Senja masih heran dengan kehadiran Rona di toko buku sore tadi. Apakah Rona mengikutinya? Tapi untuk apa? Atau memang dia kebetulan disana? Entah. Yang jelas Senja tidak mau terlalu memikirkannya. Dia memilih kembali tenggelam dalam novel yang belum selesai dibacanya, yang dipinjamnya dari teman di kampusnya.
Tok...tok... Suara pintu kamar Senja diketuk.
"Ya?"
"Besok Sabtu ikut ya, Nak?" tanya mama Senja setelah masuk ke kamar Senja.
"Kemana, Ma?" tanya Senja.
"Acara kampus ayah. Biasalah acara gathering keluarga,"
"Oh~ insyaallah ya, Ma,"
"Cuma sebentar kok,"
"Iyaaaa,"
Mama Senja tersenyum mendengar jawaban putrinya yang memang selama ini enggan mengikuti acara gathering keluarga di kampus ayahnya, yang juga kampusnya, hanya saja ayah Senja seorang dosen di Fakultas Ekonomi. Mungkin karena Senja seorang introvert yang tak begitu nyaman dengan acara kumpul-kumpul dengan orang yang tidak dia kenal baik. Tapi rasanya, Senja ingin membuat ayahnya senang dengan kehadirannya di hari Sabtu nanti.
'Bolehlah sekali-kali ikut,'
***
Seperti hari-hari biasanya, Rona datang lebih awal di kampus. Biasanya hanya untuk sekedar nongkrong di kantin atau di koridor depan kelasnya sambil menebar pesona kepada para cewek yang berlalu-lalang disana. Hari ini, Rona langsung menuju koridor depan kelasnya, karena dia mendapat chat dari Nino kalau sahabatnya itu sudah di depan kelas. Rona agak terkejut ketika dia mendapati Nino sedang asyik ngobrol dengan gadis berhijab syar'i. Senja!
"Hey, bro!" sapa Rona pada Nino yang masih asyik mengobrol dengan lawan bicaranya.
"Eh, udah sampe aja," kata Nino yang agak kaget dengan kedatangan Rona dari belakang.
"Ya udah, No. Lain kali sambung lagi. Makasih ya bukunya," pamit Senja pada Nino.
"Oh, ya. Oke. Sama-sama, Nja,"
"Lo deket sama dia?" tanya Rona penasaran.
"Deket? Deket yang kek gimana dulu nih?" tanya Nino balik.
"Yang kek gimana emang?" tanya Rona lagi.
"Hhh~ Sebatas tau buku kesukaan, musik kesukaan, film kesukaan..."
"Makanan kesukaan? Ukuran sepatu?" potong Rona.
"Nggak. Belum sampe situ," jawab Nino tegas.
"Berarti ada niatan buat sampe situ?" tanya Rona dengan nada menggoda.
"Mmm... Maybe... Tapi... Enggak deh keknya,"
"Why not?" tanya Rona sedikit penasaran. Karena menurutnya, Senja bukan tipe gadis yang bakal ditolak oleh Nino.
"Tipe-tipe kek dia, ngajaknya langsung nikah, bro, bukan pacaran. Jadi, kalo orientasinya kesana, gue belum siap," jawab Nino masuk akal.
"Bener juga sih. Ya, diincer dulu lah. Kalo lo udah siap tinggal dilamar," Rona masih mencoba menyelidiki seperti apa perasaan Nino kepada Senja, meski dia sendiri tidak mengerti kenapa melakukan hal itu.
"Perkara jodoh, belum kepikiran gue. Mikir kuliah aja udah pusing, lo suruh mikirin jodoh," ucap Nino pasti.
"Ooh~ Eh, by the way, tadi lo bilang tau musik sama film kesukaan dia," Rona mengalihkan pembicaraan.
"Gue yakin lo nggak percaya kalo gue kasih tau," kata Nino, membuat Rona semakin penasaran.
"Apaan?"
"Dia suka Japanese Rock Music!" ungkap Nino.
"What?!" Rona kaget.
"Dan lo tau band favorit dia apa?"
"Apa?"
"ONE OK ROCK!"
"Bo'ong lo," Rona tak percaya.
"Kan udah gue bilang. Awalnya gue nggak percaya tapi beneran! Pernah gue ikut dengerin lagu yang dia play, kebanyakan lagunya ONE OK ROCK dan beberapa lagu rock Jepang yang gue nggak tau,"
"Kok lo bisa tau?"
"Kan gue pernah bilang, gue duduk sebelah sama dia waktu ospek. Gue sempet lihat dia bawa novel Dan Brown yang The Lost Symbol, dari situ kita jadi banyak ngobrol, dari buku, film sampe musik, gitu," jelas Nino.
"Jadi dia tadi balikin buku lo?" tanya Rona sambil menunjuk buku The Origin yang dibawa Nino.
"Iya. Dia belum sempet beli, ya udah gue pinjemin,"
Rona hanya mengangguk-angguk sambil memikirkan tentang dunia Senja yang baru saja dia ketahui dari sahabatnya. Ingin rasanya tahu film kesukaan Senja. Tapi, Rona menghindari pertanyaan itu. Menghindari kecurigaan sahabatnya kalau-kalau dia banyak bertanya tentang Senja.
'Kek apa sih lo sebenernya, Nja?'
***
Hari Sabtu tiba. Saatnya Senja ikut menghadiri family gathering fakultas tempat ayahnya mengajar. Senja mengenakan baju gamis syar'i warna hitam beraksen renda putih di bagian bawahnya. Penampilan Senja dilengkapi dengan jilbab syar'i warna senada.
"Kok pake item-item, Nak?" komentar mamanya ketika Senja keluar kamar.
"Yang penting Senja nyaman kan, Ma?" protes Senja lembut.
"Senja lebih cantik kalo pake baju serba hitam, Mamaaa..." puji ayah Senja yang tahu selera putri kesayangannya itu.
"Ayah memang keren," puji Senja sambil mengacungkan jempol ke arah ayahnya.
"Ya udah, yuk, berangkat. Acaranya di puncak soalnya, takut macet. Udah bawa baju ganti kan?" tanya ayah Senja memastikan isteri dan putrinya tak lupa menyiapkan baju ganti untuk menginap.
"Sudah, Ayaaah... Tumben pake acara nginep segala?" tanya mama Senja yang cukup heran dengan jadwal kegiatan gathering kali ini.
"Ayah bukan panitianya, mana ayah tau. Yuk!"
Tak lama kemudian, mobil keluarga Senja sudah menyusuri jalanan menuju puncak yang dituju. Akhir pekan memang selalu ramai di kota manapun! Seperti hari ini, mobil-mobil sudah berdesakan di jalanan, menuju ke tempat-tempat tujuan masing-masing guna melepaskan penat setelah lima hari bekerja tanpa henti.
Satu setengah jam, Senja dan keluarganya sudah sampai di villa yang dituju. Villa yang cukup luas dan memang cocok digunakan untuk acara family gathering semacam ini. Halaman parkir dan halaman depannya terpisah. Keduanya sama-sama luas. Villa berarsitektur lawas itu, terdiri dari beberapa kamar yang tak bisa dihitung oleh Senja. Di dalamnya, furniture dan interiornya bertema vintage yang sukses membuat Senja merasa nyaman disana. Terdapat halaman belakang yang cukup luas juga, dengan dilengkapi kolam renang yang cukup besar.
Belum banyak tamu yang datang, sehingga membuat Senja merasa nyaman berjalan menyusuri tiap sudut villa. Petualangannya berakhir di halaman belakang. Dari sana, Senja menatap langit biru yang luas di atasnya. Seperti sedang mengagumi indahnya lukisan alam yang terbentang.
Jauh pikirannya melayang pada masa kecilnya yang tak pernah absen mengikuti acara family gathering ini. Namun, dia merasa ada sesuatu yang membuatnya enggan mengikuti acara tersebut. Sesuatu yang membuatnya jadi menarik diri dari kerumunan yang dulu begitu mengasyikkan. Sesuatu yang membuat dirinya kini lebih nyaman berada di dalam kamarnya bersama buku dan lagu-lagu kesukaannya. Sesuatu yang tidak dia ingat lagi.
Senja menutup mata, hanyut ke dalam kisah yang ingin diingatnya. Namun, tiba-tiba sebuah suara mengejutkannya. Suara yang dikenalnya.
"Senja?"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments