Pagi menjelang, Bella di bangunkan oleh sinar matahari yang memaksa masuk melalui celah tirai jendela di kamarnya. Perlahan gadis itu membuka matanya, dia mengangkat kakinya yang kini sudah tidak bengkak lagi, perlahan pandangannya pindah ke tangan kanannya yang masih terbalut dengan kerasnya gipsum. Rasa gatal di kulitnya terus menyiksanya, tapi dia bersabar sampai tangannya benar-benar sembuh total.
Tiba saatnya gadis itu akan pergi kontrol memeriksa keadaan tangannya. Dia ingin berangkat pagi karena ingin mendapatkan antrian nomor satu, Bella orang yang tidak sabar menunggu. Dengan di antar oleh ibu mertuanya dan suaminya, mereka berangkat menuju rumah sakit besar di pusat kota S.
"Kamu tidak ada jadwal mengajar pagi ini, Juna?" tanya Usii memecahkan keheningan di dalam mobil.
"Nanti siang, Ma," jawab Arjuna sembari melihat lurus ke depan karena sedang menyetir.
Mereka tiba di rumah sakit pada pukul sembilan pagi. Suasana di sana belum terlalu ramai, tapi sudah ada orang yang berlalu lalang. Arjuna mendaftarkan istrinya dan dia mendapatkan antrian pertama, sesuai keinginan Bella.
"Mau minum? Dokternya belum datang," ucap Arjuna menawarkan minum kepada Bella.
Gadis itu menatap Arjuna dengan tatapan aneh. "Boleh, sama Mama juga ya Mas," sahut Bella yang sedang menunggu ibu mertuanya yang sedang mampir ke toilet.
Bella menatap suaminya yang pergi ke kantin mencari minuman, sedangkan ibu mertuanya sudah kembali dari toilet. Usi duduk di sebelah kiri Bella agar gadis itu bebas bergerak di sebelah kanannya.
"Ma, kok Mas Arjuna aneh ya tiba-tiba perhatian sama Bella," bisik Bella kepada ibu mertuanya.
"Bagus dong, Bella. Kok malah kamu bilang aneh?" jawab Usi yang kebingungan dengan perkataan menantu kesayangannya itu.
"Aneh Ma, pasti ada maksud terselubung di perubahan sikap Mas Arjuna," ucap Bella lagi yang merasakan keanehan pada sikap suaminya yang kini lebih peka.
"Berarti Arjuna sudah ada perasaan ke kamu, perasaan sayang atau cinta itu pasti akan tumbuh seiring waktu, apa lagi kalian sudah berjodoh," sahut Usi menjelaskan kepada menantunya.
Bella hanya mengangguk saja, karena Arjuna sudah datang dengan sebuah kantung plastik di tangan kanannya. Lelaki itu melangkah mendekati istri dan ibunya yang sedang duduk di ruang tunggu. Lelaki itu membukakan tutup botol air mineral itu sebelum dia berikan kepada Bella.
"Terima kasih, Mas," ujar Bella sembari menerima air mineral itu dengan tangan kirinya.
Mereka menunggu selama tiga puluh menit lalu dokter ortopedi yang menangani Bella sudah datang bersama seorang perawat di belakangnya. Tidak lama kemudian, nama Bella di panggil dan mereka bertiga masuk ke dalam poli untuk memeriksa tangan Bella.
"Satu bulan lagi kita lepas gipsumnya ya?" ucap dokter itu setelah memeriksa tangan Bella.
Gadis itu menghembuskan napasnya. Dia harus bersabar selama itu dengan tangan yang di balut gipsum.
"Untung saja tidak terlalu parah ini, jadi tidak perlu di operasi," sambung dokter lagi.
"Ada pantangan atau rekomendasi makanan untuk penderita patah tulang dok?" tanya Arjuna.
"Untuk pantangan tidak ada ya, jangan terlalu banyak bergerak saja dan makan makanan yang lebih bergizi," sahut dokter ortopedi itu.
"Baik, dokter," lirih Arjuna.
Dokter itu memberikan beberapa obat dan vitamin yang harus Bella konsumsi selama tangannya masih di gipsum. Selama itu dia kesusahan memakai pakaian karena kondisi tangannya yang belum bisa bergerak dengan bebas. Setelah menebus obat rawat jalan, mereka bertiga kembali ke rumah orang tua Arjuna.
"Bella, hari ini kita pulang ke rumah ya?" tanya Arjuna setelah mereka masuk ke rumah.
"Kenapa? Terus si-" Bella belum selesai menutup mulutnya, Arjuna langusng memotongnya.
"Ganesh sudah pulang, dia baru saja mengirimkan pesan singkat" timpal Arjuna.
"Oh, oke," jawab Bella singkat.
Arjuna kembali ke rumahnya sendiri, dia masuk ke dalam rumah yang sepi itu. Dia masuk ke dalam kamar tamu yang menjadi tempat Ganesh selama beberapa hari. Keadaan kamar itu sangat berantakan, lelaki itu tidak tahu persis apa yang terjadi tapi dia tahu perasaan wanita itu pasti sakit sekali.
Lelaki itu mulai mengambil bantal guling dan meletakkan dimana mereka seharusnya di letakkan. Arjuna juga mengambil sprei tempat tidur itu untuk di cuci. Dia membereskan rumah itu agar terlihat normal kembali. Setelah menyelesaikan semua itu, dia termenung dan mencoba untuk menghubungi Ganesh, tapi gadis itu tidak mengangkat telepon darinya. Sebentar lagi jadwal dia mengajar, dia menyiapkan dirinya untuk pergi ke kampus.
***
Bella masih beristirahat di rumah mertuanya, tiba-tiba ponselnya berbunyi karena ada panggilan masuk. Bella meraih ponselnya dan membaca nama Anggi di layar ponselnya itu.
"Anggi halo?"
"Kamu dimana sih? Aku di depan rumah kamu tapi kosong,"
"Aku kirim alamat kamu datang saja ke alamat rumah itu ya,"
"Oke, cepetan Bella,
Mungkin sudah waktunya bagi Bella untuk bercerita kepada kedua sahabatnya. Bella pergi menemui Usi untuk meminta izin pulang ke rumahnya karena kedua sahabatnya akan datang. Wanita itu tidak tega melihat menantunya berjalan kaki, lalu dia mengantarkan Bella pulang ke rumahnya dengan mengendarai sebuah motor matic.
Bella masuk ke dalam rumahnya setelah dia sampai, tidak lupa dia juga mengucapkan terima kasih kepada ibu mertuanya karena sudah mengantarkan dia pulang. Tidak lama kemudian sebuah mobil berhenti tepat di depan rumahnya.
"Anggi!" panggil Bella sembari melambaikan tangan kirinya.
Anggi dan Gita langsung melangkah mendekati Bella yang sudah berdiri di depan pintu. Kedua gadis itu melihat sekeliling rumah itu.
"Jadi kamu pindah rumah?" tanya Gita penasaran.
"Ayo masuk dulu," ajak Bella kepada kedua sahabat kesayangannya itu.
Mereka bertiga masuk ke dalam rumah itu dan duduk di ruang tamu. Anggi dan Gita menunggu penjelasan dari Bella, kedua gadis itu menatap Bella dengan tanda tanya besar.
"Kalian mau minum apa? Kita pesan online saja ya!" ucap Bella mengalihkan pembicaraan mereka.
"Nanti saja, Bella. Sekarang jelasin dulu kenapa kamu pindah rumah tidak bilang kepada kami?!" tanya Gita langsung ke pokok inti.
Bella mehembuskan napas panjangnya. Kedua matanya menatap kedia sahabatnya secara begantian. "Aku sudah menikah," lirih Bella dengan sangat pelan, bahkan kedua sahabatnya hampir tidak bisa mendengar suara Bella dengan jelas.
Anggi dan Gita saling menatap tidak percaya dengan ucapan Bella. Mereka berdua menertawakan Bella yang sudah berkata jujur dan menganggap Bella hanya bercanda saja.
"Bella, selain tanganmu yang patah sepertinya kepalamu juga ikut terbentur," Anggi meledek sahabatnya itu.
Gadis itu menarik napas panjang. "Cincin yang hilang kemarin di hutan itu cincin pernikahanku!" sahut Bella mencoba meyakinkan sahabatnya.
Anggi dan Gita berhenti tertawa karena melihat wajah Bella yang sudah sangat serius dengan ucapannya.
"Kamu tidak sedang bercanda?" tanya Gita yang sudah berhenti tertawa.
Bella menggelengkan kepalanya. "Kalian pasti terkejut jika mengetahui dengan siapa aku menikah," sahut Bella.
"Siapa?" tanya Anggi dan Gita secara bersamaan.
"Arjuna Darmendra," jawab Bella.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments