012

“Begitu ya, ya sudah, Mami tunggu saja, agar sarapannya bisa bersama,” ucap Giovanno yang membalikkan badannya dan pergi ke kamarnya untuk mengambil pakaian ganti yang akan dipakainya setelah mandi.

Sementara, Giovanno pergi meninggalkan mami Rose dan juga bibi, mami Rose sempat berbincang-bincang sebentar dengan bibi lalu membiarkan bibi melakukan pekerjaan rutinitasnya yang sempat tertunda karena dirinya mengajak bibi berbicara.

Butuh beberapa menit, Giovanno selesai mandi dan merasa jika tubuhnya terasa segar, lalu berganti dengan pakaian yang sudah dia siapkan. Setelah itu, dia menuju ke ruang makan untuk melihat apakah maminya sudah menunggunya di meja makan atau belum.

“Giovanno Glen Putra, mengapa kamu suka sekali membuat Mamimu ini menunggumu?” tanya mami Rose begitu mengetahui jika putranya sudah berada di meja makan tetapi tidak segera duduk di kursi meja makan.

Giovanno terkejut begitu mendengar suara mamanya yang sudah menyapanya terlebih dahulu sehingga membuatnya menampakkan dirinya ke hadapan mamanya.

“Maafkan, aku, Mami tidak akan menungguku lagi,” ucap Giovanno yang langsung menuju ke meja makan dan menarik salah satu kursi lalu duduk di kursi tersebut.

“Yanti, hidangkan saja sarapan paginya, jangan sampai membuat Glen terlambat sekolah karena sarapannya tidak segera dihidangkan,” perintah mami Rose kepada Yanti, salah satu pembantu di rumahnya yang cukup lama bekerja di kediamannya.

Yanti, langsung saja menuju ke dapur lalu menghidangkan lauk pauk yang sudah dimasak oleh Mbok Inem, pembantu lainnya yang bertugas memasak lauk pauk untuk sarapan serta bekal anak majikannya. Yanti menyajikannya di meja dengan tatanan yang sudah disesuaikan oleh mami Rose.

“Silakan dinikmati, Bu, Dik Glen,” ucap Yanti dengan ramah lalu meninggalkan mereka berdua karena hendak melanjutkan pekerjaannya kembali.

Sementara itu, hidangan lauk pauknya yang sudah tersedia dan ditata dengan rapi oleh Yanti, membuat selera makan Giovanno meningkat karena mencium aromanya yang menurutnya rasa masakan tersebut lezat.

“Cepat makan, nanti lauknya segera dingin, Glen,” ucap mami Rose yang sudah mengambil nasi dengan porsi secukupnya untuk putranya lalu menaruhnya di depan sang putra agar putranya langsung memilih lauk yang ingin dimakan bersama dengan nasi.

“Baik, selamat makan, Ma,” ucap Giovanno setelah memilih lauk yang akan dia santap bersama dengan nasi yang sudah diambilkan oleh maminya.

“Selamat makan juga,” ucap mami Rose sembari menyendokkan nasi dan menaruhnya ke piringnya sesuai dengan porsi sarapannya. 

Sementara Giovanno langsung saja menyuapkan sesendok nasi dengan lauk ke dalam mulut lalu mengunyahnya untuk menikmati rasa lauk serta nasi tersebut. Giovanno langsung menikmati lauk yang dibuat oleh Mbok Inem karena memanjakan lidahnya serta dia sangat menyukai citra rasa masakan yang dibuat oleh Mbok Inem sehingga membuatnya hampir melupakan untuk pergi ke sekolah jika Yanti tidak mengingatkannya.

”Dek Glen, ini sudah waktunya Dek Glen berangkat ke sekolah, jangan terlalu menikmati masakan Mbok Inem karena bisa membuatnya terlambat ke sekolah,” ucap Yanti membuat Giovanno terkejut dan langsung mencari keberadaan jam dinding.

Ketika dirinya berhasil mencari keberadaan jam dinding, jarum jam sudah menunjukkan jam tujuh kurang sepuluh menit membuatnya langsung segera menghabiskan sisa nasi serta lauk dengan sedikit gerakan terburu-buru, sementara Mbok Inem sudah menyerahkan tas bekalnya yang berisikan tepak makan siang dengan lauk yang sama seperti lauk sarapan.

”Ini, Den Glen, sudah Mbok siapkan bekal makan siang, Den, dimakan ya,” ucap Mbok Inem sembari menyerahkan tas bekal kepada anak majikannya yang terlihat sedang terburu-buru menghabiskan sarapannya.

”Aku pergi dahulu ya, Mami, aku pergi ke sekolah dahulu, Mbok Inem terima kasih banyak,” ucap Giovanno yang memberi salam dengan tergesa-gesa kepada maminya karena belum berganti seragam, serta mengambil tas yang sudah disiapkan oleh Mbok Inem dan tidak lupa mengucapkan terima kasih atas bantuan Mbok Inem yang mau mempersiapkan bekal makan siangnya.

Setelah menerima tas yang sudah disiapkan, Giovanno segera menuju kamarnya dan dengan gerakan cepatnya, dia berganti ke seragam sekolah dan memanggul tas sekolahnya di punggung. Meski dirinya bergerak dengan cepat, seragam yang dipakainya tetap rapi dan sabuk serta dasi sudah berada di tempat semestinya.

”Pak sopir, ayo kita berangkat, aku sudah hampir telat, jangan khawatir aku sudah berpamitan dengan mami sebelum aku keluar,” ucap Giovanno menghampiri sang sopir yang sudah menunggunya sekitar dua puluh menit yang lalu.

”Baik, kita akan berangkat, apakah mau mengebut?” tanya sang sopir kepada anak majikannya sembari membukakan pintu belakang agar Giovanno bisa segera masuk ke dalam mobil.

Setelah itu sang sopir segera mengendarai mobil yang biasa dipakai untuk mengantarkan anak majikannya ke sekolah dengan kecepatan cukup kencang dikarenakan perintah Giovanno yang sudah takut jika dirinya terlambat datang ke sekolah.

Jam tujuh tepat, mobil yang dikendarai oleh sopir keluarga Giovanno tepat melewati samping pagar sekolah dan di saat bersamaan, Giovanno melihat masih banyak siswa dan siswi yang berjalan masuk menuju pagar tersebut yang menandakan jika diri hadir tepat waktu di sekolahnya. Seperti biasa, sang sopir yang terlebih dahulu turun untuk membukakan pintu belakang, tempat di mana anak majikannya berada.

”Semoga Anda mendengarkan pelajaran dengan baik, Nak Glen, hati-hati di sekolah,” ucap sang sopir dengan nada sopan sembari membukakan pintu dan Giovanno turun dengan gerakan yang dapat menarik perhatian teman-teman perempuannya.

”Hey, kau lihat tadi? Gerakannya membuatku sempat terpesona kepadanya,” ucap teman perempuannya yang tidak satu kelas dengannya cukup terpana karena gaya turun Giovanno dari mobil menurutnya cukup keren.

”Terima kasih banyak, saya akan mendengarkan nasihat Anda, saya pergi ke sekolah,” ucap Giovanno berpamitan kepada sang sopir yang sudah mengantarkannya ke sekolah dengan kecepatan cukup cepat tetapi tetap aman.

”Saya akan menjemput Anda jika sekolah sudah bubar, jadi kabari saya jika Anda sudah selesai,” ucap sang sopir yang lalu masuk kembali ke kursi pengemudi lalu menyalakan mesin serta meninggalkan bangunan yang merupakan sekolah Giovanno.

Sepeninggal sang sopir, Giovanno berjalan masuk ke dalam bangunan sekolahnya dan menuju ke kelasnya. Giovanno masuk ke kelasnya dan bersiap mengikuti pelajaran di hari tersebut.

Sementara sistem, di saat Giovanno mengikuti pelajaran, dirinya mencoba mengamati serta menganalisis apa yang bisa menaikan peringkat tuannya tersebut.

Sepertinya Nak Vano memiliki pesona, karena tadi aku mengamati jika Nak Vano berhasil membuat beberapa teman perempuan yang seangkatan jatuh hati karena penampilan, dan kuakui jika muka tampannya itu sangat membantu.

Jika Giovanno berfokus dengan materi yang dijelaskan oleh gurunya di setiap mata pelajaran, sistemnya berfokus dengan analisis yang terus dia update agar bisa mempercepat kenaikan level maupun kemampuan tuannya.

...***************...

Jangan lupa dukung selalu Auhtor Bam25 dengan cara beri like, rate, vote, gif dan comment. Kalian bisa juga follow akun IG Auhtor : @yoru_bam25 dan tiktok Auhtor: @reviewnovel, jangan lupa like dan follow ya. Arigatou gozaimasu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!