Deal! Tapi,...

Gadis itu mematung, pikirannya penuh pertanyaan. Kenapa Pak Arjuna berada di sini? Kenapa kedua orang tua mereka saling mengenal? Dan kenapa saat ini mereka duduk di meja yang sama?

"Halo? Bel? Bel?!" panggil adik Arjuna.

Bella mengerjapkan matanya berkali-kali. Dirinya tenggelam dengan beribu pertanyaa di benaknya. "Eh i-iya? Ha-halo?" sapa Bella.

Bella menjabat tangan berkenalan dengan Siska, adik kandung Arjuna. Gadis itu juga menyapa kedua orang tua Arjuna dengan mencium punggung tangan mereka. Kedua orang tua Arjuna tersenyum lebar seperti memamerkan deretan gigi putih mereka saat melihat kecantikan Bella.

"Cantik banget anakmu, Anton," puji Usi, mama Arjuna dengan mencium kedua pipi Bella secara mendadak.

Bella mengucapkan terima kasih dan tidak berkutik saat Ibu Arjuna mencium pipinya. Nita mempersilakan mereka untuk duduk dan memanggil salah satu pelayan restoran. Sesekali Bella melirik Arjuna yang duduk di seberangnya. Lelaki itu bersikap seperti biasa seperti tidak melakukan kesalahan kepada Bella.

Kedua orang tua Arjuna melihat Bella dan gadis itu menjadi salah tingkah. Bella memandang mamanya yang sedang membaca buku menu. Kaki gadis itu mencoba untuk menendang kaki mamanya yang duduk di samping kirinya. Namun, mamanya tidak menyadari panggilan kalbu dari putrinya.

"Baik, kita langsung saja membicarakan inti dari pertemuan malam ini," ucap laki-laki paruh baya yang memakai kemeja batik berwarna cokelat itu.

Bella langsung menatap Ayah Arjuna, dirinya sendiri juga penasaran ada apa dengan pertemuan yang dia tidak pernah sangka, bahkan dia sama sekali tidak pernah memikirkan tentang pertemuan ini. Semua pasang mata langsung memperhatikan lelaki paruh baya dan tampak berwibawa itu.

"Kita langsung saja tentukan tanggal pernikahan anak kita," ucap lelaki yang bernama Didik itu di ikuti anggukan kepala dari kedua orang tua Bella.

Bella sama sekali tidak mengerti maksud dari ucapan yang keluar dari Ayah Arjuna. Pernikahan siapa? Anak kita? Dan kenapa orang tuanya hanya menganggukkan kepalanya saja?

"Tunggu dulu, anak kita?" ucap Bella menyadari sesuatu. Dia tersadar dialah anak satu-satunya. Gadis itu menatap Ayah dan Ibunya secara bergantian. Otak Bella yang cerdas mendadak menjadi lemot.

"Iya sayang, kamu akan menikah dengan Arjuna," sahut Nita sembari mengusap punggung putrinya.

"Apa?!" ucap Bella dan Arjuna secara bersamaan.

Mereka saling menatap, ucapan Nita seperti petir yang menyambar di malam hari. Dari reaksi Arjuna yang sama terkejutnya dengan Bella, gadis itu yakin bahwa pak dosennya itu juga tidak mengetahui sama sekali tentang perjodohan ini.

"Papa, Mama ... Bella masih delapan belas tahun!" pekik Bella di hadapan semua orang.

Nita mencoba untuk memegang tangan anaknya yang tidak terima dengan perjodohan ini. "Tenang dulu, Bella," desis Nita sembari tangannya memegangi bahu Bella.

"Papa, ada apa ini? Kenapa Papa main asal jodohin Juna?" tanya Arjuna yang tidak kalah kebingungan.

Didik menarik napasnya dalam-dalam. Lelaki paruh baya itu menatap putra sulungnya dengan tatapan mata sayu.

"Ini semua keinginan Kakek buyut kalian," ucap Didik menjelaskan asal muasal terjadinya perjodohan ini.

"Saya tidak mau dengar omong kosong ini, saya permisi," ucap Bella, gadis itu bangkit berdiri dan berlari menjauh dari keluarganya.

"Bella! Bella!" panggil Anton, tapi putrinya itu berlari menjauh.

"Biar saya saja," ucap Arjuna tiba-tiba dan berlari menyusul Bella.

Arjuna berhasil menangkap lengan gadis itu, tapi dengan cepat Bella menepisnya dengan kasar.

"Lepaskan saya! Atau saya teriak di sini," ancam Bella kepada dosennya itu.

Arjuna melihat sekeliling dan memang mereka berada di tepi jalan, dengan terpaksa lelaki itu melepaskan tangannya dari tubuh Bella. Bella melangkah meninggalkan Arjuna yang tidak bisa berbuat apa-apa.

Mata Bella berkaca-kaca menahan air matanya agar tidak tumpah. Gadis itu tetap melangkahkan kakinya walaupun tidak tahu kemana arah dia pergi. Dia menoleh ke belakang mencari taxi untuk pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, Bella mengurung dirinya di kamar. Dia tidak membukakan pintu kamarnya bagi siapapun. Gadis itu bersembunyi di bawah selimutnya dan menangis, bagaimana mungkin orang tuanya tega menikahkan dirinya yang masih berusia delapan belas tahun. Gadis yang beranjak dewasa itu mempunyai banyak mimpi dan belum terpikirkan olehnya untuk menikah.

"Bella, sayang ... Buka dulu pintunya, nak?" perintah Nita dengan lembut, tapi tidak ada jawaban dari dalam kamar putri semata wayangnya itu.

Nita menggelengkan kepalanya saat suaminya menatapnya. Bella hanyut dalam kesedihannya, sampai dia tertidur semalaman. Isi kepalanya terlalu berisik untuk dirinya dan memilih meminum obat tidur.

****

Arjuna baru saja selesai mengajar dan hendak kembali ke ruangannya. Langkahnya terhenti saat melihat seorang gadis yang sedang bercengkrama bersama dengan temannya. Kedua kakinya langsung melangkah mendekati gadis yang sedang tertawa itu.

"Bella, ikut saya sekarang juga," ajak Arjuna saat lelaki melihat calon istrinya yang sedang bersama dengan sahabatnya.

Sontak Bella dan kedua sahabatnya langsung menatap Arjuna yang tiba-tiba saja menghampiri mereka. Bella menghela napasnya dengan kasar lalu mengikuti langkah kaki dosen akuntansi itu. Arjuna duduk di bangkunya dan melihat Bella yang berdiri di hadapannya. Anggi dan Gita saling menatap dengan tatapan bertanya-tanya, mereka berdua mengira sahabatnya itu terkena sebuah masalah.

"Apa yang kamu lakukan semalam sungguh tidak sopan, Bella!" tegas Arjuna sembari melepas kacamatanya.

Bella memutar kedua bola matanya. Gadis itu tidak ingin membahas masalah perjodohannya. "Mau Bapak apa menyuruh saya ke sini?" tanya Bella langsung pada intinya.

Arjuna menangkap tatapan Bella yang membara, sorotan tajam matanya menandakan gadis itu sedang marah.

"Baiklah, saya setuju dengan perjodohan yang di rencanakan oleh orang tua kita," jawab Arjuna singkat.

"Tapi saya tidak mau menikah dengan Bapak!" timpal Bella dengan menyilangkan kedua tangannya di dada. Gadis itu kekeh tidak mau menikah dengan Arjuna.

"Saya akan menerima tugasmu kala itu jika kamu mau menikah dengan saya," sahut Arjuna.

Arjuna melihat reaksi gadis itu, lelaki itu berharap Bella setuju menikah dengannya. Bella yang berdiri kini menarik kursi yang berada di depannya. Arjuna tidak mengalihkan pandangannya, lelaki itu masih terus menatap seorang gadis yang cepat atau lambat akan menjadi istrinya.

"Baiklah, tapi ada beberapa syarat dariku," ucap Bella dengan nada serius.

"Apa itu?" tanya Arjuna.

"Aku mau di bebas tugaskan di mata kuliah Bapak," sahut gadis yang kini tersenyum licik.

Arjuna menundukkan kepalanya sedetik. "Baiklah," sahut lelaki itu pasrah.

Arjuna menyodorkan tangan kanannya ke Bella dan gadis itu menjabat tangan Arjuna pertanda mereka berdua telah sepakat untuk menikah. Lelaki itu memakai kacamatanya kembali dan melihat Bella yang sudah keluar dari ruangannya. Dia mengambil ponselnya yang tersimpan di dalam saku celananya. Lelaki itu tampak ragu sebelum akhirnya memberanikan diri untuk menelepon seseorang.

"Halo?" ucap Arjuna ketika seseorang di ujung sana mengangkat teleponnya. "Ganesh, kita perlu bicara," sambung Arjuna dengan wajah murung.

Terpopuler

Comments

Afrion Siallagan

Afrion Siallagan

seruu bgt kak

2024-01-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!