaman dari kekasih gelapnya itu. Dianri mengancam jika Fadly mengakhiri hubungan mereka berdua,maka ia akan membocorkan kebiasaan Fadly yang masih terus berhubungan dengannya. Fadly yang takut sifat bejatnya diketahui oleh Kiara akhirnya kembali tunduk dalam kendali Dianri.

      Demi rahasianya tak di bongkar,Fadly rela mengikuti keinginan Dianri untuk menginap di rumah kontrakan Dianri. Meski takut,Fadly tetap mengikuti keinginan Dianri.

      Pukul 7.00 malam Fadly terbangun dan melirik Dianri yang sedang terlelap. Perlahan-lahan diraihnya handphone yang sedari tadi sengaja dimatikan di atas meja dan segera diaktifkan. setelah benda pipih itu aktif,pemberitahuan pertama yang muncul adalah dua panggilan tak terjadi dari sang isteri. Fadly merasa kuatir memikirkan Kiara sedang menunggunya di rumah saat ini. Dengan cepat ia mengirim pesan bahwa tak pulang malam ini dikarenakan sedang menginap di rumah sang ibu.

       Tanpa sepengetahuan Fadly,Kiara yang menerima pesan dari suaminya hanya membaca dan tak berniat untuk membalas. Kiara merasa bersyukur karena Fadly tak pulang ke rumah,sehingga malam ini ia tak perlu capek-capek mencari alasan keluar dari rumah. Biarkan saja besok barulah ia akan menghadapi pertanyaan sang suami. Malam ini Kiara begitu lelah karena sibuk mengatur barang pindahan.

       Hingga satu jam ke depan,Fadly tak mendapat balasan dari pesan yang sudah ia kirimkan pada sang isteri. Dirinya tiba-tiba merasa gelisah. Tak biasanya sang isteri tak membalas pesan darinya. Apalagi saat ini ia tak pulang ke rumah. Namun satu jam,dua jam,tiga jam dan seterusnya hingga kelelahan dan kembali terlelap hingga pagi.

Pagi-pagi sekali Fadly pulang ke rumah. Sesampainya di rumah ia tak mendapati isterinya di kamar. Lampu rumah semuanya masih menyala. 'Ah, Kiara pasti sudah berangkat kerja pagi-pagi. Mungkin karena terburu-buru ia lupa mematikan semua lampu'. Gumam Fadly dalam hati. Masih tanpa kecurigaan Fadly kembali membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Dirinya masih sangat mengantuk karena semalam kurang tidur.

Hingga pukul 10.00 pagi Fadly terbangun karena mendengar suara orang di luar di rumah. Masih dengan keadaan tubuh yang belum benar-benar tersadar, bergegas ia menuju pintu depan dan membukakan pintu.

"Dengan Pak Fadly ?" tanya seorang lelaki tinggi dan berpakaian rapi.

"Iya,saya sendiri? Ada apa Pak ?" Tanya Fadly keheranan karena ia merasa tak memiliki urusan dengan orang lain.

"Oh iya Pak,berarti saya tak salah rumah." Ucap pria tersebut dan segera menyerahkan amplop coklat yang ia pegang sedari tadi.

Fadly menerima amplop coklat dan tak sempat lagi bertanya karena orang yang mengantar langsung berpamitan pulang. Fadly pun malas bertanya dan segera kembali menutup pintu. perutnya terasa lapar sekali. Diliriknya jam di dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat. 'Pantas saja perut ku lapar, batinnya.

Fadly merasa penasaran dengan amplop yang ia terima. Mengabaikan rasa lapar yang datang menyerang,ia lebih memilih untuk memeriksa amplop tersebut.

Sebelum membuka,Fadly membaca tulisan yang tertera sebagai pengirim yaitu Pengadilan Agama setempat. Tiba-tiba dirinya ketakutan. cepat kesadarannya kembali sepenuhnya. Pikirannya mulai berkecamuk. Apa mungkin Kiara menggugat cerai dirinya ? Tapi selama ini Kiara tak pernah marah padanya atau mengeluhkan sesuatu.' Monolog Fadly pada dirinya sendiri.

Tak ingin lama-lama merasa penasaran,Fadly membuka amplop tersebut dengan cepat.

Deghh ! Jantungnya seolah mau copot dari raganya. Di dalam surat tersebut tertera bahwa itu adalah panggilan sidang untuk dirinya,dan Kiara sudah menggugat dirinya.

