Langit tak berbintang menyelimuti malam, menemani Rebecca yang masih termangu, memikirkan kisah teman-temannya. Rebecca seakan tak percaya, teman sebangkunya semasa SMA akan menikah dengan cowok yang dekat dengannya. Rebecca sama sekali tak menyangka, takdir di sekitarnya berputar seperti cerita dalam novel romantis yang pernah dia baca.
Lamunan Rebecca membawanya mengarungi ruang dan waktu kembali ke masa putih abu-abu. Masa dimana dia pertama kali mengenal Senja, gadis manis berhijab lebar. Saat itu, hari pertama masuk sekolah di tahun pelajaran yang baru. Rebecca yang baru saja pindah dari luar kota terpaksa harus beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru. Rasanya malas sekali harus mengenal orang-orang baru lagi.
Rebecca berjalan di belakang guru wali kelasnya menuju ke kelas barunya. Sepanjang koridor, tak satupun mata yang tak memandang Rebecca, gadis setinggi 168cm, berjalan tegak, dengan rambut bergelombang sebahu yang dibiarkan terurai. Parasnya yang tegas dan ayu sekaligus menjadi daya tarik tersendiri baginya. Guru memasuki ruang kelas XI-A2 yang berarti disitulah Rebecca akan melanjutkan masa putih abu-abunya.
"Gaes~" sapa Bu Riana pada murid-murid di kelasnya yang masih berisik karena bel masuk memang belum berbunyi.
"Weis. Nemu cewek cakep darimana, Buk?" tanya Erfan, ketua kelas paling kocak seantero sekolah.
"Tadi di jalan, di bungkus kresek item," jawab Bu Riana.
"Duh kasian amat. Masa' dibungkus kresek, Buk?" sahut Dandi.
"Makanya ibu bawa kemari. Namanya Angelica Rebecca. Dipanggilnya Caca,"
'Wali kelasnya lumayan, nih,' pikir Rebecca.
"Caca cantik duduk sama saya ya, Buk? Kan bangku yang kosong cuma deket saya," ucap Erfan.
"Justru Caca cantik harus dijauhkan dari setan yang terkutuk," balas Bu Riana diikuti gelak tawa seluruh kelas.
"Caca sama Senja aja, Buk. Biar saya pindah deket Erfan," usul Laila yang kemudian beranjak dari tempat duduknya.
"Nah, disitu baru aman dari godaan setan yang terkutuk. Caca, kamu duduk sebelah Senja ya. Dijamin aman!" ucap Bu Riana mempersilakan Rebecca duduk.
"Yaelah, apes amat gue. Nggak jadi duduk sama bidadari, malah duduk sama nenek sihir," komentar Erfan melihat Laila sudah pindah duduk di sebelahnya.
"Makanya, ati-ati, Fan. Kamu bisa disihir jadi batu kalo macem-macem," ucap Bu Riana.
"Nama saya Erfan Ali Mahmudi, Buk, bukan Malin Kundang," sahut Erfan diikuti tawa riuh dari seisi kelas.
Bel masuk berbunyi.
"Ibuk ke kelas sebelah dulu ya gaes~," pamit Bu Riana mendengar bel masuk berbunyi.
"Ati-ati, Buuuuk," ucap seisi kelas kompak.
Kelas kembali riuh. Erfan dan Dandi mendekat ke meja Senja.
"Senjaaa... Senja duduk sama Laila lagi dooong," pinta Erfan.
"Kata Bu Riana, aku harus menjaga Caca cantik. Jadi, kalo aku pindah tempat duduk, artinya aku nggak menjalankan amanah yang diberikan Bu Riana ke aku," ucap Senja.
"Yaelah, Njaaa... Bu Riana kan nggak ada disini, nggak liat," bujuk Erfan.
"Iya, Bu Riana emang nggak ada, nggak liat. Tapi... Allah kan ada, Allah liat. Jadi, aku nggak berani lah," ucap Senja.
"Wuiiih... Senjata andalannya Senja keluar, Fan. Takut gue, udah yuk, balik," ajak Dandi dengan mimik wajah ketakutan yang dibuat-buat.
"Iya ih, Senja sereeem..." kata Erfan sambil berjalan menuju tempat duduknya.
Senja tersenyum melihat tingkah kedua temannya.
"Oh iya, kita belum kenalan. Namaku Senja,"
"Caca," ucap Rebecca singkat sambil menyalami Senja. Rebecca sedikit merasa tak nyaman duduk bersebelahan dengan Senja.
"Itu tadi Erfan, ketua kelas kita. Dia emang kek gitu orangnya, tapi dia bertanggung jawab banget kok sebagai ketua kelas. Kamu bisa ngandelin dia. Trus yang satunya tadi Dandi, wakil ketua kelas. Memang penampilan ketua dan wakilnya nggak representatif, tapi mereka duo yang keren kalo udah menjalankan tugas. Yang tadi pindah tempat duduk, namanya Laila, bendahara paling galak, tapi dia pinter dalam mengelola uang kas kelas," jelas Senja memperkenalkan tiga temannya yang mempunyai jabatan penting di kelas. Rebecca cukup terkejut, mengira kalau Senja hanya akan diam saja setelah memperkenalkan diri.
"Kalo lo jadi apa di kelas?" tanya Rebecca pada Senja.
"Aku? Aku jadi yang jagain kamu biar aman dari godaan mereka-mereka," ucap Senja sambil menunjuk Erfan dan Dandi.
"Ada-ada aja," ucap Rebecca sambil menggelengkan kepala.
Guru yang mengajar kelas XI-A2 sudah memasuki kelas. Pelajaran demi pelajaran dimulai dengan khidmat. Sampai tak terasa waktu istirahat pertama tiba.
"Caca mau ke kantin? Aku anterin," Senja menawarkan.
"Eh? Boleh,"
"Ikutan dong," sahut Laila dari belakang.
"Yuk!"
Sepanjang koridor menuju kantin, Rebecca menjadi pusat perhatian.
"Ca, lo udah mirip artis," komentar Laila melihat efek yang ditimbulkan oleh Rebecca saat berjalan menyusuri koridor ruang-ruang kelas.
"Apaan sih, La?"
"Eh ada cewek baru. Boleh dong kenalan," tanya seorang murid cowok di depan kelas XI-A4.
"Rio, maaf ya, Cacanya mau ke kantin. Kalo mau ngobrol, nanti aja, gimana?" tanya Senja.
"Eh, Senja. Oh, ini temen barunya Senja? Namanya siapa tadi? Caca? Oke deh, ntar lah Rio main ke kelas Senja. Ati-ati ya, Senja," jawab Rio.
"Oke. Makasih, Rio," ucap Senja sambil tersenyum.
Rebecca heran. Semua cowok sangat santun terhadap Senja. Tak cuma Erfan, Rio yang penampilannya udah mirip preman aja bisa sangat sopan pada Senja. Rebecca sempat khawatir kalau-kalau Rio akan nyolot dan marah ketika Senja mencoba menghalangi Rio menggodanya.
"Lo hebat ya, Nja. Cowok-cowok bisa pada baik sama lo," komentar Rebecca ketika mereka sudah duduk di kantin.
"Senja mah gitu. Dia itu pendiam, tapi semua orang kenal dia. Apalagi cowok-cowok selengekan macem Erfan sama Rio. Gue juga heran. Mereka tuh suka godain Senja. Senja yang digodain juga kek gitu tadi jawabnya, lemah lembut, santai, tapi dalem," jawab Laila.
"Mereka butuh hiburan juga mungkin, La. Menyenangkan teman kan dapet pahala. Lagian mereka godainnya nggak yang nggak sopan ato gimana gitu," ucap Senja.
"Eh, Ca. Biar kek gini, Senja tuh jadi cewek paling diincar di sekolah," kata Laila.
"Hah? Maksudnya?" tanya Rebecca bingung.
"Udah, La. Itu cuma lucu-lucuan aja, nggak usah dibahas," sahut Senja.
"Jadiii... Pas kelas 10, udah ada lima cowok yang ditolak sama Senja. Termasuk ketua club sepak bola sekolah!"
"WHAT?!" teriak Rebecca, membuat seisi kantin menoleh ke arahnya.
'Cewek berhijab besar gini banyak juga yang nembak?' batin Rebecca.
"Serius?" tanya Rebecca tak percaya.
"Iya. Soalnya, Senja kalo ditembak nggak mau yang di tempat sepi, jadi cowok-cowok yang nembak Senja itu terpaksa nembaknya ya kalo nggak di depan kelas ya di dalem kelas. Otomatis semua orang tau," cerita Laila.
"Beneran, Nja?" tanya Rebecca memastikan. Senja hanya mengangguk.
"Lah kenapa lo tolak?" tanya Rebecca polos.
"Cacaaaa... Lo liat dong Senja. Mana ada cewek kek dia pacaran? Kalaupun ada hijabnya cuma buat kedok aja," ucap Laila.
"Lailaa... Nggak boleh gitu,"
"Ehe~,"
Rebecca hanya bengong, mencerna cerita Laila yang sepertinya mustahil. Tapi, Senja juga tak menyangkalnya. Rebecca makin ingin tahu seperti apa Senja. Selama ini, Rebecca mengira perempuan-perempuan yang mengenakan hijab besar itu identik dengan kefanatikan terhadap agamanya, tertutup dan nggak asik. Tapi, dari yang Rebecca lihat beberapa jam ini, Senja adalah gadis yang pintar, ramah, tak membeda-bedakan teman secara Rebecca berbeda keyakinan dengan Senja, menghadapi teman-teman lawan jenis dengan elegan dan sopan tanpa bersikap anti terhadap mereka. Penilaian Rebecca jadi berubah.
'Lo emang beda, Nja,'
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments