BAB 6

    Sepeninggalan Andri,Dianri masih terus menangis di dalam kamar. Fadly juga telah pulang. Pria itu memang hanya membutuhkan Dianri sebagai pemuas nafsu. Buktinya saat ini Dianri sedang terpuruk ia tak perduli dan lebih mementingkan isterinya Kiara.

     Nasi sudah menjadi bubur. Waktu tak bisa diputar lagi. Tiada guna untuk menyesali apa yang sudah terjadi. Dianri menghentikan tangisnya dan segera bangkit untuk membersihkan diri. Ia ingin mencoba kembali membujuk Andri agar memaafkan nya. Selama ini ia mengenal Andri sebagai sosok suami yang sangat menyayanginya. Selalu mengikuti keinginannya.

     "Bodoh!Bodoh! Diriku begitu ceroboh." Maki Dianri pada dirinya sendiri.

     "Mas Andri ngga boleh ninggalin aku. Aku harus mencari cara agar mas Andri tak menceraikan ku." Dianri mengusap frustasi wajahnya. Ia segera menghubungi nomor suaminya namun tak tersambung.

     "Sialan! Aku harus mencarinya sekarang juga sebelum keluarga yang lain tau. Aku harus bisa membujuk suami ku." Dianri segera mengambil kunci mobil dan berlalu keluar menghidupkan mobil,segera mencari sang suami.

      "Aku harus mencarinya di rumah ayah ibunya. Mas Andri pasti di sana." dengan penuh keyakinan Dianri memacu mobilnya menuju rumah sang mertua.

          Sesuai dugaan Dianri,Andri memang pulang ke rumah orang tuanya. Saat tiba di rumah,Ayah dan Ibunya terkejut melihat Andri membawa koper besar dengan wajah yang penuh amarah.

         Pak Sandi dan Bu Sintia hanya memandang heran pada sang anak. Mereka berdua sengaja tak menyapa karena melihat wajah sang putra yang penuh kemarahan.

         "Biarkan saja dulu Andri menenangkan dirinya Bu." Ucap Pak sandi menenangkan sang isteri yang gelisah melihat putranya seperti itu.

           "Iya Pak,ibu curiga pasti Andri bertengkar sama Dianri." Sahut Bu Sintia pada suaminya sambil terus memandangi kamar sang anak yang tak kunjung keluar setelah masuk tadi.

         "Untuk sementara kita ngga boleh ikut campur dulu Bu,tunggu saja dulu jika sampai kita harus turun tangan barulah kita ikut campur." Pak Sandi menasihati sang isteri dengan lembut agar tak buru-buru ikut campur.

         Bu Sintia hanya bisa mengangguk pasrah dengan wajah khawatir nya. Namun ada sedikit rasa penasaran kenapa puteranya seperti itu. ia khawatir jangan sampai masalahnya begitu serius sampai Andri membawa pulang koper besar ke rumah. Ia sangat tabiat sang anak yang dewasa dan tak mudah marah. Apabila sampai saat ini Andri marah,berarti hal serius telah terjadi.

         Tiba-tiba Andri keluar dari kamar dan segera duduk di sofa depan Ayah dan ibunya. Ke dua orang tuanya saling memandang.

       "Pak,Bu,,,,aku ingin bercerai dari Dianri." Ucap Andri langsung pada intinya.

      "Hah?! Kamu kenapa Ndri ?" Tanya Bu Sintia dengan kagetnya. Sedangkan Pak Sandi tetap tenang mendengarkan sang anak.

     "Dianri berselingkuh dengan Fadly. Merekapun Sampai tidur bareng saat aku keluar kota kemarin." Andri menjelaskan pada orang tuanya dengan rasa kesal yang masih menumpuk di dalam dada.

      "Kurang ajar ! Dasar wanita sialan tak tau diuntung!" Ucap Bu Sintia. Matanya penuh kilat amarah.

      "Nah,sekarang terbukti dia bukanlah wanita yang pantas untukmu. Sedari awal ibu tak pernah setuju kamu memperistri nya. Ibu emang ngga sreg dari awal sama perempuan itu." Bu Sintia berbicara menggebu gebu. Hidungnya kembang kempis menahan gejolak amarah dalam dada. Rasanya saat ini ia ingin memukul Dianri jika saja orangnya ada dihadapannya.

