07

Bapak Junaid lantas memberi helm kepada Giovanno serta mengulang kembali alamat yang sudah tertera di aplikasinya untuk meminta konfirmasi kebenaranya, Giovanno mendengarkannya dengan saksama dan ketika sudah benar maka Giovanno menganggukkan kepalanya lantas memasang helm tersebut ke kepalanya dan naik ke motor Bapak Junaid.

Setelah semuanya siap, Giovanno lantas menaiki motor Bapak Junaid dan kemudian sopir ojol tersebut langsung melaju menuju ke alamat yang sesuai dengan aplikasi pemesanan ojol dengan kecepatan sedang karena permintaan Giovanno.

Butuh beberapa menit untuk sampai ke kediaman Giovanno karena jarak dari rumah sakit ke kediamannya cukup jauh. Hingga tepat pukul tujuh malam, Giovanno sampai ke pagar rumahnya dan ojol pesanannya menghentikan motornya untuk membiarkan pelanggannya turun dan motornya. Setelah turun dari motor, Giovanno langsung melepaskan helm yang dipakainya dan mengembalikan kepada sopir ojolnya.

“Ini Pak, terima kasih sudah mengantarkan saya hingga selamat,” ucapnya dengan sopan sembari menyerahkan helmnya kepada bapak tersebut lalu menuju pagar kediamannya untuk menekan bel sebagai tanda ada orang di luar rumah.

“Iya, sama-sama, jangan lupa kasih bintang lima ya,” ucap bapak Junaid yang lantas menaruh kembali helmnya lalu putar balik untuk meninggalkan Giovanno yang sedang memencet bel rumahnya.

Ting… Tong…

......................

Sementara di dalam kediaman Giovanno, terdengar bel yang dipencet dari luar oleh seseorang.

Ting.. Tong…

“Yanti, kamu bukakan saja pintunya, kemungkinan itu Den Glen,” teriak mbok Inem yang masih di dapur sedang menyiapkan makan siang untuk putra majikannya yang pulang telat.

“Baik, Mbok, Yanti akan bukakan,” ucap Yanti sedikit berteriak dan berlari menuju luar pekarangan untuk membukakan pagar untuk orang yang memencet bel kediaman Putra.

Di luar, tepatnya di depan pagar kediaman Putra, seorang pemuda yang memakai seragam SMA menunggu pagar dibukakan agar dirinya bisa masuk ke dalam rumahnya. Tubuhnya sebagian terlihat balutan perban akibat menjadi korban salah paham.

“Rupanya benar Den Glen, tumben Den Glen pulang malam?” tanya Yanti, pembantu yang mengurusnya sejak kecil sehingga Giovanno menganggapnya sebagai kakak perempuannya.

“Hehe… kakak, ada urusan tadi makanya Glen pulang malam,” ucap Glen sedikit berbohong karena mengetahui sifat Yanti yang pasti akan khawatir jika menemukan luka hampir sekujur tubuhnya.

“Begitu ya, masuk yang cepat ya, karena sepertinya nyonya menunggu Den,” ucap Yanti yang menyuruh anak majikannya untuk segera masuk ke dalam rumah agar tidak dimarahi oleh majikannya yang terkenal sekali marah tidak bisa diam memarahi orang.

“Baik, kak, saya akan segera masuk,” ucapnya sembari melepaskan kaus kaki dan sepatunya lalu merapikannya di rak sepatu keluarganya sesuai dengan tempatnya. Setelah menaruh sepatu di tempatnya, Giovanno masuk ke dalam rumahnya.

Sementara, itu maminya sudah duduk di ruang keluarga dengan anggun dengan tatapan seperti sedang mengintrogasi kliennya. Begitu Giovanno tiba ke ruang keluarga, betapa terkejutnya jika maminya sudah menunggunya dengan tatapan bagaikan elang yang ingin menyambar mangsa.

“Mami… Glen pulang,” ucapnya sembari menelan salivanya dengan susah payah karena melihat maminya menunggu dirinya di ruang keluarga.

Mampus aku, jika Mami sudah berada di ruang keluarga dengan tatapan mengerikan itu, berarti sudah tamat hidupku.

“Bagus sekali, Giovanno Glen Putra! Mau pulang sampai jam berapa kamu?” tanya Mami Rose yang melihat putranya baru pulang dan tiba hingga di rumah tepat jam 7 malam. Mami Rose tahu jika putranya tidak pernah pulang telat dari sekolah sehingga ini pelanggaran pertama yang dilakukan oleh putranya.

Mami Rose langsung mengamati putranya dari atas sampai bawah seperti sedang melihat apakah putranya mencari masalah atau tidak dan tidak disangka oleh Giovanno jika mata maminya sangat tajam mengamati dirinya, bagaikan sinar laser yang melihat dirinya tanpa tersisa.

“Kamu habis berkelahi ya? Dengan siapa? Dan, luka itu hasil dari kamu berkelahi bukan? Pantes, kamu tidak pulang cepat dan malah membolos karena berkelahi,” ucap mami Rose yang menganalisa semuanya hanya sekali melihat kondisi putranya yang sudah babak belur serta seragam yang kotor terkena debu dan darahnya.

Mami hebat dan deduksi analisisnya benar menepati 90% dan itu hanya sekali lihat, ya memang sih siapa saja mengetahui jika aku yang bermasalah.

”Mami, dedukasimu hanya benar 90% saja untuk kali ini,” ucapnya sembari melepaskan kacamata tebalnya seperti biasa ketika dirinya sampai di rumah.

”Kamu berani sekali ya, kayak papimu, dan mengapa kau mencopot kacamatamu?” tanya mami Rosa yang heran dengan perlakuan anaknya yang kali ini tiba-tiba berubah.

”Bukannya aku selalu mencopot kacamataku setiap kali aku di rumah ya? Apa Mami tidak tahu kebiasaanku satu ini?” tanya Giovanno kepada maminya membuat mami Rosa hanya bisa terdiam karena melupakan satu kebiasaan putranya ini.

Astaga aku lupa jika Glen selalu tidak memakai kacamata yang tidak ada minusnya jika dirinya di rumah dan itu membuat aura kegantengan putraku terlihat.

”Ya, sudah kalau itu kebiasaanmu, Mami tidak akan mempermasalahkannya, jadi balik lagi ke topik pertama, mengapa kamu bilang dedukasi Mamimu ini hanya benar 90% saja?” tanya mami Rosa yang bingung karena anaknya bilang analisisnya hanya benar 90% saja.

”Mami, aku bukan habis berkelahi tetapi korban perkelahian, karena Mami sudah melarangku berkelahi jadi ini hasilnya, aku korban perkalian karena salah paham jadi aku bukannya bermaksud untuk membolos les tetapi sempat dirawat di rumah sakit,” ucapnya membuat mami dan mbok Inem yang kebetulan lewat di antara mereka, langsung terkejut mendengar pengakuan Giovanno.

”Mengapa kau tidak mengabari Mami jika kau dirawat ke rumah sakit?” tanya mami Rosa yang tidak menyangka jika putra tampannya menjadi bulan-bulan anak-anak bar-bar. Sehingga membuatnya merasa bersalah karena menuduh putranya yang tidak-tidak.

”Mami, aku tidak sempat mengabari, maafkan aku jika membuatmu cemas, tetapi aku baik-baik saja,” ucap Giovanno yang berusaha meredakan kecemasan dan kepanikan maminya karena mengetahui jika dirinya masuk ke rumah sakit akibat pingsan.

“Astaga, Glen, biar begitu kamu seharusnya kabari Mami biar Mami bisa menemanimu dan juga kalau begini Mami jadi cemas kan,” ucap mami Rose yang menasehati putranya agar tidak mengulang perbuatannya lagi yang bisa membuat dirinya khawatir akan keselamatan putra semata wayangnya.

“Baik, Mami, aku mengerti, ini tidak akan terjadi lagi,” ucap Giovanno mengiyakan perkataan maminya yang mencemaskannya ketimbang maminya tidak diam karena masih cemaskannya.

“Haish… Baiklah kalau begitu, awas jangan sampai kamu mengulanginya lagi jika kamu mengulanginya, Mami akan memarahimu,” ucap mami Rose yang mengancam putranya untuk tidak melakukan kecerobohan yang membuat orang khawatir.

“Baik, baik, aku berjanji, Mami, sudah ya, aku mau makan, aku belum sempat makan,” ucap Giovanno yang hendak kabur dari omelan maminya yang seakan-akan tidak ada habisnya.

”Ya sudah, Mami sampai lupa jika kamu belum makan, makan yang banyak ya karena kalau tidak nanti kamu sakit,” ucap mami Rose yang tidak ingin melihat putranya jatuh sakit.

......****************......

Akhirnya Giovanno terlepas dari mulut cerewet ibunya juga. Penasaran ya? Jangan lupa dukung selalu Auhtor Bam25 dengan cara beri like, rate, vote, gif dan comment. Kalian bisa juga follow akun IG Auhtor : @yoru_bam25 dan tiktok Auhtor: @reviewnovel, jangan lupa like dan follow ya. Arigatou gozaimasu.

Terpopuler

Comments

George Lovink

George Lovink

Lebay ah...MC dan Maminya

2024-04-18

0

miyamura kun~

miyamura kun~

sip👍

2024-04-11

1

miyamura kun~

miyamura kun~

makan malam👍🗿

2024-04-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!