Liburan semester masih berlangsung. Namun kampus sudah agak ramai dibandingkan minggu lalu. Nampaknya beberapa mahasiswa sudah kehabisan ide untuk menghabiskan waktu liburan mereka dan memilih nongkrong di kampus mereka tercinta.
"Woy, Ca!" teriak Ringgo ketika melihat Rebecca celingukan di gedung sastra.
"Eh, ngapain lo blusukan kemari?" tanya Nino ketika Rebecca sudah mendekati dia dan Ringgo.
"Lagi nyari orang," jawab Rebecca sambil celingukan mencari seseorang.
"Rona?" tanya Ringgo.
"Kalo dia mah nggak usah gue cari," jawab Rebecca masih sambil mencari orang yang dia maksud.
"Nyari siapa sih? Kalik kita kenal," tanya Nino.
"Senja. Lo kenal?" tanya Rebecca akhirnya. Nino cukup terkejut mendengar Rebecca menyebut nama Senja.
'Jangan-jangan bakal ada perang, nih,' batin Nino, mengira Rebecca akan melabrak Senja.
"Nah itu dia! Senja!" teriak Rebecca ketika melihat sosok Senja akan berbelok ke arah koridor yang lain. Senja menoleh.
Rebecca segera menuju ke arah Senja. Nino yang khawatir akan ada perang berkecamuk, segera mengikuti Rebecca, meninggalkan Ringgo yang bingung sendirian.
"Ada apa, Ca?" tanya Senja, ketika Rebecca sudah di hadapannya.
"Cuma mau ngasih undangan. Dari Nina. Sabtu depan dia nikah," ucap Rebecca sambil mengambil undangan dari dalam tasnya.
"Oh~ Satu kelas diundang?" tanya Senja sambil menerima undangan yang diberikan oleh Rebecca.
"Iya. Kata Nina biar sekalian reuni. Dateng ya? Gue juga dateng ntar," ajak Rebecca.
Nino berdiri di dekat Rebecca, mencoba mencerna hubungan Rebecca dan Senja.
"Kalian saling kenal?" tanya Nino akhirnya.
"Eh? Iya," jawab Senja yang baru sadar ada Nino di dekat Rebecca.
"Kita temen SMA, Nino. Sebangku," jelas Rebecca sambil merangkul Senja. Senja hanya tersenyum.
"Semesta kadang suka kelewatan kalo becanda," komentar Nino yang menyadari kekhawatirannya sia-sia saja.
"Kenapa emang?" tanya Rebecca heran.
"Eh? Nggak apa-apa sih. Ngeliat penampilan kalian tuh kek bumi dan langit. Yang satu kelebihan bahan, yang satu kekurangan bahan," ucap Nino menutupi apa yang dia pikirkan sebelumnya.
"Kurang ajar lo, minta ditimpuk nih," ucap Rebecca yang sudah siap akan mengejar Nino. Nino sudah berlari menjauh dari dua cewek itu.
"Dateng ya, Nja!" teriak Rebecca sambil berlari ke arah Nino. Senja hanya tersenyum sambil mengangguk pelan.
Senja menatap undangan pernikahan di tangannya.
'Apakah aku akan mengundang teman-teman ke pernikahan ku?' pikir Senja.
Pernikahan. Kata yang sama sekali belum terpikir di benak Senja. Bukan karena dia tidak punya pacar atau cowok gebetan. Dia memang tidak mau pacaran. Hanya saja, Senja masih sangat memikirkan pendidikannya, mimpinya untuk keliling dunia, menjelajah, mempelajari setiap budaya di setiap negara. Kalau dia menikah, apakah dia harus mengubur mimpinya? Akankah Rona membebaskan Senja menjalani kehidupannya? Toh, mereka menikah karena orang tua, bukan karena saling mencinta.
'Wait... Cinta?'
***
"Ngapain lo ngajakin gue ke acara kondangan sih, Beb? Lo mau pamer sama temen-temen SMA lo, ya?" tanya Rona ketika berjalan bersama Rebecca memasuki gedung dimana pesta resepsi pernikahan Nina, teman SMA Rebecca, diadakan.
"Bukaaaan. Ngapain pamer lo? Narsis!" jawab Rebecca sambil celingukan mencari-cari seseorang yang dia kenal.
"Lah terus? Lo bilang mau ngajak jalan, mana gue salah kostum gini," protes Rona yang mengenakan celan jeans dengan kaos oblong putih plus kemeja flanel kotak-kotak yang sengaja tak dikancingkan sebagai atasannya.
"Halah, sini," ucap Rebecca sambil mengancingkan kemeja flanel Rona.
"Dah, beres. Konsepnya, cowok gaul pergi kondangan, ehehe," ucap Rebecca dengan nada meledek.
"Damn! By the way, lo dari tadi nyariin siapa sih?" tanya Rona yang heran melihat Rebecca dari tadi toleh kanan toleh kiri.
"Temen gue laaah. Katanya mau pada dateng sekalian reuni, tapi pada nggak kelihatan ujung upilnya. Senja juga, katanya mau dateng,"
'What?! Senja?! Serius?'
Mata Rona kini ikut menyisir tiap sudut gedung mencari Senja di lautan manusia yang berdesakan mengantri bersalaman dengan kedua mempelai. Ada juga yang sedang mengantri mengambil hidangan yang tersedia. Setiap ada wanita mengenakan gamis dan jilbab besar, Rona selalu melihatnya dengan seksama, berharap itu Senja.
"Caca," sebuah suara dari belakang Rona dan Rebecca mengejutkan dua orang itu.
"Hey! Gue cariin. Baru dateng? Sama siapa, Nja?" tanya Rebecca ketika sudah menoleh.
"Barengan sama Erfan sama temen-temen yang lain. Tuh," tunjuk Senja pada segerombolan cowok dan cewek yang sedang asyik bercengkerama karena lama tak jumpa.
"Pada dateng juga tuh Erfan and the gank," komentar Rebecca melihat teman-teman SMA nya yang mulai dateng ke arahnya.
"Cowok lo, Ca?" tanya Erfan pada Rebecca, melihat Rebecca tengah menggaet lengan Rona.
"Ya gitu deh," jawab Rebecca asal.
Rona hanya diam, melihat ekspresi Senja yang datar.
'Sial! Nggak ada respon?!' batin Rona.
"Caca selalu bisa dapetin cowok manapun. Jangan-jangan lo baru nemu di jalan tadi, Ca?" gurau Dandi.
"Enak aja lo! Kalian kalo ngomong masih suka seenaknya aja ya," komentar Rebecca. Senja hanya tersenyum melihat tingkah teman-temannya.
"Duuh,"
"Kenapa, Fan?" tanya Laila.
"Senja senyum. Gue langsung meleleh," goda Erfan.
"Gombalan lo nggak akan pernah mempan ke Senja kalik, Fan. Lo kalo mau bikin Senja meleleh, langsung aja tuh Senjanya dikhitbah," komentar Laila.
"Apaan, La?" tanya Erfan bingung.
"Dikhitbah itu...dilamar! Berani nggak lo?!" tantang Laila.
'Deg!' jantung Senja tiba-tiba riuh seperti genderang ditabuh. Rona terlihat menyunggingkan sudut bibirnya.
"Duuuh main lamar aja. Belum siap gue, ehe~" jawab Erfan sambil terkekeh.
"Lagian kalo lo yang ngelamar, Senja juga pikir-pikir dulu, Fan. Lo kan nggak ada akhlak, gonta ganti cewek terooosss," komentar Laila lagi.
'Bisa pas gitu,' batin Senja.
"Senja keknya masih belum kepikiran nikah, deh. Iya nggak, Nja?" tanya Rebecca pada Senja.
"Udah yuuk, makan. Aku laper, tadi sengaja nggak sarapan biar bisa makan disini, ehe~" ajak Senja menghindari topik pembicaraan yang membuatnya bingung harus berkata apa.
"Bener bener. Gue juga laper, Nja. Yuuuk. Kita salamin Nina dulu. Antrinya panjang lagi," ajak Laila sambil menggaet lengan Senja.
Semua rombongan Senja mengekor di belakang Senja. Rebecca dan Rona berjalan paling belakang.
"Lo sengaja kan, Beb?" tanya Rona pada Rebecca.
"Ehe. Abisnya lo ternyata lucu kalo lagi jatuh cinta, Beb," goda Rebecca.
"Gue nggak bilang kalo gue jatuh cinta ya. Gue cuma penasaran aja," Rona coba mengelak.
"Sama aja kali, Beb. Udah lah. Don't deny it!"
"You think so?"
Rebecca mengangguk.
"Dan menurut lo, gue harus gimana?" tanya Rona meminta pendapat.
"All out, man! Do everything!"
"Bahkan menikahinya?"
"WHAT?!"
Semua orang melihat ke arah Rebecca, termasuk Senja yang heran mengapa Rebecca sampai berteriak.
'Mereka ngomongin apa sih?'
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments