Bella menghembuskan napasnya dengan lega saat gadis itu keluar dari ruangan Arjuna. Dia sempat berdiri untuk sekian detik sebelum kakinya melangkah menjauh dari ruangan itu. Bella berlari menghampiri kedua sahabatnya yang masih berada di tempat saat Arjuna memanggilnya.
"Kenapa Bel? Ada masalah apa?" tanya Gita. Begitu juga dengan Anggi yang mempersiapkan telinganya baik-baik untuk mendengar penjelasan dari Bella.
"Dia ... Dia mau menerima tugasku!" sahut Bella dengan tersenyum lebar. Setidaknya kini nilainya akan aman dan tidak perlu mengulang di semester depan.
Anggi dan Gita juga tersenyum senang bercampur dengan perasaan lega untuk sahabatnya itu. Senyum Bella semakin memudar saat gadis itu teringat dengan pernikahan yang akan di selenggarakan oleh kedua orang tuanya, tapi dia pintar mengontrol emosinya. Gadis itu kembali tersenyum lebar.
"Eh gimana kalau nanti sore ki ke mall?" ajak Bella dan di jawab dengan anggukan kepala kedua sahabatnya itu. "Aku mau beli jaket untuk persiapan naik gunung besok!" sambung Bella.
"Ah, benar juga! Aku juga belum mencari jaket dan topi," sahut Anggi, mengingat penyambutan mahasiswa baru yang akan di adakan di gunung.
Mereka bertiga sepakat untuk pergi ke mall setelah kelas mereka selesai hari itu. Tiba-tiba, ponsel Bella bergetar tanda ada pesan masuk. Dia membuka pesan yang berasal dari nomor yang dia tidak kenal. Pesan itu berisikan untuk mengadakan kembali pertemuan keluarga jam tujuh malam di rumah Bella.
"Arjuna? Oh nomor Arjuna," guman Bella sendiri.
"Apa bel? Kamu ngomong apa?" tanya Anggi yang tidak sengaja mendengar gumanan yang keluar dari mulut sahabatnya itu.
Bella langsung menggoyangkan kedua tangannya. "Ah tidak, ayo kita ke kelas!" ajak Arjuna mengalihkan pembicaraan.
Tepat pukul tiga sore kelas ketiga gadis itu sudah selesai. Sesuai dengan rencana yang telah mereka buat, mereka bertiga pergi ke mall untuk membeli perlengkapan acara penyambutan mahasiswa baru. Bella, Anggi dan Gita memutari satu mall, masuk dari toko satu ke toko yang lain hingga jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Bella membawa kantung belanjaan hasil pemburuan hari ini, begitu juga dengan kedua, sahabatnya.
"Kalau gitu aku duluan, ya. See you guys!" pamit Bella kepada kedua sahabatnya.
Ketiga gadis itu berpisah di parkiran mobil mall itu. Mobil Bella langsung menuju ke kediamannya. Dia langsung menginjak pedal gas agar bisa cepat sampai ke rumah. Bella menempuh waktu tiga puluh menit dan akhirnya gadis itu sampai di rumah. Kedua orang tuanya langsung menyambut Bella dan memeluk putri satu-satunya itu.
"Terima kasih ya, Bella!" bisik Anton sembari memeluk putrinya. Ayah Bella mengecup kening putri cantiknya. "Papa senang sekali saat Arjuna memberi kabar tadi siang," sambung Anton tersenyum lebar kepada putrinya.
"Anak Mama sayang," kali ini gantian Nita yang memeluk Bella dengan hangat.
"Ma, Pa, Bella siap-siap bentar ya," sahut Bella yang sudah ingin segera mandi. Tidak mungkin dia tidak mandi terlebih dahulu sebelum menyambut tamu penting malam ini.
***
Arjuna mengemudikan mobilnya menuju sebuah alamat yang sudah di berikan oleh calon mertuanya. Lelaki itu bersama dengan kedua orang tuanya dan adiknya mengulang pertemuan keluarga yang sudah gagal. Sepanjang perjalanan, lelaki itu hanya terdiam dan terlihat murung.
Mereka sampai di sebuah rumah yang tidak sebesar rumah keluarga Arjuna, tapi rumah itu terlihat nyaman dan terkesan mewah karena dekorasi taman yang enak saat di pandang mata, apalagi jika malam hari lampu-lampu menyala semakin mempercantik taman itu.
"Selamat datang Mas Didik, Mbak Usi, silakan masuk," sapa Anton kepada calon besannya itu.
Keluarga Arjuna masuk ke rumah dan duduk di ruang tamu. Arjuna melihat Bella yang sudah berdandan rapi dengan menggunakan sebuah kemeja berwarna merah jambu yang di padukan dengan rok di bawah lutut.
"Terima kasih, Nak Bella. Sudah kembali memikirkan tentang perjodohan ini," ucap Didik kepada Bella.
Bella memaksakan senyumnya menyungging. "Maaf Om, Tante ... Semalam sikap Bella sudah kurang ajar dan tidak sopan," lirih Bella, gadis itu menundukkan kepalanya karena malu.
Didik dan Usi tidak mengambil pusing masalah semalam, mereka berdua memaklumi sikap Bella yang terkejut dengan perjodohan ini. Didik berdehem sebelum memulai kata demi kata yang akan di ucapkan malam ini.
"Jadi, lusa kita akan mengadakan pernikahan yang sederhana saja sesuai dengan permintaan dari keluarga Bella," ucap Didik menjelaskan maksud tujuan keluarganya datang malam ini.
Arjuna hanya menganggukkan kepalanya, dia menuruti semua perintah Ayahnya, bahkan sebenarnya pikiran Arjuna sedang melayang entah kemana. Lelaki yang memakai kacamata itu hanya diam saja dan sesekali tersenyum masam. Berbeda dengan Bella yang bisa memanipulasi perasaannya.
Mereka berbincang membahas tentang pernikahan dadakan yang akan di laksanakan lusa sampai tengah malam. Kedua orang tua Bella dan Arjuna sangat antusias sekali, bahkan sampai tidak peduli dengan Siska yang sudah mengantuk karena gadis itu beberapa kali menguap.
"Sepertinya Siska sudah tidak tahan lagi dengan obrolan orang tua," ucap Usi dengan tertawa menggoda putri bungsunya itu.
Semua tertawa mendengar ucapan Usi, Siska hanya tersipu malu. Keluarga Arjuna berpamitan kepada keluarga Bella. Mereka akan bertemu kembali dua hari lagi di acara pernikahan anak mereka. Arjuna dengan sopan mencium punggung tangan kedua orang tua Bella.
"Bagaimana hubunganmu dengan perempuan itu?" tanya Didik kepada Arjuna saat mereka dalam perjalanan pulang ke rumah.
Arjuna yang masih fokus menatap ke depan karena menyetir melirik Ayahnya yang duduk di bangku depan. "Aku sudah menyelesaikan hubunganku dengannya. Lebih baik Papa tidak perlu membahas dia lagi," ucap Arjuna, setelah menyelesaikan kalimatnya lelaki itu tampak menelan ludahnya sendiri. Napasnya tercekat di tenggorokan, sesekali dia tampak kesal dan seperti menahan emosinya.
"Bagus, jangan mengecewakan keluargamu," sahut Didik tanpa melihat putranya.
Arjuna tidak menjawab, tanpa lelaki itu sadari lelaki itu mencengkram setir mobilnya dengan sangat kencang.
***
Sore hari sebelum pertemuan keluarga, Arjuna pergi ke salah satu kafe di pusat kota. Lelaki itu pergi menemui seorang wanita cantik berambut hitam lebat. Wanita itu tersenyum saat melihat Arjuna yang sudah datang duluan.
"Ganesh, sepertinya kita tidak bisa melanjutkan hubungan kita," lirih Arjuna pelan saat wanita yang dia cintai duduk di depannya.
Wanita itu terkejut mendengar ucapan yang keluar dari mulut kekasihnya. Dia mencoba mencerna setiap kata Arjuna dan menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak mengerti, sayang. Apa maksudmu?" tanya wanita yang bernama Ganesh itu.
Arjuna menatap mata sayu kekasihnya. "Aku ... Aku akan menikahi wanita lain," bisik Arjuna.
Ganesh mematung, selama ini hubungan mereka tidak ada masalah dan sekarang kekasihnya memutuskan hubungan mereka yang telah mereka jalin selama tujuh tahun. Ganesh berdiri dari duduknya, mata wanita itu berkaca-kaca, dia berlari meninggalkan Arjuna dengan bercucuran air mata.
"Ganesh! Tunggu! Ganesh!" panggil Arjuna, tapi wanita itu terus berlari meninggalkan Arjuna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Afrion Siallagan
aduuuhhh arjuna
2024-01-24
0