"Bella?! Nak? Apa yang terjadi? Kenapa kamu menangis?" tanya Usi yang terkejut tiba-tiba melihat menantunya menangis dengan membawa koper datang ke rumah.
Usi langsung menuntun Bella untuk masuk ke dalam, mereka duduk di ruang tamu. Ibu mertua gadis itu mengusap air mata menantunya yang terjun membasahi kedua pipi Bella.
"Sudah, sudah, jangan menangis lagi. Lihat itu kakimu jadi bengkak karena kebanyakan jalan," ucap Usi sembari memeluk gadis itu. "Kan bisa kamu minta telepon, kenapa? Cerita sama Mama," ucap Usi yang penasaran apa yang terjadi dengan menantunya itu.
Bella melirik kakinya dan melihat sebelah kakinya sudah bengkak, hal itu membuatnya semakin menangis. Selama sepuluh menit gadis itu menangis dan selama itu Usi dengan sabar menenangkan menantunya.
"Bella tidur di sini saja ya, Ma?" ucap Bella meminta izin kepada ibu mertuanya itu.
"Nak, bukannya tidak boleh, tapi sekarang Bella sudah punya suami dan Nak Bella harus meminta izin kepada Arjuna terlebih dahulu. Coba ceritakan kenapa ku menangis? Kalian bertengkar?" tanya Usi sembari menatap lembut menantu perempuan satu-satunya itu.
Bella menarik ingusnya yang hampir saja keluar karena terus menerus menangis, lalu gadis itu menggelengkan kepalanya. Gadis itu tampak ragu ingin bercerita tentang Ganesh. Namun, dia sudah tidak tahan lagi. Dia di hargai oleh Arjuna, maka dari itu dia mengadukan suaminya. Bella mengambil ponselnya, gadis itu menunjukkan video yang telah di kirim Gita kepadanya.
Usi mengambil ponsel menantunya dan menonton video itu. Wanita itu juga terkejut saat menonton video itu. Usi juga tidak sanggup menonton video itu sampai selesai. Wanita itu menatap sayu menantunya, dia mengusap lembut rambut Bella.
"Astaga Arjuna ... Nanti biar Mama sama Papa yang menegur Arjuna ya?" ucap Usi yang tidak tega dengan menantunya dia mengira Bella merasakan sakit hati yang luar biasa. "Kamu istirahat saja dulu di sini, ya?" sambung Usi lagi.
Bella menganggukan kepalanya dengan pelan. Dengan bantuan ibu mertuanya, Bella melangkah menuju kamar Arjuna yang kemarin pernah dia pakai untuk tidur. Dia termenung di dalam kamar lalu tersadar, kenapa dia bisa bersikap berlebihan seperti ini?
Gadis itu hendak berbaring saat seseorang membuka pintu kamarnya, ibu mertuanya masuk dengan membawa secangkir teh hangat. Beliau tersenyum manis dan menyuruh Bella untuk meminumnya.
"Sebentar Mama ambilkan baskom ya buat kompres kakimu, bengkak sekali Bella," ucap Usi sembari menyentuh telapak kaki menantunya itu.
Bella mengangguk lalu Usi keluar meninggalkan Bella hanya sebantat saja karena tidak lama wanita itu membawa baskom yang berisi air hangat yang sudah di campur dengan garam sedikit. Usi mengompres kaki Bella yang bengkak, sebenarnya Bella bisa melakukannya sendiri hanya saja ibu mertuanya tidak mengizinkan Bella dan menyuruh gadis itu untuk beristirahat saja. Gadis itu merasa dirinya adalah menantu paling beruntung sejagad raya karena memiliki ibu mertua yang sangat sayang kepadanya di tengah gempurnya internet yang menceritakan tentang mertua yang jahat dan licik.
Walaupun mereka baru kenal beberapa hari, tapi Bella sudah menyayangi ibu mertuanya seperti ibu kandungnya sendiri.
"Sudah kamu tenang saja, nanti biar Papamu yang ngomong sama Arjuna," ucap Usi sembari mengompres kaki Bella yang bengkak.
"Iya, Ma. Apa Bella salah jika melibatkan Mama sama Papa dalam urusan rumah tangga kami?" tanya Bella yang masih awam tentang rumah tangga.
Usi menatap Bella dengan tatapan lembut. "Tidak masalah bagi kami, karena kamu juga termasuk anak kami. Kalau kamu salah kami juga akan menegurmu, begitu juga sebaliknya," ungkap Usi dengan nada yang lembut sekali.
Bella memeluk ibu mertuanya. "Terima kasih, Mama. Bella sayang sekali sama Mama Usi," bisik gadis itu dengan manja. Usi membalas pelukan menantunya dan mencium kening gadis cantik itu.
***
Mobil Arjuna terparkir rapi di garasi rumahnya. Lelaki itu keluar mobil bersamaan dengan Ganesh. Mereka berdua masuk melangkah hendak masuk ke rumah, tapi pintu rumahnya terkunci.
"Bella? Bella?!" panggil Arjuna sembari mengetuk pintu rumahnya.
Ganesh mencoba untuk mengintip dari luar jendela. "Sepertinya dia tidak ada di rumah," kata wanita yang sedang memicingkan matanya untuk mengintip ke dalam rumah.
"Kemana gadis itu?" guman Arjuna, lelaki itu mengambil ponselnya di saku celana.
Arjuna hendak menelepon istrinya, bersamaan dengan panggilan masuk dari ibunya. Lelaki itu menyatukan kedua alisnya karena ternyata ada banyak panggilan tidak terjawab dari sang ibu.
"Iya, Ma? Juna baru saja sampai rumah," ucap Arjuna dengan sopan.
"Bella di rumah, lagi marah, kamu ke sini dulu," perintah sang ibu melalui telepon.
Arjuna menghembuskan napas panjangnya dengan kasar. Ganesh yang penasaran dengan apa yang terjadi di telepon hanya menatap Arjuna, tapi lelaki itu menyuruhnya untuk menunggunya di sini, lelaki itu juga memberikan kunci mobilnya kepada Ganesh untuk berjaga-jaga jikalau dia akan lama di rumah orang tuanya.
"Jangan lama-lama, Juna," kata Ganesh menatap kepergian Arjuna dengan berjalan kaki.
Lima menit berjalan Arjuna sampai juga di rumah orang tuanya. Lelaki itu memiliki firasat yang tidak enak di tambah lagi ketika dia membuka pintu rumah dan melihat kedua orang tuanya yang sudah menunggu putra sulungnya itu datang. Arjuna mendekati orang tuanya yang sudah memasang wajah serius. Di duduk di seberang ayahnya.
"Arjuna, apa kau ingin aku mati lebih cepat?" tanya Didik kepada putra sulungnya.
Arjuna yang mendengar hal itu langsung menatap ayahnya. "Apa maksud Papa? Juna tidak mengerti," sahut Arjuna bingung dengan maksud pembicaraan sang ayah.
"Sudah berapa juta kali Papa bilang sama kamu, jauhi wanita itu karena kamu ini sudah menikah!" tegas Didik dengan menatap tajam Arjuna.
Didik membanting ponselnya di atas meja, dan menyuruh Arjuna untuk melihat isi video yang ada di ponsel ayahnya. Arjuna mengambil ponsel itu lalu membukanya dan mendapati sebuah video. Lelaki itu memutar video itu lalu memejamkan matanya karena telah mengingkari janjinya dengan sang ayah.
"Papa ... Aku-" belum selesai Arjuna menyelesaikan perkataannya, sang ayah langsung memberi isyarat kalau beliau tidak ingin mendengarkan alasan apapun.
"Kalau kamu ingin minta maaf, minta maaflah kepada istrimu," timpal Didik.
Arjuna menundukkan kepalanya. Lelaki itu tidak berani melawan sang ayah. Dia berdiri dan langsung menghampiri istrinya yang berada di kamar lamanya. Arjuna melihat Bella yang sedang berbaring membelakangi pintu kamar. Lelaki itu duduk di tepi tempat tidur di seberang Bella. Ingin rasanya lelaki itu marah, tapi dia memendamnya.
"Bella! Ayo kita pulang," ucap Arjuna sembari menahan emosinya. "Bella! Ayo! Ganesh sudah nungguin kita," sambung Arjuna sembari membangunkan Bella yang pura-pura tidur.
Mendengar nama Ganesh membuat Bella benar-benar muak. Dia menatap tajam suaminya.
"Ganesh Ganesh Ganesh terus! Dasar brengsek!" maki Bella. "Kalau Mas kasihan sama dia ya sudah sana pulang sendirian, aku ngga mau pulang kalau dia masih di rumah," tegas Bella, gadis itu sangat marah sekali.
Arjuna melangkah dan berhenti di hadapan istrinya. "Bella, pelankan suaramu!" hardik Arjuna takut orang tuanya akan mendengar percakapan mereka.
"Kenapa? Takut?! Takut ka-" ucapan Bella tiba-tiba berhenti karena suaminya membungkam mulutnya dengan bibir lelaki itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Afrion Siallagan
junaaa junaaaa
2024-01-24
0
Herman Lim
kamu egois juna
2024-01-18
0