017

Gio yang tidak tahan jika badannya dioleskan dengan obat betadine membuatnya perlahan membuka matanya dan betapa terkejut dirinya sudah berada di UKS sekolahnya.

“Sudah bangun, Gio? Bagaimana ada yang sakit?” tanya suster sembari mengoles obat merah tersebut ke pipi putih Giovanno yang terkena luka.

“Sakit, Sus, Suster kasih apa, kok perih-perih sangat?” tanya Giovanno yang ingin obat merah itu tidak diolesi ke seluruh tubuhnya.

“Suster memberikan obat betadine untuk tubuhmu agar lukamu tidak infeksi, sudah tiduran saja dahulu, obatnya belum selesai karena lukamu banyak sekali,” ucap suster tersebut menahan Giovanno tidak bangun dikarenakan melihat gelagat Giovanno yang ingin bangun dari tidur.

“Astaga, suster, saya tidak mau diberi obat itu, lukaku jadi perih soalnya,” tolak Giovanno yang sangat tidak suka jika diberi obat betadine karena lukanya makin terasa perih.

“Tidak bisa begitu, kamu harus diberi obat itu agar tidak infeksi, tenang saja, saya akan berusaha membuatmu terasa tidak perih meski memakai obat itu,” bujuk suster tersebut yang tidak ingin jika masalahnya makin ruwet.

Giovanno yang juga tidak ingin jika lukanya kembali diketahui oleh mamanya membuatnya mengiyakan perkataan suster tersebut dan memberi izin agar suster yang memberikannya secara langsung karena sebagian besar dirinya memercayai jika suster tersebut bisa membuatnya tidak terasa perih meski memakai obat tersebut.

”Baiklah, suster, janji tidak akan sakit?” ucap Giovanno meminta kepastian terhadap suster tersebut.

“Iya, tidak akan sakit, tenang saja kamu, kamu tinggal memejamkan saja matamu, coba bayangkan hal yang menyenangkan,” ucap suster tersebut yang menyuruh Giovanno untuk membayangkan hal yang menyenangkan untuk mengalihkan rasa perih akibat obat tersebut ketika diteteskan ke atas luka Gio.

Sementara kedua guru, guru olahraga serta guru Fisika ikut melihat luka-luka yang diderita oleh Giovanno dan bertanya mengenai kejadiannya dan juga mengapa bisa Giovanno sampai terlibat dengan geng tersebut.

“Bagaimana ceritanya sampai kamu bisa bertemu mereka? Kamu menerima beberapa pukulan?” tanya guru Olahraga yang ingin tahu seberapa parahnya luka serta pukulan yang diterima oleh Giovanno dari kelompok berandalan tersebut.

“Saya tidak menghitungnya jadi saya tidak tahu sudah berapa pukulan yang saya terima dari orang yang hendak menindas saya,” ucap Giovanno yang tidak menghitung sudah berapa pukulan yang menghantam ke tubuhnya.

“Begitu ya, kamu seharusnya tidak ceroboh, karena mereka dari sekolah lain,” ucap guru Fisika yang merasa heran karena Giovanno baru kali ini ikut campur sehingga menjadi sasaran empuk untuk para pembuli tersebut.

“Tetapi, Pak, tadi pada saat itu saya melihat anak yang ditindas jadi saya tidak tega sehingga mencoba menghentikannya,“ ucap Giovanno yang tidak ingin melihat orang lain ditindas meski terkadang orang tersebut lemah.

“Astaga, Gio, kamu harusnya tahu jika kamu itu tidak mahir atau mampu bela diri atau menangkis serangan mereka, dasar Gio, kalau mama kamu tahu bisa-bisa mama kamu protes ke pihak sekolah,” ucap guru Olahraga sembari menghela napas kasarnya karena anak dari pengacara terkenal terlibat dalam perkelahian meski menjadi korban.

“Kondisi anak tersebut yang lebih memprihatikan membuatku tak berpikir panjang,” ucap Giovanno sembari membatin dalam hatinya, “Sial, itu juga salah sistem karena membuat misi seperti itu, membuatku langsung bertindak saja tanpa ada persiapan.”

“Lain kali, jangan seperti itu, ya, sekolah jadi panik tahu, tidak,” tegas guru Fisika serta guru Olahraga bersamaan membuat Giovanno hanya bisa mengangguk sebagai tanda mengerti dan berjanji kepada mereka untuk tidak bertindak sembarangan.

"Saya mengerti, oh iya, Pak, Sus, bagaimana dengan anak yang mendapatkan lebih banyak pukulan dari saya? Apa sudah mendapatkan penanganan juga?" tanya Giovanno yang hampir saja melupakan kondisi anak tersebut yang lebih parah karena dia sudah terlebih dahulu dipukul sebelum Giovanno menyelamatkan. 

"Anak itu ya? Tenang saja, Gio, sudah mendapatkan penanganan, dia tertidur setelah sempat sadar karena lukanya yang mungkin menurutnya sangat perih," jelas suster UKS yang membuat Giovanno merasa lega karena tidak sia-sia menolong anak tersebut. 

"Apa kamu mengenalnya, Gio?" tanya ketiga orang dewasa tersebut dengan nada penuh selidik dan curiga kepada Giovanno.

Giovanno langsung saja menggeleng sembari berkata, "Tidak, saya tidak mengenalnya sama sekali, saya bahkan tidak tahu anak itu dari mana dan mengapa dia sampai dipukul oleh anak-anak berandalan."

"Jadi kamu menolongnya tanpa adanya persiapan?" tanya guru Fisika memastikannya untuk membuat laporan agar bisa memproses serta memprotes tindakan anak berandalan dark sekolah berbeda. 

"Iya, saya tidak ada persiapan karena merasa tidak ingin melihat anak itu ditindas lebih banyak lagi," ujar Giovanno yang memang merasa bersalah melihat orang yang membutuhkan pertolongan darinya. 

"Harusnya, kau memanggil guru, Gio, kau tidak punya pengalaman berkelahi mau mencoba menolongnya," protes suster yang tidak terima jika Giovanno tidak memanggil guru dan langsung mencoba menangani sendirian. 

Suster tersebut memarahi Giovanno sehingga tidak sangka jika dirinya menumpahkan Betadine ke luka serta memencet luka tersebut sedikit kencang membuat Giovanno langsung berteriak kesakitan karena penanganan suster tersebut yang terasa kasar. 

"Aw... Suster, pelan-pelan saja, sakit sekali," ucap Giovanno yang berteriak serta sedikit menahan meski terasa sangat perih. 

Suster yang mendengar teriakan sedikit keras Giovanno langsung melihat dan betapa terkejutnya apa yang dilakukannya. 

"Astaga, maafkan Ibu, Ibu tidak sengaja, maaf, Gio," ucap suster tersebut yang tidak sengaja lalu meniupkan sebagai ganti agar Giovanno tidak kesakitan karena kesalahannya. 

Sementara itu, di kasur khusus pasien dokter gigi, anak yang mendapatkan perawatan seperti Giovanno sedang tertidur, dia tidak terganggu meski seberangnya tepat kasur UKS tempat Giovanno berbaring, suara gaduh karena suster panik beserta Giovanno yang berteriak kesakitan. Seakan-akan dirinya tidak merasa terganggu dengan suara gaduh tersebut, membuat Giovanno langsung bertanya mengenai kondisi anak tersebut. 

"Ibu, anak itu dari tadi apa seperti itu?" tanya Giovanno dengan nada penasaran serta khawatir akan posisi anak tersebut karena tidak kunjung membuka matanya.

"Yap, tetapi dia sempat membuka matanya kok, tenang saja, dia dalam kondisi tidur," ucap suster tersebut yang berdiri dari kursinya sembari membereskan obat-obat yang dipakainya lalu memasukkan kembali ke kotak P3K. 

"Mengapa tidak merasa terganggu begitu mendengar suara gaduh meski dirinya tertidur?" tanya Giovanno yang merasa heran dengan tingkah anak tersebut. 

"Ibu mana tahu, Gio, ya sudah kau boleh beristirahat lagi atau kau mau menghubungi mama kamu, kamu boleh menghubungi mama kamu supaya mama kamu tidak khawatir denganmu," jelas suster yang di mana kedua guru Giovanno sudah keluar karena lihat jika kondisi Giovanno sudah membaik. 

"Baik, Bu, terima kasih banyak," ucap Giovanno dengan nada sopan. 

"Ya sudah, kalau begitu, Ibu tinggal bentar ke kantin, Ibu mau makan dahulu," ucap suster tersebut yang beranjak keluar dari ruang UKS. 

...***************...

Penasaran nih? Maaf Author gantung dahulu ya. Jangan lupa dukung selalu Auhtor Bam25 dengan cara beri like, rate, vote, gif dan comment. Kalian bisa juga follow akun IG Auhtor : @yoru_bam25 dan tiktok Auhtor: @reviewnovel, jangan lupa like dan follow ya. Arigatou gosaimasu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!