Jatuh ke jurang?!

"Atau jangan-jangan jatuh waktu kamu terpelesat tadi," ucap Gita yang teringat kejadian tadi sore.

Bella menghela napasnya dengan kasar. Gadis itu meraih senternya dan hendak keluar. Mau tidak mau dia harus mencari cincin itu, kalau tidak pasti Arjuna akan memakai dirinya. Bella memberanikan dirinya untuk mencari ke dalam hutan. Anggi dan Gita ingin membantu sahabatnya, tapi Bella menolak bantuan dari mereka.

"Sebentar saja, lebih baik kalian di sini. Kalau tidak ketemu aku akan mengikhlaskan cincin itu," lirih Bella.

"Kamu yakin berani sendiri? Gelap Bella di sana," timpal Gita.

Bella mengangkat senternya. "Sebentar ya," ucap Bella lalu gadis itu melangkah masuk ke dalam hutan.

Bella menghirup oksigen dalam-dalam, dengan ragu dia melangkahkan kakinya menuju hutan yang gelap. Gadis itu merinding kedinginan karena udara di sana sangat dingin sekali. Dia memicingkan matanya dan mengarahkan senternya ke bawah untuk mencari cincin itu. Bella terus berjalan tanpa, sadar, gadis itu masuk terlalu jauh ke dalam hutan.

"Dimana cincin itu?!" guman Bella seorang diri.

Gadis itu melihat sekelilingnya, gelap. Tiba-tiba jantungnya berdetak kencang. Dia memutuskan untuk berjalan kembali ke arah tendanya, tapi dia tidak menemukan cahaya dari api unggun. Suara yang dia dengarkan hanya suara binatang malam saja. Bella semakin panik, kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, dia bingung dan akhirnya menangis.

"Bagaimana ini?" tanya Bella pada dirinya sendiri. Gadis itu menangis ketakutan.

Semakin Bella melangkahkan kakinya, dia tidak menemukan apapun. Yang ada hanyalah pohon besar yang sepertinya sudah dia lewati.

"Tolong! Tolong!" teriak Bella, gadis itu berharap ada seseorang yang mendengar suaranya.

Bella berlari entah kemana, gadis itu semakin panik. Tanpa sadar dia berlari dan terpelesat hingga terjatuh berguling-guling ke bawah jurang.

"Ahhh ... Sakit ... Ahhh," rintih Bella kesakitan hingga gadis itu tidak sadarkan diri.

***

Sudah satu jam lebih Bella tidak kunjung kembali, kedua gadis itu tampak cemas.

"Kita lapor saja ke Mas Yudha," ucap Anggi.

Gita setuju dengan usul Anggi. Mereka berdua keluar dari tendanya, suasanya di luar tenda sudah tampak sepi karena semua sudah masuk ke dalam tenda masing-masing. Anggi dan Gita melangkah menuju tenda panitia, di sana Yudha dan yang lain sedang membahas untuk acara besok pagi.

"Mas Yudha, tolong kami," kata Gita dengan wajah panik.

Yudha dan panitia lainnya menghampiri kedua gadis yang hampir menangis itu. "Bella Mas! Dia masuk ke dalam hutan dan belum kembali," ungkap Gita menjelaskan.

"Bella? Ngapain dia masuk ke dalam hutan?!" tanya Yudha, dia menyuruh panitia lain untuk memanggilnya Pak Arjuna dan dosen penanggung jawab yang lain.

Semua panitia langsung berkumpul. Tidak lama kemudian, Arjuna juga bergabung mendengarkan penjelaskan dari Anggi dan Gita. Lelaki itu langsung mengambil senter di kotak perlengkapan yang panitia bawa. Dia langsung membagi tim untuk mencari Bella.

"Kita berpencar ya! Jangan saling terpisah," perintah Arjuna.

"Baik, Pak," sahut panitia yang lain.

Mereka berpasangan mencari keberadaan Bella, Arjuna seorang diri karena lelaki itu sudah sering naik gunung karena itu adalah salah satu hobinya.

"Bella! Bella! Bella!" teriak Arjuna.

Namun, tidak ada jawaban dari gadis itu. Yang terdengar hanyalah suara dari panitia lain yang berteriak juga memanggil nama istrinya. Saat sedang berjalan, dia melihat sesuatu yang berkilau di bawah sana. Dia mendekati benda itu dan melihat cincin kawinnya.

"Bella kamu dimana?" gerutu Arjuna. Lelaki itu memungut cincin itu dari tanah, dia menoleh ke kanan dan ke kiri, lelaki itu bingung ingin melangkah ke sana atau ke mari. Arjuna melangkah ke sisi kanannya, dia hanya mengikuti insting saja. Di dalam hati lelaki itu, dia berdoa untuk keselamatan istrinya.

Arjuna terus mencari keberadaan istrinya, apa yang akan di katakan lelaki itu di hadapan keluarganya terlebih di depan mertuanya. Tiba-tiba mata Arjuna melihat sebuah senter yang masih menyala. Dia berlari ke arah senter itu. Senter itu terjatuh di tanah di tepi jurang.

"Sial! Bella?! Kami mendengarku? Bella?!" teriak Arjuna.

Arjuna mencoba untuk mengarahkan cahaya senternya ke bawah sana, dia melihat Bella yang tergeletak di bawah sana. Gadis itu tidak sadarkan diri, Arjuna mencari cara bagaimana dia bisa ke bawah sana dengan aman.

"Di sini! Bella di sini!" Arjuna berteriak sekuat tenaga agar yang lain bisa mendengarkannya.

Arjuna merosot ke bawah, dia sangat berhati-hati agar dirinya tidak terluka dan tidak menambah beban regu penyelamat nantinya. Dengan susah payah akhirnya Arjuna berhasil terjun ke bawah dengan aman. Lelaki itu langsung membaringkan tubuh istrinya.

"Bella? Bangun Bella?!" Arjuna berusaha membangunkan istrinya.

Lelaki itu memeriksa tubuh istrinya termasuk dengan kepala istrinya apakah ada luka yang membutuhkan pertolongan pertama atau tidak.

"Eehhh ... Sakit," rintih Bella yang sudah sadarkan diri.

"Bella? Mana yang sakit Bella? Dimana?" tanya Arjuna, lelaki itu sungguh panik.

"Semua ... Sakit sekali," rintih Bella.

Yudha tiba dengan panitia yang lainnya di atas sana, lelaki itu menelepon bantuan untuk mengangkat Bella dari dasar jurang. Lelaki itu juga terlihat sangat panik sekali melihat keadaan Bella di bawah sana.

"Bella, jangan tidur! Jangan tutup matanya!" perintah Arjuna.

Gadis itu malah menangis. "Mama! Aku mau pulang!" ucap Bella dalam isak tangisnya.

Arjuna menghela napasnya. "Sebentar lagi, jangan tutup matanya ya? Sebantar lagi bantuan datang," ucap Arjuna sembari mengusap rambut Bella.

Mereka berdua menunggu kurang lebih hampir dua jam untuk menunggu bantuan datang, beberapa orang dengan seragam berwarna orange datang dan mengevakuasi Bella dan Arjuna di bawah sana. Setelah hampir satu jam, akhirnya tim penyelamat berhasil mengangkat Bella dan Arjuna dari dasar jurang.

"Yudha, saya serahkan kegiatan besok sama kamu ya, saya akan menemani Bella untuk ke rumah sakit," ucap Arjuna.

"Baik, Pak Arjuna. Tolong selalu update keadaan Bella ya, Pak?" sahut lelaki yang ingin tahu keadaan gadis yang dia sukai itu.

Arjuna turun menuju rumah sakit dengan tim penyelamat. Mereka menaiki mobil ambulance, Arjuna terus menatap wajah istrinya yang sudah pucat. Gadis itu juga terus merintih kesakitan,, bahkan tak henti-hentinya menangis. Ingin rasanya lelaki itu marah, tapi melihat keadaan Bella yang menyedihkan, dia mengurungkan niatnya untuk marah. Dia menggenggam tangan Bella dengan kuat.

"Dokter, tolong berikan perawatan yang terbaik untuk dia," ucap Arjuna.

"Baik, Pak," sahut dokter itu sembari memeriksa keadaan Bella.

Arjuna mengeluarkan ponsel dari saku celananya, dia mengabari keluarganya. Lelaki itu sangat malu, karena tidak bisa menjaga istrinya apalagi dia sudah berjanji kepada ibu mertuanya untuk selalu menjaga putrinya.

"Pak, apa Anda juga ingin di periksa?" tanya salah satu seorang perawat di rumah sakit itu.

"Tidak, ini darah istri saya," sahut Arjuna sembari melihat bajunya yang sudah berlumuran darah, tapi tiba-tiba dia mematung saat melihat tangannya yang ternyata juga terdapat luka sobekan. Mungkin terkena batu ataupun ranting pohon saat dia turun merosot ke dasar jurang.

"Mari Pak, saya obati," ucap perawat itu.

Arjuna mengikuti langkah kaki perawat itu menuju ke salah satu bilik di ruang gawat darurat. Dia mendapatkan pengobatan pada luka sobek di tangannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!