Dosen Kelas Malam

Dosen Kelas Malam

Aku benci dia!

Bella berlari sekuat tenaga, napasnya sudah tidak beraturan saat dia menaiki anak tangga. Dia melihat angka tiga di samping anak tangga itu yang mengartikan dia sudah berada di lantai tiga. Bella melirik jam tangannya.

"Gawat! Dua lantai lagi!" gerutu Bella, dia kembali mengumpulkan tenaganya untuk melewati dua lantai lagi agar dia bisa dengan cepat sampai ke lantai lima.

Gadis cantik yang baru saja memulai kegiatan belajar mengajar di semester awal itu langsung berlari menuju ruang 501, dari kejauhan dia sudah melihat pintu ruangan itu tertutup. Bella membuka pintu itu dan melihat sosok lelaki yang sudah duduk di kursi khusus untuk dosen.

Bella mencoba untuk mengambil oksigen. "Pak ... Ini tugas saya," ucap Bella dengan jantung yang bedegup kencang. Gadis itu berusaha tenang di depan seorang dosen muda yang mengajar tentang akuntansi itu.

Dosen laki-laki itu melirik Bella lalu pandangannya melihat jam dinding di ruang kelas itu. "Tidak bisa, kau sudah terlambat," jawab dosen itu sembari merapikan tumpukan lembaran kertas di depannya.

Bella melihat jam tangan di pergelangan tangan kanannya. "Pak, saya mohon. Saya baru terlambat satu menit," Bella mencoba untuk memelas kepada dosen yang sama sekali tidak menatap Bella itu. Dia terus saja merapikan lembaran kertas yang berada di atas meja.

Tangan Pak Arjuna berhenti, lelaki itu menatap mata Bella yang sudah berkaca-kaca. "Terlambat ya terlambat!" tegas dosen yang bernama Arjuna Darmendra.

Lelaki itu bangkit berdiri lalu meninggalkan Bella di kelas, dia bersikeras tidak mau menerima tugas dari Bella karena sudah terlambat. Gadis itu menatap kepergian pak dosennya menghilang dari dalam kelas.

"Pak Arjuna, saya mohon Pak!" ucap Bella yang masih berusaha mengumpulkan tugasnya itu.

Namun, dosen itu tetap mengabaikan permohonan Bella. Dia melangkah meninggalkan Bella seorang diri. Dia menghiraukan setiap kata yang keluar dari mulut gadis itu.

"Dasar! Dosen sialan!" maki gadis berambut panjang itu. Lutut Bella tiba-tiba terasa lemas, dia melangkah perlahan duduk di kursi yang berada di dekatnya. "Kok ada laki-laki yang kejam seperti dia?!" tanya Bella pada dirinya sendiri.

Tangannya yang masih memegang tugas ujian yang di tolak oleh Pak Arjuna. Bella semakin membenci dosen yang terkenal dengan sikap disiplinnya itu. Hanya terlambat satu menit saja, tapi lelaki yang tidak memiliki hati nurani itu tidak mau membantu Bella sama sekali.

"Aaaarggghhh!" teriak Bella yang tengah sendirian di ruang kelas.

Tidak lama kemudian, dua orang gadis yang seumuran dengan Bella masuk ke dalam ruang kelas itu. Mereka menghampiri Bella yang sudah frustasi akan nasib mata kuliahnya itu. Bella menyatukan rambutnya yang sudah berantakan menjadi satu lalu menguncirnya dengan ikat rambut berwarna merah jambu.

"Pak Arjuna tidak mau terima ya, Bel?" tanya Anggi yang sudah bisa menebak karena raut wajah Bella yang sudah kusut.

"Gimana ini?" rengek Bella, gadis itu hampir menangis sembari menatap Anggi dan Gita secara bergantian.

"Lagian kok tumben kamu telah sih? Biasanya juga yang paling pertama datang," tanya Gita penasaran.

Hari ini, mobil Bella mogok di jalan, dia harus memesan ojek online, tapi sangat susah sekali mendapatkan ojek online karena pas sekali mobilnya mogok di jalanan sepi yang jarang sekali orang berlalu lalang di daerah tersebut. Bella lewat jalan di situ karena itu jalan yang paling cepat agar dia sampai di kampus mengingat dia yang terlambat bangun.

Gita mengusap punggung Bella agar gadis itu sedikit tenang. Namun, bukannya tenang Bella malah semakin gelisah memikirkan nilai mata kuliahnya yang akan keluar beberapa hari lagi. Dia yakin pasti akan gagal di mata perkuliahan Pak Arjuna.

"Sudahlah, mending kita ke kantin. Aku traktir deh!" ajak Gita yang berusaha membuat mood Bella kembali riang.

Setelah meratapi nasibnya, Bella menyetujui ajakan Gita untuk ke kantin. Bella juga sudah kehabisan tenaga, dia membutuhkan asupan gizi untuk menangisi kebodohannya lagi. Saat mereka keluar ruang kelas, langkah Bella terhenti karena melihat Pak Arjuna yang sedang berjalan, lelaki itu menggunakan kemeja berwarna biru. Dosen galak itu memang terlihat tampan bagi mahasiswi di sini, tapi tidak bagi Bella. Mengenal lelaki itu adalah mimpi buruk bagi gadis cantik itu.

Bella memalingkan wajahnya saat tatapan mereka bertemu. Bella sudah sangat membenci lelaki itu karena tidak menerima tugasnya.

"Ayo cepat aku sudah sangat lapar sekali!" ujar Bella mempercepat langkahnya.

Anggi dan Gita mengimbangi langkah kaki Bella yang cepat, untung saja kantin di universitas itu tidak jauh dari gedung Ekonomi. Anggi dan Gita memesan makanan dan minuman, sedangkan Bella hanya memesan segelas jus jambu favoritnya.

"Eh, minggu depan jadi camping kita kan?" tanya Gita tiba-tiba saat mereka bertiga sedang duduk di meja kantin.

Bella teringat akan penyambutan mahasiswa baru yang akan di laksanakan di sebuah lereng gunung yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat kota. Gadis itu menghembuskan napas panjangnya, dia sudah tidak tertarik mengikuti kegiatan itu, yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana nasib nilai tugasnya di mata perkuliahan ekonomi.

"Pak Arjuna ikut juga, dia kan salah satu dosen pembimbing mahasiswa baru," ucap Gita lagi.

Mendengar kata Arjuna langsung membuat Bella mendongakkan kepalanya. Di benaknya langsung terbesit ide agar lelaki itu mau menerima tugasnya.

Setelah beraktivitas seharian di kampus, Bella pulang ke rumah di sambut oleh kedua orang tuanya yang sudah duduk dan berpakaian rapi seperti hendak pergi.

"Mau dinner berdua, ya? hmm sweet banget sih," goda Bella saat melihat kedua orang tuanya yang sudah bersiap untuk pergi.

Nita, mama Bella tersenyum menyambut kedatangan putri semata wayangnya itu. "Cepetan siap-siap biar kita pergi bertiga," ucap Nita. Mendengar itu Bella menghentikan langkahnya.

"Bella ikut?" tanya gadis itu memastikan.

Papa Bella menganggukan kepalanya, lalu menyuruh putrinya itu untuk segara bersiap-siap. Bella lahir dari keluarga cemara dan memiliki financial yang di bilang lebih dari cukup. Namun, kedua orang tuanya selalu mengajarkan tentang kemandirian dan juga tanggung jawab di hidup gadis itu.

Dengan secepat kilat, Bella menyiapkan dirinya dan mereka bertiga pergi ke salah satu restoran ternama. Gadisi itu senang sekali, karena sudah jarang sekali mereka bertiga bisa menghabiskan waktu seperti ini. Ayah dan Ibunya selalu sibuk bekerja.

"Nah mereka sudah datang!" ucap Nita.

Bella mengikuti arah mata Ibunya yang melihat sejumlah orang yang datang. Bella melihat dua orang yang sudah cukup berumur datang dengan seorang gadis yang mungkin umurnya sama dengan dirinya. Mata Bella langsung melebar saat melihat sosok di belakang gadis itu, sosok lelaki yang tadi pagi dia kutuk dalam hatinya.

Dari kejauhan kedua tatapan mereka saling bertemu. Bella tidak mengedipkan matanya, semakin mendekat dan mendekat, kedua orang tuanya menyambut hangat keluarga Arjuna.

"Apa ini? Kenapa aku melihat lelaki itu di sini? Bersama dengan keluargaku?" pikir Bella dalam hati. ,

Terpopuler

Comments

Afrion Siallagan

Afrion Siallagan

kerennnn bgt kak... suka

2024-01-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!