     "Bu,tenangkan dirimu. Nanti bisa sakit jika terlalu marah seperti ini." Pak Sandi segera menenangkan sang isteri. Bu Sintia akhirnya mengikuti arahan sang suami dan kembali tenang.

    "Saran ibu,kumpulkan bukti perselingkuhannya dan segera ceraikan wanita itu ! Apa kamu punya buktinya Ndri ?" Bu Sintia menatap sang anak penuh harap.

   "Aku sudah memasang CCTV di kamar Bu tanpa sepengetahuan Dianri. Sebulan yang lalu memang aku sudah curiga padanya sehingga sebelum keluar kota aku sempat memasang CCTV." Ucap Andri dengan semangat. Beruntung ia sudah berjaga-jaga. Awalnya ia hanya ingin memastikan bahwa kecurigaannya hanyalah perasaan takut ya saja. Tak disangka apa yang dilakukannya kemarin sangat berguna baginya sekarang untuk menggugat sang isteri.

     "Baguslah. Simpan video nya baik-baik jangan sampai hilang. Ibu ngga mau kamu gagal bercerai. Apapun yang terjadi tinggalkan wanita itu.

      Pak Sandi hanya menghela nafas panjang melihat sang isteri yang begitu bersemangat mendukung perceraian putranya. Ia yang dari awal membujuk sang isteri agar menyetujui hubungan sandi dan Dianri merasa bersalah pada sang isteri,akhirnya memilih diam.

Tiba-tiba dari arah depan terdengar bunyi mobil memasuki halaman rumah. Tak lama Dianri masuk,membuat ketiga orang yang berada di dalam ruangan serempak memandang ke arahnya. Belum juga sempat mengucapkan salam,tiba-tiba....

"Plak! Plak!" Tanpa bisa di cegah,Bu Sintia yang memang sudah geram pada menantunya itu langsung menampar Dianri.

"Dasar wanita tak punya malu ! Masih berani kamu menginjakkan kaki di rumah ini hah ?! " Maki Bu Sintia dengan penuh amarah. Pak Sandi segera menarik lengan isterinya menjauh dari sang menantu. Andri yang melihat itu hanya memandang dan tak ada tanda-tanda ingin membela sang isteri.

Dianri terdiam dan menunduk memegang pipinya yang terasa kebas. Tamparan dari ibu mertuanya begitu keras. Ia sangat terkejut saat langsung mendapat sambutan kemarahan dari ibu mertuanya. Saat datang tadi ia berpikir Andri tak akan mengadu kepada ke dua orang tuanya jadi ia masih bebas ke rumah mertuanya dan membujuk sang suami. Tak tahunya dengan begitu cepat Andri sudah menceritakan semua.

"Keluar kamu dari rumah ku sekarang juga ! Aku tak Sudi kaki kotor mu menginjak rumah ku ! Usir Bu Sintia pada Dianri. Kebenciannya semakin bertambah pada sang menantu. Saat ini ia memandang jijik pada menantunya.

Karena tak ingin merasakan amukan yang lebih dahsyat dari ibu mertuanya,Dianri langsung keluar dan segera pergi meninggalkan rumah mertuanya dengan linangan air mata. Ia benar-benar kehilangan muka di depan orang tua Andri. Mengingat ini ia sangat menyesal.

"Sungguh wanita tak punya malu. Masih berani dia kesini." Gerutu Bu Sintia. Ia masih kesal dengan kedatangan sang menantu yang sangat ia benci.

"Sudah Bu,berhenti marah. Nanti tensinya naik. Biarkan saja ia menikmati hidupnya saat ini. Lagian orangnya sudah ngga di sini lagi." Bujuk Pak sandi pada isterinya.

Bu Sintia mendengarkan bujukan sang suami. Ia bergegas masuk ke kamar dan menenangkan diri. Ia tak ingin sakit hanya karena ulah sang menantunya.

Terpopuler

Comments

Yatinah

Yatinah

rasain dianri sesalmu tk ada guna

2024-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!