NovelToon NovelToon

Dosen Kelas Malam

Aku benci dia!

Bella berlari sekuat tenaga, napasnya sudah tidak beraturan saat dia menaiki anak tangga. Dia melihat angka tiga di samping anak tangga itu yang mengartikan dia sudah berada di lantai tiga. Bella melirik jam tangannya.

"Gawat! Dua lantai lagi!" gerutu Bella, dia kembali mengumpulkan tenaganya untuk melewati dua lantai lagi agar dia bisa dengan cepat sampai ke lantai lima.

Gadis cantik yang baru saja memulai kegiatan belajar mengajar di semester awal itu langsung berlari menuju ruang 501, dari kejauhan dia sudah melihat pintu ruangan itu tertutup. Bella membuka pintu itu dan melihat sosok lelaki yang sudah duduk di kursi khusus untuk dosen.

Bella mencoba untuk mengambil oksigen. "Pak ... Ini tugas saya," ucap Bella dengan jantung yang bedegup kencang. Gadis itu berusaha tenang di depan seorang dosen muda yang mengajar tentang akuntansi itu.

Dosen laki-laki itu melirik Bella lalu pandangannya melihat jam dinding di ruang kelas itu. "Tidak bisa, kau sudah terlambat," jawab dosen itu sembari merapikan tumpukan lembaran kertas di depannya.

Bella melihat jam tangan di pergelangan tangan kanannya. "Pak, saya mohon. Saya baru terlambat satu menit," Bella mencoba untuk memelas kepada dosen yang sama sekali tidak menatap Bella itu. Dia terus saja merapikan lembaran kertas yang berada di atas meja.

Tangan Pak Arjuna berhenti, lelaki itu menatap mata Bella yang sudah berkaca-kaca. "Terlambat ya terlambat!" tegas dosen yang bernama Arjuna Darmendra.

Lelaki itu bangkit berdiri lalu meninggalkan Bella di kelas, dia bersikeras tidak mau menerima tugas dari Bella karena sudah terlambat. Gadis itu menatap kepergian pak dosennya menghilang dari dalam kelas.

"Pak Arjuna, saya mohon Pak!" ucap Bella yang masih berusaha mengumpulkan tugasnya itu.

Namun, dosen itu tetap mengabaikan permohonan Bella. Dia melangkah meninggalkan Bella seorang diri. Dia menghiraukan setiap kata yang keluar dari mulut gadis itu.

"Dasar! Dosen sialan!" maki gadis berambut panjang itu. Lutut Bella tiba-tiba terasa lemas, dia melangkah perlahan duduk di kursi yang berada di dekatnya. "Kok ada laki-laki yang kejam seperti dia?!" tanya Bella pada dirinya sendiri.

Tangannya yang masih memegang tugas ujian yang di tolak oleh Pak Arjuna. Bella semakin membenci dosen yang terkenal dengan sikap disiplinnya itu. Hanya terlambat satu menit saja, tapi lelaki yang tidak memiliki hati nurani itu tidak mau membantu Bella sama sekali.

"Aaaarggghhh!" teriak Bella yang tengah sendirian di ruang kelas.

Tidak lama kemudian, dua orang gadis yang seumuran dengan Bella masuk ke dalam ruang kelas itu. Mereka menghampiri Bella yang sudah frustasi akan nasib mata kuliahnya itu. Bella menyatukan rambutnya yang sudah berantakan menjadi satu lalu menguncirnya dengan ikat rambut berwarna merah jambu.

"Pak Arjuna tidak mau terima ya, Bel?" tanya Anggi yang sudah bisa menebak karena raut wajah Bella yang sudah kusut.

"Gimana ini?" rengek Bella, gadis itu hampir menangis sembari menatap Anggi dan Gita secara bergantian.

"Lagian kok tumben kamu telah sih? Biasanya juga yang paling pertama datang," tanya Gita penasaran.

Hari ini, mobil Bella mogok di jalan, dia harus memesan ojek online, tapi sangat susah sekali mendapatkan ojek online karena pas sekali mobilnya mogok di jalanan sepi yang jarang sekali orang berlalu lalang di daerah tersebut. Bella lewat jalan di situ karena itu jalan yang paling cepat agar dia sampai di kampus mengingat dia yang terlambat bangun.

Gita mengusap punggung Bella agar gadis itu sedikit tenang. Namun, bukannya tenang Bella malah semakin gelisah memikirkan nilai mata kuliahnya yang akan keluar beberapa hari lagi. Dia yakin pasti akan gagal di mata perkuliahan Pak Arjuna.

"Sudahlah, mending kita ke kantin. Aku traktir deh!" ajak Gita yang berusaha membuat mood Bella kembali riang.

Setelah meratapi nasibnya, Bella menyetujui ajakan Gita untuk ke kantin. Bella juga sudah kehabisan tenaga, dia membutuhkan asupan gizi untuk menangisi kebodohannya lagi. Saat mereka keluar ruang kelas, langkah Bella terhenti karena melihat Pak Arjuna yang sedang berjalan, lelaki itu menggunakan kemeja berwarna biru. Dosen galak itu memang terlihat tampan bagi mahasiswi di sini, tapi tidak bagi Bella. Mengenal lelaki itu adalah mimpi buruk bagi gadis cantik itu.

Bella memalingkan wajahnya saat tatapan mereka bertemu. Bella sudah sangat membenci lelaki itu karena tidak menerima tugasnya.

"Ayo cepat aku sudah sangat lapar sekali!" ujar Bella mempercepat langkahnya.

Anggi dan Gita mengimbangi langkah kaki Bella yang cepat, untung saja kantin di universitas itu tidak jauh dari gedung Ekonomi. Anggi dan Gita memesan makanan dan minuman, sedangkan Bella hanya memesan segelas jus jambu favoritnya.

"Eh, minggu depan jadi camping kita kan?" tanya Gita tiba-tiba saat mereka bertiga sedang duduk di meja kantin.

Bella teringat akan penyambutan mahasiswa baru yang akan di laksanakan di sebuah lereng gunung yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat kota. Gadis itu menghembuskan napas panjangnya, dia sudah tidak tertarik mengikuti kegiatan itu, yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana nasib nilai tugasnya di mata perkuliahan ekonomi.

"Pak Arjuna ikut juga, dia kan salah satu dosen pembimbing mahasiswa baru," ucap Gita lagi.

Mendengar kata Arjuna langsung membuat Bella mendongakkan kepalanya. Di benaknya langsung terbesit ide agar lelaki itu mau menerima tugasnya.

Setelah beraktivitas seharian di kampus, Bella pulang ke rumah di sambut oleh kedua orang tuanya yang sudah duduk dan berpakaian rapi seperti hendak pergi.

"Mau dinner berdua, ya? hmm sweet banget sih," goda Bella saat melihat kedua orang tuanya yang sudah bersiap untuk pergi.

Nita, mama Bella tersenyum menyambut kedatangan putri semata wayangnya itu. "Cepetan siap-siap biar kita pergi bertiga," ucap Nita. Mendengar itu Bella menghentikan langkahnya.

"Bella ikut?" tanya gadis itu memastikan.

Papa Bella menganggukan kepalanya, lalu menyuruh putrinya itu untuk segara bersiap-siap. Bella lahir dari keluarga cemara dan memiliki financial yang di bilang lebih dari cukup. Namun, kedua orang tuanya selalu mengajarkan tentang kemandirian dan juga tanggung jawab di hidup gadis itu.

Dengan secepat kilat, Bella menyiapkan dirinya dan mereka bertiga pergi ke salah satu restoran ternama. Gadisi itu senang sekali, karena sudah jarang sekali mereka bertiga bisa menghabiskan waktu seperti ini. Ayah dan Ibunya selalu sibuk bekerja.

"Nah mereka sudah datang!" ucap Nita.

Bella mengikuti arah mata Ibunya yang melihat sejumlah orang yang datang. Bella melihat dua orang yang sudah cukup berumur datang dengan seorang gadis yang mungkin umurnya sama dengan dirinya. Mata Bella langsung melebar saat melihat sosok di belakang gadis itu, sosok lelaki yang tadi pagi dia kutuk dalam hatinya.

Dari kejauhan kedua tatapan mereka saling bertemu. Bella tidak mengedipkan matanya, semakin mendekat dan mendekat, kedua orang tuanya menyambut hangat keluarga Arjuna.

"Apa ini? Kenapa aku melihat lelaki itu di sini? Bersama dengan keluargaku?" pikir Bella dalam hati. ,

Deal! Tapi,...

Gadis itu mematung, pikirannya penuh pertanyaan. Kenapa Pak Arjuna berada di sini? Kenapa kedua orang tua mereka saling mengenal? Dan kenapa saat ini mereka duduk di meja yang sama?

"Halo? Bel? Bel?!" panggil adik Arjuna.

Bella mengerjapkan matanya berkali-kali. Dirinya tenggelam dengan beribu pertanyaa di benaknya. "Eh i-iya? Ha-halo?" sapa Bella.

Bella menjabat tangan berkenalan dengan Siska, adik kandung Arjuna. Gadis itu juga menyapa kedua orang tua Arjuna dengan mencium punggung tangan mereka. Kedua orang tua Arjuna tersenyum lebar seperti memamerkan deretan gigi putih mereka saat melihat kecantikan Bella.

"Cantik banget anakmu, Anton," puji Usi, mama Arjuna dengan mencium kedua pipi Bella secara mendadak.

Bella mengucapkan terima kasih dan tidak berkutik saat Ibu Arjuna mencium pipinya. Nita mempersilakan mereka untuk duduk dan memanggil salah satu pelayan restoran. Sesekali Bella melirik Arjuna yang duduk di seberangnya. Lelaki itu bersikap seperti biasa seperti tidak melakukan kesalahan kepada Bella.

Kedua orang tua Arjuna melihat Bella dan gadis itu menjadi salah tingkah. Bella memandang mamanya yang sedang membaca buku menu. Kaki gadis itu mencoba untuk menendang kaki mamanya yang duduk di samping kirinya. Namun, mamanya tidak menyadari panggilan kalbu dari putrinya.

"Baik, kita langsung saja membicarakan inti dari pertemuan malam ini," ucap laki-laki paruh baya yang memakai kemeja batik berwarna cokelat itu.

Bella langsung menatap Ayah Arjuna, dirinya sendiri juga penasaran ada apa dengan pertemuan yang dia tidak pernah sangka, bahkan dia sama sekali tidak pernah memikirkan tentang pertemuan ini. Semua pasang mata langsung memperhatikan lelaki paruh baya dan tampak berwibawa itu.

"Kita langsung saja tentukan tanggal pernikahan anak kita," ucap lelaki yang bernama Didik itu di ikuti anggukan kepala dari kedua orang tua Bella.

Bella sama sekali tidak mengerti maksud dari ucapan yang keluar dari Ayah Arjuna. Pernikahan siapa? Anak kita? Dan kenapa orang tuanya hanya menganggukkan kepalanya saja?

"Tunggu dulu, anak kita?" ucap Bella menyadari sesuatu. Dia tersadar dialah anak satu-satunya. Gadis itu menatap Ayah dan Ibunya secara bergantian. Otak Bella yang cerdas mendadak menjadi lemot.

"Iya sayang, kamu akan menikah dengan Arjuna," sahut Nita sembari mengusap punggung putrinya.

"Apa?!" ucap Bella dan Arjuna secara bersamaan.

Mereka saling menatap, ucapan Nita seperti petir yang menyambar di malam hari. Dari reaksi Arjuna yang sama terkejutnya dengan Bella, gadis itu yakin bahwa pak dosennya itu juga tidak mengetahui sama sekali tentang perjodohan ini.

"Papa, Mama ... Bella masih delapan belas tahun!" pekik Bella di hadapan semua orang.

Nita mencoba untuk memegang tangan anaknya yang tidak terima dengan perjodohan ini. "Tenang dulu, Bella," desis Nita sembari tangannya memegangi bahu Bella.

"Papa, ada apa ini? Kenapa Papa main asal jodohin Juna?" tanya Arjuna yang tidak kalah kebingungan.

Didik menarik napasnya dalam-dalam. Lelaki paruh baya itu menatap putra sulungnya dengan tatapan mata sayu.

"Ini semua keinginan Kakek buyut kalian," ucap Didik menjelaskan asal muasal terjadinya perjodohan ini.

"Saya tidak mau dengar omong kosong ini, saya permisi," ucap Bella, gadis itu bangkit berdiri dan berlari menjauh dari keluarganya.

"Bella! Bella!" panggil Anton, tapi putrinya itu berlari menjauh.

"Biar saya saja," ucap Arjuna tiba-tiba dan berlari menyusul Bella.

Arjuna berhasil menangkap lengan gadis itu, tapi dengan cepat Bella menepisnya dengan kasar.

"Lepaskan saya! Atau saya teriak di sini," ancam Bella kepada dosennya itu.

Arjuna melihat sekeliling dan memang mereka berada di tepi jalan, dengan terpaksa lelaki itu melepaskan tangannya dari tubuh Bella. Bella melangkah meninggalkan Arjuna yang tidak bisa berbuat apa-apa.

Mata Bella berkaca-kaca menahan air matanya agar tidak tumpah. Gadis itu tetap melangkahkan kakinya walaupun tidak tahu kemana arah dia pergi. Dia menoleh ke belakang mencari taxi untuk pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, Bella mengurung dirinya di kamar. Dia tidak membukakan pintu kamarnya bagi siapapun. Gadis itu bersembunyi di bawah selimutnya dan menangis, bagaimana mungkin orang tuanya tega menikahkan dirinya yang masih berusia delapan belas tahun. Gadis yang beranjak dewasa itu mempunyai banyak mimpi dan belum terpikirkan olehnya untuk menikah.

"Bella, sayang ... Buka dulu pintunya, nak?" perintah Nita dengan lembut, tapi tidak ada jawaban dari dalam kamar putri semata wayangnya itu.

Nita menggelengkan kepalanya saat suaminya menatapnya. Bella hanyut dalam kesedihannya, sampai dia tertidur semalaman. Isi kepalanya terlalu berisik untuk dirinya dan memilih meminum obat tidur.

****

Arjuna baru saja selesai mengajar dan hendak kembali ke ruangannya. Langkahnya terhenti saat melihat seorang gadis yang sedang bercengkrama bersama dengan temannya. Kedua kakinya langsung melangkah mendekati gadis yang sedang tertawa itu.

"Bella, ikut saya sekarang juga," ajak Arjuna saat lelaki melihat calon istrinya yang sedang bersama dengan sahabatnya.

Sontak Bella dan kedua sahabatnya langsung menatap Arjuna yang tiba-tiba saja menghampiri mereka. Bella menghela napasnya dengan kasar lalu mengikuti langkah kaki dosen akuntansi itu. Arjuna duduk di bangkunya dan melihat Bella yang berdiri di hadapannya. Anggi dan Gita saling menatap dengan tatapan bertanya-tanya, mereka berdua mengira sahabatnya itu terkena sebuah masalah.

"Apa yang kamu lakukan semalam sungguh tidak sopan, Bella!" tegas Arjuna sembari melepas kacamatanya.

Bella memutar kedua bola matanya. Gadis itu tidak ingin membahas masalah perjodohannya. "Mau Bapak apa menyuruh saya ke sini?" tanya Bella langsung pada intinya.

Arjuna menangkap tatapan Bella yang membara, sorotan tajam matanya menandakan gadis itu sedang marah.

"Baiklah, saya setuju dengan perjodohan yang di rencanakan oleh orang tua kita," jawab Arjuna singkat.

"Tapi saya tidak mau menikah dengan Bapak!" timpal Bella dengan menyilangkan kedua tangannya di dada. Gadis itu kekeh tidak mau menikah dengan Arjuna.

"Saya akan menerima tugasmu kala itu jika kamu mau menikah dengan saya," sahut Arjuna.

Arjuna melihat reaksi gadis itu, lelaki itu berharap Bella setuju menikah dengannya. Bella yang berdiri kini menarik kursi yang berada di depannya. Arjuna tidak mengalihkan pandangannya, lelaki itu masih terus menatap seorang gadis yang cepat atau lambat akan menjadi istrinya.

"Baiklah, tapi ada beberapa syarat dariku," ucap Bella dengan nada serius.

"Apa itu?" tanya Arjuna.

"Aku mau di bebas tugaskan di mata kuliah Bapak," sahut gadis yang kini tersenyum licik.

Arjuna menundukkan kepalanya sedetik. "Baiklah," sahut lelaki itu pasrah.

Arjuna menyodorkan tangan kanannya ke Bella dan gadis itu menjabat tangan Arjuna pertanda mereka berdua telah sepakat untuk menikah. Lelaki itu memakai kacamatanya kembali dan melihat Bella yang sudah keluar dari ruangannya. Dia mengambil ponselnya yang tersimpan di dalam saku celananya. Lelaki itu tampak ragu sebelum akhirnya memberanikan diri untuk menelepon seseorang.

"Halo?" ucap Arjuna ketika seseorang di ujung sana mengangkat teleponnya. "Ganesh, kita perlu bicara," sambung Arjuna dengan wajah murung.

Pertemuan Keluarga

Bella menghembuskan napasnya dengan lega saat gadis itu keluar dari ruangan Arjuna. Dia sempat berdiri untuk sekian detik sebelum kakinya melangkah menjauh dari ruangan itu. Bella berlari menghampiri kedua sahabatnya yang masih berada di tempat saat Arjuna memanggilnya.

"Kenapa Bel? Ada masalah apa?" tanya Gita. Begitu juga dengan Anggi yang mempersiapkan telinganya baik-baik untuk mendengar penjelasan dari Bella.

"Dia ... Dia mau menerima tugasku!" sahut Bella dengan tersenyum lebar. Setidaknya kini nilainya akan aman dan tidak perlu mengulang di semester depan.

Anggi dan Gita juga tersenyum senang bercampur dengan perasaan lega untuk sahabatnya itu. Senyum Bella semakin memudar saat gadis itu teringat dengan pernikahan yang akan di selenggarakan oleh kedua orang tuanya, tapi dia pintar mengontrol emosinya. Gadis itu kembali tersenyum lebar.

"Eh gimana kalau nanti sore ki ke mall?" ajak Bella dan di jawab dengan anggukan kepala kedua sahabatnya itu. "Aku mau beli jaket untuk persiapan naik gunung besok!" sambung Bella.

"Ah, benar juga! Aku juga belum mencari jaket dan topi," sahut Anggi, mengingat penyambutan mahasiswa baru yang akan di adakan di gunung.

Mereka bertiga sepakat untuk pergi ke mall setelah kelas mereka selesai hari itu. Tiba-tiba, ponsel Bella bergetar tanda ada pesan masuk. Dia membuka pesan yang berasal dari nomor yang dia tidak kenal. Pesan itu berisikan untuk mengadakan kembali pertemuan keluarga jam tujuh malam di rumah Bella.

"Arjuna? Oh nomor Arjuna," guman Bella sendiri.

"Apa bel? Kamu ngomong apa?" tanya Anggi yang tidak sengaja mendengar gumanan yang keluar dari mulut sahabatnya itu.

Bella langsung menggoyangkan kedua tangannya. "Ah tidak, ayo kita ke kelas!" ajak Arjuna mengalihkan pembicaraan.

Tepat pukul tiga sore kelas ketiga gadis itu sudah selesai. Sesuai dengan rencana yang telah mereka buat, mereka bertiga pergi ke mall untuk membeli perlengkapan acara penyambutan mahasiswa baru. Bella, Anggi dan Gita memutari satu mall, masuk dari toko satu ke toko yang lain hingga jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Bella membawa kantung belanjaan hasil pemburuan hari ini, begitu juga dengan kedua, sahabatnya.

"Kalau gitu aku duluan, ya. See you guys!" pamit Bella kepada kedua sahabatnya.

Ketiga gadis itu berpisah di parkiran mobil mall itu. Mobil Bella langsung menuju ke kediamannya. Dia langsung menginjak pedal gas agar bisa cepat sampai ke rumah. Bella menempuh waktu tiga puluh menit dan akhirnya gadis itu sampai di rumah. Kedua orang tuanya langsung menyambut Bella dan memeluk putri satu-satunya itu.

"Terima kasih ya, Bella!" bisik Anton sembari memeluk putrinya. Ayah Bella mengecup kening putri cantiknya. "Papa senang sekali saat Arjuna memberi kabar tadi siang," sambung Anton tersenyum lebar kepada putrinya.

"Anak Mama sayang," kali ini gantian Nita yang memeluk Bella dengan hangat.

"Ma, Pa, Bella siap-siap bentar ya," sahut Bella yang sudah ingin segera mandi. Tidak mungkin dia tidak mandi terlebih dahulu sebelum menyambut tamu penting malam ini.

***

Arjuna mengemudikan mobilnya menuju sebuah alamat yang sudah di berikan oleh calon mertuanya. Lelaki itu bersama dengan kedua orang tuanya dan adiknya mengulang pertemuan keluarga yang sudah gagal. Sepanjang perjalanan, lelaki itu hanya terdiam dan terlihat murung.

Mereka sampai di sebuah rumah yang tidak sebesar rumah keluarga Arjuna, tapi rumah itu terlihat nyaman dan terkesan mewah karena dekorasi taman yang enak saat di pandang mata, apalagi jika malam hari lampu-lampu menyala semakin mempercantik taman itu.

"Selamat datang Mas Didik, Mbak Usi, silakan masuk," sapa Anton kepada calon besannya itu.

Keluarga Arjuna masuk ke rumah dan duduk di ruang tamu. Arjuna melihat Bella yang sudah berdandan rapi dengan menggunakan sebuah kemeja berwarna merah jambu yang di padukan dengan rok di bawah lutut.

"Terima kasih, Nak Bella. Sudah kembali memikirkan tentang perjodohan ini," ucap Didik kepada Bella.

Bella memaksakan senyumnya menyungging. "Maaf Om, Tante ... Semalam sikap Bella sudah kurang ajar dan tidak sopan," lirih Bella, gadis itu menundukkan kepalanya karena malu.

Didik dan Usi tidak mengambil pusing masalah semalam, mereka berdua memaklumi sikap Bella yang terkejut dengan perjodohan ini. Didik berdehem sebelum memulai kata demi kata yang akan di ucapkan malam ini.

"Jadi, lusa kita akan mengadakan pernikahan yang sederhana saja sesuai dengan permintaan dari keluarga Bella," ucap Didik menjelaskan maksud tujuan keluarganya datang malam ini.

Arjuna hanya menganggukkan kepalanya, dia menuruti semua perintah Ayahnya, bahkan sebenarnya pikiran Arjuna sedang melayang entah kemana. Lelaki yang memakai kacamata itu hanya diam saja dan sesekali tersenyum masam. Berbeda dengan Bella yang bisa memanipulasi perasaannya.

Mereka berbincang membahas tentang pernikahan dadakan yang akan di laksanakan lusa sampai tengah malam. Kedua orang tua Bella dan Arjuna sangat antusias sekali, bahkan sampai tidak peduli dengan Siska yang sudah mengantuk karena gadis itu beberapa kali menguap.

"Sepertinya Siska sudah tidak tahan lagi dengan obrolan orang tua," ucap Usi dengan tertawa menggoda putri bungsunya itu.

Semua tertawa mendengar ucapan Usi, Siska hanya tersipu malu. Keluarga Arjuna berpamitan kepada keluarga Bella. Mereka akan bertemu kembali dua hari lagi di acara pernikahan anak mereka. Arjuna dengan sopan mencium punggung tangan kedua orang tua Bella.

"Bagaimana hubunganmu dengan perempuan itu?" tanya Didik kepada Arjuna saat mereka dalam perjalanan pulang ke rumah.

Arjuna yang masih fokus menatap ke depan karena menyetir melirik Ayahnya yang duduk di bangku depan. "Aku sudah menyelesaikan hubunganku dengannya. Lebih baik Papa tidak perlu membahas dia lagi," ucap Arjuna, setelah menyelesaikan kalimatnya lelaki itu tampak menelan ludahnya sendiri. Napasnya tercekat di tenggorokan, sesekali dia tampak kesal dan seperti menahan emosinya.

"Bagus, jangan mengecewakan keluargamu," sahut Didik tanpa melihat putranya.

Arjuna tidak menjawab, tanpa lelaki itu sadari lelaki itu mencengkram setir mobilnya dengan sangat kencang.

***

Sore hari sebelum pertemuan keluarga, Arjuna pergi ke salah satu kafe di pusat kota. Lelaki itu pergi menemui seorang wanita cantik berambut hitam lebat. Wanita itu tersenyum saat melihat Arjuna yang sudah datang duluan.

"Ganesh, sepertinya kita tidak bisa melanjutkan hubungan kita," lirih Arjuna pelan saat wanita yang dia cintai duduk di depannya.

Wanita itu terkejut mendengar ucapan yang keluar dari mulut kekasihnya. Dia mencoba mencerna setiap kata Arjuna dan menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak mengerti, sayang. Apa maksudmu?" tanya wanita yang bernama Ganesh itu.

Arjuna menatap mata sayu kekasihnya. "Aku ... Aku akan menikahi wanita lain," bisik Arjuna.

Ganesh mematung, selama ini hubungan mereka tidak ada masalah dan sekarang kekasihnya memutuskan hubungan mereka yang telah mereka jalin selama tujuh tahun. Ganesh berdiri dari duduknya, mata wanita itu berkaca-kaca, dia berlari meninggalkan Arjuna dengan bercucuran air mata.

"Ganesh! Tunggu! Ganesh!" panggil Arjuna, tapi wanita itu terus berlari meninggalkan Arjuna.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!