"Ini tidak mungkin!" Teriak Fadly. Tiba-tiba ia menyadari sesuatu. Di bukanya lemari pakaian Kiara dan betapa terkejut dirinya. Pakaian Kiara sudah tak ada lagi di sana.Tinggal pakaiannya saja yang masih tersusun rapi. Di cek nya lagi barang-barang Kiara yang lain seperti tas dan sepatu juga tidak ada.

Seketika tubuh Fadly bergetar dan luruh ke lantai. tulang-tulangnya serasa tak berfungsi seperti biasanya. Tubuhnya terasa begitu lemas menghadapi kenyataan yang selama ini ia takutkan. Ternyata,dibalik keramahan yang ditampilkan Kiara selama ini,diam-diam isteri nya itu sudah menggugat cerai dirinya.

"Kamu tega Ra." Kata-kata Fadly disela Isak tangisnya. Dirinya begitu terpukul menghadapi kenyataan bahwa sang isteri diam-diam merencanakan ini semua. Dirinya sungguh tak menyangka Kiara akan mengambil tindakan serius sejauh ini.

Lama Fadly terdiam merenungi apa yang baru saja ia alami. Dirinya tak juga lekas menghubungi sang isteri. Percuma pikirnya. Kiara pasti tak akan memberitahu ia sedang di mana sekarang. Fadly lebih memilih untuk pergi ke rumah ibunya. Apalagi saat ini dirinya sedang lapar. Ia bertekad untuk segera memberitahu ibunya bahwa sang isteri menggugat cerai dirinya.

setelah menutup semua pintu dan memastikan rumahnya aman,Fadly segera berangkat ke rumah orang tuanya.

Menempuh perjalanan setengah jam, akhirnya Fadly tiba. Terlihat mobil sang ibu sedang terparkir rapi di garasi. Itu artinya Biu Nani sedang di rumah.

"loh,tumben kamu Pagi-pagi ke sini ?" tanya Bu Nani pada anaknya dengan heran.

"Aku lapar Bu." jawab Fadly dan segera menuju meja makan. Tak Dijawabnya pertanyaan sang ibu. Dirinya sudah sangat lapar. Kepalanya sampai pusing karena lapar yang mendera. Seperti biasa,meja makan di rumah orang tuanya tak pernah kosong oleh makanan. Karena sudah sangat lapar,Fadly segera makan. Tak dihiraukan lagi pertanyaan sang ibu yang merasa heran dirinya pagi-pagi mencari makan.

Setelah perutnya terisi,barulah Fadly bisa berpikir dengan jernih. Ia segera menghampiri ibunya yang sedang fokus pada handphone yang sedang dipegang.

"Bu,ada yang ingin aku bicarakan." Ucap Fadly dengan pelan .

"Ada apa ? Bicara saja." sahut Bu Nina masih tetap fokus pada handponenya.

Fadly menghela nafasnya. Ia diam dan tak lagi ingin melanjutkan keinginannya untuk berbicara dengan sang ibu. Bu Nina yang merasa anaknya tak kunjung bicara,segera menoleh dan menyimpan handphone nya.

"Kamu kenapa Fad ? Mukamu itu juga sudah seperti orang susah. Nggak ada semangat hidupnya. Padahal baru selesai makan kan tadi ?" Bu Nani sudah mulai menangkap ada yang tak beres dari anaknya itu.

"Kiara menggugat cerai diri ku Bu." kata-kata Fadly sontak membuat Bu Nani terkejut.

"Apa ? Kok bisa ?" Tanya Bu Nani seperti orang bodoh. Dirinya tak menyangka jika menantunya yang terlihat mengalah seperti biasanya berani menggugat cerai sang anak.

Terpopuler

Comments

Yatinah

Yatinah

rasain lho suami tak ber guna

2024-05-04

1

Marsina Heronia Maloky Iren

Marsina Heronia Maloky Iren

Tegah Burungmu itu...🙄😡

2024-03-07

2

Ma Em

Ma Em

Bu Nani manjain terus anaknya walaupun anaknya ga mau kerja, kalau anakmu masih sendiri sih boleh ga kerja lah ini sudah beristri ga mau usaha cari kerja emang istrinya mau dikasih makan batu.

2024-02-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!