Panik!

Bella melihat suaminya yang sedang menerima telepon karena tangan kanannya memegang ponsel yang dia tempelkan di telinga lelaki itu. Gadis itu sempat bertemu mata dengan suaminya dan lelaki itu melangkah mendekatinya.

"Bella, semangat nanti muncaknya ya!" ucap Yudha yang tiba-tiba saja berdiri di samping Bella.

"Eh! Iya dong!" sahut gadis itu dengan tersenyum lebar lalu pandangan gadis itu kembali ke suaminya, tapi dia sudah tidak melihat lelaki itu lagi.

Semua berkumpul di pos keberangkatan, kegiatan ini akan di bagi menjadi lima kelompok. Sayangnya, Bella berada di regu terakhir. Anggi dan Gita berada di regu yang sama, yaitu regu keempat.

"Pasti Arjuna brengsek itu sengaja memisahkan aku dengan sahabatku!" maki Bella, gadis itu berguman sendiri. Untung saja tidak ada orang lain yang mendengar ucapan Bella.

Regu pertama baru saja berangkat, setiap regu di jeda waktu setengah jam. Tiba saatnya regu keempat berangkat. Anggi dan Gita bangkit dari duduknya, mereka berdua melambaikan tangan pada Bella yang memasang wajah sedih.

"Sampai ketemu di atas Bella!" ucap Anggi dan Gita secara bersamaan.

Bella hanya menganggukan kepalanya. Gadis itu melihat kedua sahabatnya yang sudah jalan mendaki gunung. Kini dia menunggu waktu tiga puluh menit sendirian. Sebenarnya, Bella mengenal semua orang yang ada di regu lima, hanya saja tidak seakrab dia dengan kedua sahabatnya itu.

"Jangan buat repot orang nanti ya!" bisik Arjuna tiba-tiba di samping Bella.

Gadis itu terkejut dengan kehadiran suaminya, bahkan dia hampir saja berteriak. "Bikin kaget aja sih! Iya tau, sudah sana jangan dekat-dekat nanti di lihat orang!" Bella juga berbisik, sembari menoleh memantau keadaan.

"Mama Nita sudah telepon saya tiga kali pagi ini," kata lelaki yang memakai baju lengan panjang berwarna hitam itu. "Pokoknya jangan bertingkah! Kerjaan saya di atas juga banyak tidak hanya memantau kamu saja," ucap Arjuna lagi.

Gadis berambut panjang itu hanya mendengus kesal sembari melirik tajam ke arah suaminya.

Bella yang tidak ingin orang lain mencurigai dirinya, langsung melangkah menjauh dari Arjuna. Setelah tiga puluh menit menunggu, akhirnya regu Bella akan berangkat. Arjuna kebetulan bertugas menjaga regu lima, sekalian dia akan memantau istrinya yang ceroboh itu.

"Pak Arjuna ganteng ya, Bel!" ucap Dea teman Bella di regu lima. "Apalagi kalau pakai baju santai begitu, berkharisma sekali," sambung Dea dengan tersenyum malu.

Bella terkejut saat temannya berbicara seperti itu, dia melihat ke belakang ke arah suaminya. Gadis itu langsung mual saat melihat wajah suaminya. "Kamu tidak salah lihat?" tanya Bella kepada temannya itu. "Kalau menurutku, Mas Yudha sih yang terlihat berkharisma, dia juga baik tidak galak seperti Pak Arjuna," ungkap Bella sembari mengejek suaminya.

"Mas Yudha sepertinya suka sama kamu deh Bella," ucap Dea membuat Bella memegangi kedua pipinya dengan malu. "Siapa sih yang ngga suka sama Bella Putri? Gadis tercantik seangkatan kita ini," puji Dea.

Bella semakin malu saat Dea memujinya. Mereka berdua menikmati keindahan alam di gunung itu. Walaupun jalanannya menanjak dan membuat mereka kelelahan, tapi pemandangan di jalur pendakian itu sungguh amat sangat indah, apalagi saat mereka semua melihat adanya air terjun di gunung, bahkan mereka menyempatkan untuk mengabadikan momen mereka di air terjun itu

"Pak Arjuna tolong fotoin kami ya!" pintar Dea saat lelaki itu melintasi Dea dan Bella.

"Oke," jawab lelaki berkacamata itu singkat.

Selesai mengambil foto, Arjuna mengembalikan ponsel Dea. Lelaki itu juga mengambil foto istrinya tanpa sepengetahuan Bella. Foto itu diambil untuk mengirimkan bukti ke ibu mertuanya kalau putri semata wayangnya baik-baik saja. Setelah selesai istrirahat selama sepuluh menit, regu lima kembali melanjutkan perjalanan mereka.

Bella sempat kelelahan karena semakin keatas jalanan yang mereka lalui semakin membuatnya tidak sanggup. Banyak teman menyemangati gadis itu. Bella meminum minumannya yang ternyata sudah habis.

"Nih, ambil aja," ucap Arjuna sembari memberikan botol minumnya.

Bella yang sedang duduk mendongakkan kepalanya, dia mengambil botol minum itu tanpa mengucapkan terima kasih kepada suaminya.

"Kalau tahu seperti ini, lebih baik kamu tidak usah ikut naik gunung," ejek Arjuna. Lelaki itu menahan tawanya.

Bella yang merasa di ejek oleh suaminya bangkit berdiri. "Ayo!" ucap Bella bersemangat kembali.

Arjuna tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. Hari semakin sore, mereka tiba di lereng gunung tempat mereka berkemah telat pukul lima sore. Semua mahasiswa mendirikan tenda mereka. Bella menghampiri Anggi dan Gita yang sudah mendirikan tenda dengan bantuan kecil dari teman laki-laki seangkatannya. Bella langsung membaringkan tubuhnya di dalam tenda, dia sangat kelelahan.

"Ngga lagi deh naik gunung," lirih Bella.

Mendengar ucapan Bella membuat kedua sahabatnya tertawa. Anggi memperhatikan jari manis Bella yang berkilau.

"Baru, Bel?" tanya Anggi sembari meraih jemari Bella.

"Oh itu? Hadiah dari Mama," sahut Bella berbohong.

Gadis itu melepaskan cincin kawinnya, dia menyimpan cincin itu di saku celananya. Panita acara itu menyuruh semua mahasiswa baru untuk menyiapkan acara nanti malam. Kebetulan, mereka menyuruh Bella, Anggi dan Gita mencari kayu kering untuk membuat api unggun. Ketiga gadis itu langsung melaksanakan perintah kakak tingkatnya itu.

Dengan bantuan dari panitia, mereka masuk ke dalam hutan untuk mencari kayu kering. Bella sempat terpeleset karena menginjak bebatuan yang berlumut. Bukannya menangis, Bella malah menertawai kebodohannya.

"Hati-hati Bella," ucap Anggi sembari mengulurkan tangannya kepada Bella.

Bella menepuk-nepuk pantatnya karena kotor. Bella dan Anggi kembali bergabung bersama panitia untuk membantu membawakan kayu kering. Setelah mendapatkan kayu yang lebih dari cukup, mereka kembali ke bumi perkemahan.

Semakin malam, udara di lereng gunung semakin dingin. Banyak mahasiswa yang lain termasuk Bella menggunakan jaket dan kupluk kepala. Api unggun juga sudah di nyalakan, Bella suka sekali berada di dekat api unggun karena merasa hangat. Malam itu, mereka merayakan bersama penyambutan mahasiswa baru dengan bernyanyi, bahkan ada yang menari. Arjuna dan dosen lainnya juga memberikan semangat baru untuk para mahasiswanya agar terus semangat belajar sampai lulus.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, panitia sudah membolehkan mahasiswa untuk kembali ke tenda karena jam tiga pagi dini hari mereka akan melanjutkan perjalanan menuju puncak yang tidak jauh dari tenda mereka. Bella dan kedua sahabatnya masuk ke tenda untuk bersiap tidur. Bella ingin mengganti celananya yang sudah kotor, dia merogoh daku celananya untuk menyimpan cincin kawinnya ke dalam tas, tapi gadis itu tidak menemukan cincin tersebut.

"Gawat!" ucap Bella panik.

"Kenapa Bella?!" tanya Gita yang penasaran karena Bella mencari ke setiap sudut tenda mereka.

"Cincin aku hilang!" sahut Bella yang terus mencari.

Anggi dan Gita membantu gadis itu mencari cincin, bahkan semua isi tas gunung Bella sudah di keluarkan, tapi cincin berkilau itu tetap tidak di temukan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!