"Gimana, Beb, acara di puncak? Tumben lu nggak chat gue? Nggak bosen?" tanya Rebecca pada Rona melalui panggilan ponsel.
"Gue dapet kejutan, Beb," jawab Rona melalui ponselnya.
"Hah? Kejutan apa? Dari siapa?" tanya Rebecca penasaran.
"Dari Tuhan," jawab Rona singkat.
"Apaan?" tanya Rebecca semakin penasaran.
"Besok aja lah kalo ketemu gue cerita," jawab Rona.
"Ah elu, bikin gue penasaran aja,"
"Hehe~ Eh, elo udah dapet inspirasi tugas akhir belum?" tanya Rona mengalihkan topik pembicaraan.
"Belum, kenapa?"
"Ntar gue kirimin inspirasi. Gue yakin lo pasti suka,"
"Bener ya. Awas aja kalo zonk," ancam Rebecca.
"Iya iya... Udah dulu ya, Beb, mulai nih acaranya,"
"Okay, bye,"
"Bye,"
Rona menuju ballroom villa, tempat acara gathering diadakan. Rona mencari dimana mamanya duduk, sambil mencari sosok Senja juga. Ternyata dua orang yang dicarinya duduk bersebelahan. Entah mengapa Rona merasa sangat senang.
"Dari mana aja sih, Ron?" tanya Tante Cahya pada putranya ketika Rona sudah duduk di sampingnya.
"Rebecca telepon, Ma," jawab Rona singkat.
"Ngajakin jalan?" tanya mamanya.
"Nggak, cuma nanyain gimana acaranya,"
"Oh~"
Dan acara gathering pun dimulai. Acara diawali dengan doa dan sambutan-sambutan. Disusul dengan laporan program kerja selama satu tahun, dan kemudian acara lain-lain dan hiburan. Rona melihat ke arah Senja yang membisikkan sesuatu kepada ayahnya, lalu beranjak ke luar ballroom.
Penasaran, Rona pun ikut meminta ijin kepada mamanya untuk keluar. Rona melihat Senja berjalan perlahan menyusuri koridor villa yang sunyi, kemudian memasuki sebuah kamar.
'Udah mau tidur?'
***
Mentari masih malu-malu mengintip di ufuk timur, namun, Senja sudah duduk di bangku halaman belakang sambil memegang Giselle, novel yang tempo hari dibelinya. Udara dingin puncak di pagi hari tak membuatnya mengurung diri di kamar. Lembar demi lembar halaman buku menyita seluruh fokusnya.
"Sepagi ini udah baca buku aja?" suara Rona tiba-tiba terdengar. Entah sejak kapan cowok itu berdiri di samping bangku tempat Senja duduk.
"Iya. Bingung mau ngapain," jawab Senja sekenanya.
"Ntar ada acara jalan bersama. Lo ikut?"
"Hmm," jawab Senja singkat masih fokus dengan bukunya.
Rona sedikit gemas dengan respon Senja. Maklum, selama ini tak ada cewek yang memperlakukannya seperti Senja.
"Jam berapa?" tiba-tiba Senja bertanya pada Rona.
"Eh? Sekarang? Sekarang jam..."
"Acara jalan-jalannya, jam berapa?"
"Oh, masih ntar, jam 7 keknya,"
"Aku masuk dulu ya," pamit Senja sambil beranjak dari bangku yang didudukinya.
"Eh," Rona menghentikan Senja berlalu.
"Anu... Mmm... Jangan lupa sarapan," ucap Rona kemudian, disusul anggukan dari Senja.
'Gue kenapa sih?'
Rona duduk di bangku yang ditinggal Senja. Dia mencoba memikirkan apa yang terjadi pada dirinya. Mengapa dia begitu ingin tahu tentang Senja? Ada sesuatu yang menariknya untuk lebih dekat dengan Senja. Tapi, apa? Di tengah lamunannya yang dalam, tiba-tiba ponselnya berdering. Sebuah panggilan dari Rebecca.
"Beeeeb!!! Lu emang yang terbaik!!! Makasih ya," ucap Rebecca begitu Rona menerima panggilan teleponnya.
"Keren kan?" tanya Rona dengan nada sedikit sombong.
"Iya. Kereeeen. Ntar langsung gue garap. Makasih ya udah kasih inspirasi buat tugas akhir semester gue. Lu harus liat ntar pas di expo akhir semester!" ucap Rebecca senang.
"Siap! Lu udah punya judulnya belum?" tanya Rona.
"Udaaaah..."
"Apa?"
"Rahasia laaah... Ahahaha~"
"Awas aja kalo judulnya nggak sesuai," ancam Rona.
"Tenang aja. Gue yakin gue bakal dapet nilai A pake ini. Ini bakal jadi mahakarya gue tahun ini. Udah dulu ya, mau gue kerjain sekarang. Bye,"
"Bye,"
Rona mematikan panggilan, kembali pada lamunan sebelumnya. Ada apa dengan dirinya? Kenapa dia begitu ingin tahu tentang Senja? Seperti apa dulu masa kecilnya dengan Senja? Lalu, kenapa dia lupa?
'Hhh~ Senja...'
***
Seperti biasa, hari Senin di kampus begitu ramai. Semua orang, entah mahasiswa maupun dosen, terlihat sangat sibuk. Mungkin karena sudah mendekati akhir semester. Ada yang sibuk ujian susulan, ada yang sibuk menyelesaikan tugas akhir semester, dan masih banyak lagi yang sibuk memikirkan bagaimana mengejar ketinggalan sebelum semester berakhir.
Meski semua tengah sibuk dengan urusan perkampusan, Rona malah sibuk melamun. Masih memikirkan tentang apa yang mengganggunya kemarin. Senja tidak terlihat ikut acara jalan bersama kemarin. Ketika Rona menanyakan tentang Senja kepada Om Sasmito, ayah Senja itu bilang kalau Senja tidak begitu suka acara kumpul-kumpul semacam itu, kecuali acara keluarga. Sudah mau ikut datang saja, Om Sasmito sudah sangat senang.
"Hhh~" Rona menghela nafas panjang.
"Woy, bro. Gue perhatiin dari tadi lo cuma melamun aja. Kenapa?" tanya Ringgo yang sedari tadi memperhatikan tingkah sahabatnya yang tidak biasa.
"Tau, bro. Gue sendiri bingung," jawab Rona sekenanya.
"Emang kenapa bingung?" tanya Ringgo lagi, yang sekarang jadi ikut bingung.
"Nah itu yang gue nggak tahu,"
"Ah elo! Gimana sih?"
"Kalian nggak lihat expo di seni rupa?" tanya Nino yang baru saja gabung dengan Rona dan Ringgo.
"Emang udah mulai? Bukannya minggu depan?" tanya Ringgo.
"Minggu depan tuh mulai pameran hasil karyanya. Nah sekarang pada lagi bikin yang mau dipamerin, seru. Gue abis dari sana. Rebecca's excellent as always!" puji Nino yang sempat melihat Rebecca mengerjakan karya seninya.
"Bikin apa dia?" tanya Ringgo penasaran.
"Ngelukis lah, biasa. Apalagi?" ucap Rona.
"Iya, ngelukis. Keren tapi. Nggak biasanya dia ngelukis kek gitu. Biasanya abstrak aja," ucap Nino.
"Penasaran gue. Lihat yuk, Ron," ajak Ringgo sambil menarik tas Rona.
Tiga sahabat itu meluncur ke lobi jurusan seni rupa yang ramai dengan mahasiswa. Ada yang sedang mengerjakan karya seni, ada yang melihat-lihat. Penuh! Nino menunjukkan dimana Rebecca sedang khusyuk mengerjakan karya seninya. Disana sudah banyak mahasiswa yang mengerumuni Rebecca. Seolah tak ada siapapun disana, Rebecca terus menggoreskan kuasnya ke kanvas di hadapannya. Perpaduan warna hitam, jingga, dan merah sangat mencolok dari kejauhan.
Rona tersenyum melihat Rebecca yang fokus melukis. Dia tahu Rebecca selalu menghasilkan sesuatu yang luar biasa dari goresan kuasnya. Inspirasi yang Rona berikan kemarin sangat membantu Rebecca. Rona melihat sapuan kuas Rebecca. Rona tahu akan terlihat seperti apa nanti lukisan Rebecca itu.
Semua cewek di sekitar Rona jadi riuh, membuat Rebecca harus berhenti dari fokusnya. Rebecca tersenyum melihat sosok Rona disana.
"Gimana?" tanya Rebecca pada Rona setelah sudah berdiri di hadapan Rona.
"Great! As always!" puji Rona.
"As always? Okay. Ini belum jadi sih. Bakalan luar biasa!" ucap Rebecca percaya diri.
"I know,"
"Omong-omong, dapet darimana sih lu?" tanya Rebecca.
"Di puncak kemaren," jawab Rona singkat.
"Hmm~ Keknya gue mencium aroma orang jatuh cinta, nih," bisik Rebecca pada Rona.
Rona hanya diam. Termenung.
'Is this love?'
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments