Satu jam berlalu di Black&White Cafe, cafe langganan Rona setiap kali jalan bersama cewek. Meski begitu, Rona terlihat sedang memikirkan sesuatu. Rebecca yang sedari tadi duduk di sampingnya, sama sekali tak disentuhnya. Jangankan disentuh, ngobrol saja tidak! Aneh! Tak biasanya Rona seperti itu.
"Beb, kamu mikirin apa sih?" tanya Rebecca yang mulai sebal dicuekin.
"Nggak ada," jawab Rona singkat, lalu menyeruput es cappucino pesanannya.
"Nggak ada tapi dari tadi gue cerita cuma lu jawab 'hmmm', biasanya lu nggak gini," protes Rebecca.
"Emang iya? Biasanya gue gimana?" tanya Rona yang mulai mencoba fokus pada Rebecca.
"Yaa... Gitu deh. Masa' harus gue jelasin?" tanya Rebecca yang sekarang tersipu.
"Eh, Beb. Lo kalo jalan sama cowok, jangan pake kode-kode an. Ngomong langsung maunya apa," jelas Rona.
"Cowok mah gitu. Nggak peka. Makanya gue males pacaran," protes Rebecca.
"Tapi lo masih straight kan?" tanya Rona penasaran.
"Masih lah. Gila ya lo?" jawab Rebecca sedikit nyolot.
"Weis, santai, Beb. Abisnya lo bilang males pacaran,"
"Iyaaa... Gue salah ngomong! Tapi gue masih normal ya. Gila aja suka sama cewek,"
"Kan sekarang lagi tren, Beb,"
"Eh, senakal-nakalnya gue, gue nggak melanggar kodrat ya. Lo pikir, Tuhan udah menciptakan cowok buat cewek, udah dijodohin gitu gembok sama kunci, kalo cocok kan enak. Lah kalo gembok sama gembok? Gimana jadinya?" jelas Rebecca.
"Bwahahaha... Gembok sama gembok... Ahahaha~"
"Bener kan gue? Lagian itu juga udah ada pakar yang bahas, kalo kek gitu itu bisa disembuhin, tinggal orangnya sama lingkungannya mendukung ato nggak,"
"Emang smart lo,"
"Kalo gue nggak smart, emang lo mau jalan sama gue?"
"Nggak lah," ucap Rona sambil mengecup singkat pipi Rebecca. Rebecca tersenyum sudah mendapatkan Rona yang biasanya.
Rebecca memang cewek sexy dan cantik asli Indonesia. Selain itu dia termasuk cewek pintar di jurusan Seni Rupa. Banyak karya lukisnya yang selalu menjadi juara lomba seni antar kampus. Tapi, dia terkenal susah didekati cowok. Dan cowok satu-satunya yang bisa jalan dengan Rebecca hanya Rona. Semua merasa iri dengan pasangan itu. Tapi, semua juga tahu bahwa Rebecca bukan satu-satunya untuk Rona. Rebecca pun tahu itu. Dan cewek cantik itu tidak mempermasalahkannya.
"Eh, jujur sama gue. Lo mikirin cewek ya barusan," tanya Rebecca menyelidik.
"Mana ada cewek dipikiran gue?" kilah Rona.
"Hey, Beb, playboy itu juga manusia. Punya rasa punya hati,"
"Lah malah nyanyi,"
"Serius gue,"
"Ya kan bener itu lagunya Seurieus,"
"Beeeeeb!!!"
"Ahahahahaha~ oke oke, gimana?" tanya Rona sambil menahan tawa.
"Ya gitu. Akan tiba saatnya lo jatuh cinta," ucap Rebecca.
'*Jatuh cinta? No*!' batin Rona.
"Lo belum jatuh cinta, Beb?" tanya Rona.
"Boro-boro mikirin jatuh cinta. Mikirin proyek akhir semester aja pusing gue," ucap Rebecca.
"Kata orang, Beb, jatuh cinta itu nggak dipikirin, tapi dirasain,"
"Nggak ngerti gue,"
"Sama,"
"Masih jauh keknya,"
"Jauuuuuh banget,"
Keduanya kemudian menyeruput minuman masing-masing dan tenggelam dalam pikiran masing-masing. *Jatuh cinta*...
\*
"Yakin nggak gue anter aja?" tanya Rona pada Rebecca ketika hendak melajukan motor Honda CBR250RR miliknya.
"Iya. Gue nunggu temen gue, bentar lagi juga sampe orangnya," jawab Rebecca sambil membalas chat di ponselnya.
"Ya udah. Gue duluan kalo gitu," pamit Rona yang dibalas anggukan oleh Rebecca.
Rona melajukan motornya menuju arah rumahnya yang melewati depan kampusnya. Ketika berhenti di lampu merah depan kampusnya, Rona melihat sosok Senja yang sedang duduk di halte bus sambil membaca buku. Ada rasa penasaran yang tiba-tiba hadir di benak Rona. Ketika lampu sudah menyala hijau, Rona melajukan motornya dan berhenti di samping halte bus tempat Senja duduk. Dilihatnya buku yang dibaca Senja.
'*The Origin karya Dan Brown*?' batin Rona.
Rona melepas helmnya, kemudian memanggil Senja.
"Senja,"
Tak ada respon.
'*Gila. Gue dicuekin*,'
"Senja," Rona memanggil Senja kedua kali. Kali ini yang menoleh malah seorang ibu-ibu yang duduk di samping Senja. Rona mengangguk sopan kepada ibu-ibu itu. Lalu ibu-ibu itu mencolek Senja yang asyik membaca. Senja lalu memasukkan salah satu tangannya ke dalam jilbabnya yang besar. Ternyata Senja memakai earphone di telinganya!
"Iya, Buk, gimana?" tanya Senja sopan kepada ibu-ibu yang mencoleknya.
"Keknya Mbak dicari temennya. Itu," ucap ibu-ibu itu sambil menunjuk ke arah Rona yang masih nangkring di atas motornya.
Senja menoleh dan melihat Rona disana. Merasa bingung dan heran, Senja menunjuk dirinya, seolah bertanya 'kamu manggil aku?'. Rona hanya mengangguk. Senja mendekat ke arah Rona. Jarak mereka kira-kira satu meter.
"Ada apa?" tanya Senja ketika sudah di dekat Rona.
"Lo mau pulang?" tanya Rona.
"Nggak sih, mau ke toko buku dulu. Kenapa?"
"Gue anter?" Rona mencoba menawarkan.
"Nggak usah lah. Itu busnya udah dateng," tolak Senja sambil menunjuk bus yang berjalan lambat menuju halte.
"Makasih ya," ucap Senja sambil berlalu naik bus yang sudah berhenti di halte.
Rona menatap bus yang dinaiki Senja. Seolah tertegun dengan sosok Senja yang tidak merasa terpesona dengan ketampanannya. Sedetik kemudian Rona melajukan motornya. Bukan menuju arah rumahnya, melainkan mengekor bus dimana ada Senja di dalamnya.
'*What am I doing*?'
\*
Senja memang tidak bohong. Bus yang dinaikinya berhenti di halte yang berjarak 100 meter dari toko buku. Rona membelokkan motornya menuju tempat parkir toko buku yang tersedia. Perlahan Rona masuk ke toko setelah memastikan Senja sudah memasuki toko buku.
Rona berlagak sedang mencari-cari buku sambil sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sosok Senja berada. Yang pertama Rona tuju adalah sudut buku-buku religi. Rona tidak menemukan Senja disana. Lalu, Rona beralih ke sudut buku khusus wanita, meskipun sedikit canggung memasuki sudut itu. Tidak ada Senja disana.
'*Lo dimana sih*?' batin Rona sambil berpikir. Rona ingat buku yang dibaca Senja di halte.
'*Novel terjemahan*!'
Rona lalu menuju sudut novel terjemahan. Dan ya! Dia menemukan Senja disana sedang fokus membaca sinopsis di bagian belakang sebuah buku. Rona menghampirinya. Cukup terkejut dengan buku yang baru saja Senja kembalikan ke rak buku.
'*Akiyoshi Rikako "Giselle*"?' batin Rona lalu mengambil buku yang baru saja dikembalikan Senja di rak dan membaca sinopsisnya.
'*Mystery, thriller? Seleranya boleh juga*,' Rona mengembalikan buku itu ke tempatnya kemudian mengekor Senja yang tidak sadar sedang diikuti oleh Rona.
"Lo suka baca novel terjemahan?" tanya Rona yang sukses mengagetkan Senja yang sedari tadi khusyuk memilih buku.
"Eh? Iya," jawab Senja singkat lalu kembali fokus mencari buku yang menarik perhatiannya.
"Gue kira cewek kek lo cuma suka baca buku religi," ucap Rona terus terang.
"Buku religi juga suka. Penting malah. Kalo yang ini hiburan. Kadang juga dapet wawasan dari buku-buku novel semacam ini. Kalo misalkan males belajar via buku non-fiksi, bisa pake buku fiksi seperti ini. Terkadang di dalam buku fiksi ada beberapa fakta atau sejarah yang nggak kita tahu," jelas Senja sambil masih fokus mencari buku.
"Emang iya?" tanya Rona.
"Iya. Misalkan di buku-buku karya Dan Brown kita bisa tahu beberapa karya seni di dunia. Yang baru aku baca The Origin yang disitu mengangkat tema modern art. Padahal biasanya Dan Brown itu make karya seni klasik yang sarat akan kode,"
"Suka baca thriller?" tanya Rona penasaran.
"Apa aja suka. Tapi yang paling bikin gemes ya thriller," ucap Senja sambil mengambil kembali buku berjudul Giselle karya Akiyoshi Rikako lalu berlalu menuju kasir.
Rona merasa semakin tertarik dengan Senja. Dibalik hijabnya yang besar ada sesuatu yang merubah penilaiannya tentang wanita berpakaian syar'i. Tentang pilihan studinya di Sastra Inggris, tentang selera buku bacaannya.
'*Kira-kira dia suka dengerin musik nggak ya? Nonton film*?'
\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments