'For real?!'
"Senja? Dia setuju nikah sama Rona?" tanya Rona penasaran.
"Kata Pak Sasmito, Senja bilangnya ikut Rona, jadi kalo kamu nggak setuju berarti Senja juga nggak setuju. Kalo kamu setuju berarti Senja setuju. Gimana?" jelas Tante Cahya.
'Kenapa dia nggak nolak? Jangan-jangan dia suka gue?' pikir Rona dengan percaya diri.
"Rona..." panggil Tante Cahya yang melihat putranya melamun.
"Gimana? Misalkan..."
"Okay, Mom. Rona mau,"
"Serius?"
"Iyaaa... Kan mama maunya gitu," ucap Rona.
"Tapi, kenapa kamu tiba-tiba berubah pikiran? Tadi kan nggak mau," tanya Tante Cahya penuh selidik.
"Ya udah kalo gitu Rona nggak mau aja," goda Rona.
"Eits. Nggak bisa. Tadi bilangnya mau, berarti mau. Mama mau kasih kabar ke Pak Sasmito dulu. I'm soooo happy... Thank you sweetheart," ucap Tante Cahya sambil sedikit mencubit pipi Rona. Rona hanya tersenyum melihat mamanya kegirangan.
Rona kembali pada teka-teki yang membuat dirinya bingung. Kenapa Senja tidak menolak lamaran papa mamanya? Apa karena Senja tertarik padanya? Tidak. Rona tahu bagaimana tanda-tanda cewek yang tertarik padanya, dan Senja sepertinya tidak sedikitpun memikirkan tentang dirinya. Lalu apa? Kenapa Senja tidak langsung menolak, tapi dia memilih menurut pada apa tanggapan Rona soal pernikahan yang diatur ini? Apa Senja pikir Rona akan menolak pernikahan ini?
'Sepertinya memang itu satu-satunya alasan yang masuk akal,'
***
"Apa, Yah?! Rona mau nikah sama Senja? Ayah yakin nggak salah dengar?" tanya Senja pada Om Sasmito setelah mendengar kalau Rona menerima pernikahan antara dirinya dan Senja.
"Iya. Bener! Ayah tadi juga nggak percaya pas Bu Cahya bilang kalo Rona setuju soal pernikahan ini. Bahkan Bu Cahya sendiri bilang kalo dia sendiri juga nggak percaya kalo bakal segampang itu membujuk Rona menikah dengan kamu," jelas Om Sasmito.
"Kenapa Senja? Kamu bilang mau ikut nanti Rona gimana soal pernikahan ini. Harusnya kamu juga berpikir kan kalo ada kemungkinan Rona menerima pernikahan ini. Atau jangan-jangan kamu nggak mengira kalo Rona akan menerima ini?" tanya Tante Rika yang melihat reaksi putrinya yang terkejut mendengar Rona setuju dengan pernikahan itu.
Senja mengangguk perlahan. Ada sesal yang tergurat di wajah manisnya. Seharusnya dia langsung menolak lamaran itu. Tapi Senja yakin kalau Rona pasti akan menolak pernikahan ini. Lalu, kenapa Rona mau menikah dengannya?
"Kamu nggak apa-apa, Senja?" tanya Tante Rika khawatir melihat putrinya terlihat murung.
"Atau ayah bilang saja kalo kamu berubah pikiran?" tanya Om Sasmito yang juga ikut khawatir dengan putrinya.
Senja merasa akan mempermalukan kedua orang tuanya kalau menolak pernikahan itu sekarang. Tapi, kalau Senja tidak menolaknya, bagaimana nanti dirinya kalau sudah menikah dengan Rona? Apa Rona hanya akan mempermainkan pernikahan ini? Senja tak dapat berpikir apa-apa lagi.
"Nggak usah, Yah. Senja nggak apa-apa," jawab Senja sambil masih terus memikirkan alasan kenapa Rona mau menerima pernikahan yang diatur oleh papa mamanya, terlebih Senja sebagai calon isterinya.
'Apa yang sedang direncanakannya?'
***
Kampus hari itu tidak begitu ramai oleh mahasiswa. Maklum, ini masih libur semester. Hanya beberapa mahasiswa semester akhir yang sibuk konsultasi skripsi dan mahasiswa yang mengikuti organisasi-organisasi kemahasiswaan saja yang terlihat mondar-mandir di kampus.
Namun, ada juga beberapa mahasiswa, yang gabut karena tak ada acara healing selama liburan, datang ke kampus hanya untuk sekedar nongkrong atau menghabiskan waktunya, termasuk Rona and the gank.
Tujuan utama Rona ke kampus sebenarnya adalah berharap menemukan Senja diantara beberapa gelintir mahasiswa seangkatannya yang ke kampus saat liburan semester. Tapi sedari pagi hingga matahari tepat di atas kepala, Rona belum juga melihat ujung hijab Senja. Rona mulai gelisah. Entah karena apa. Rona hanya ingin melihat Senja sebentar, penasaran dengan bagaimana sikap Senja setelah tahu bahwa Rona menerima perjodohan dari orang tuanya. Apakah masih cuek? Atau berubah lebih terbuka padanya?
Ringgo mencium gelagat aneh sahabatnya yang sedari tadi celingukan kemanapun mereka nongkrong, seperti mencari-cari seseorang.
"Lo nyari siapa sih, Bro? Rebecca? Dona? Atau yang lain?" tanya Ringgo yang sudah risih melihat Rona yang aneh.
"Yang lain," jawab Rona singkat dan cuek.
"Yang lain? Ada lagi yang baru?" tanya Ringgo penasaran. Nino hanya menyimak.
"Adaaa..."
"Siapa?" tanya Ringgo dan Nino bersamaan.
"Penasaran?" goda Rona.
Ringgo dan Nino mengangguk cepat.
"R..."
"R...?"
"Rrrrr..."
"Rrrrr...?"
"Rrrrrrrahasiaaa... Bwahahaha~"
"Ah, sialan lo, Bro. Kita udah serius lo kerjain," teriak Ringgo sebal. Rona masih tertawa melihat ekspresi kedua sahabatnya.
"Nggak biasanya main rahasia, Ron. Beneran ada yang baru nggak nih?" ejek Nino yang heran kepada Rona yang tidak pernah merahasiakan apapun dari Nino dan Ringgo.
"Adaaa... Tapi belum dapet," jawab Rona.
"Belum dapet? Lo yang pdkt?" tanya Ringgo heran, karena Rona terbilang jarang pdkt dengan cewek. Biasanya cewek-cewek yang pdkt ke Rona.
"Selevel Rebecca berarti nih?" tanya Nino, karena setahu Nino, selama kuliah Rona cuma pdkt dengan Rebecca. Meskipun pada akhirnya hubungan mereka bukan seperti sepasang kekasih pada umumnya menurut Nino.
"Lebih tinggi," jawab Rona singkat.
"What? Higher than her? Siapa, Bro? Ada di kampus kita cewek begituan?" tanya Ringgo makin penasaran.
"Ada. Gue juga baru-baru ini nyadar,"
"Wait... Gue rasa gue tahu," ucap Nino yang seolah tahu siapa cewek incaran Rona selanjutnya.
"Siapa?" tanya Ringgo gemas.
"Sen..."
"No, ini buku yang mau kamu pinjam," tiba-tiba suara Senja terdengar dari belakang ketiga cowok yang sedang asyik bergosip itu.
"Nja? Eh, iya. Makasih ya, Nja," ucap Nino sedikit grogi karena kaget orang yang dibicarakannya tiba-tiba muncul.
"Sama-sama," jawab Senja kemudian berlalu.
'What?! No reaction?!' batin Rona, mengetahui Senja hanya berlalu begitu saja tanpa menyapanya. Sama sekali tidak! Bahkan melirik saja tidak.
Nino melihat raut muka Rona yang campur aduk, antara jengkel, marah, dan heran jadi satu ketika melihat ke arah Senja. Sudah Nino duga, cewek incaran Rona adalah Senja.
"Senja!" panggil Nino setengah berteriak. Senja menoleh, mendapati Nino yang setengah berlari mengejarnya.
"Kenapa, No?"
"Keknya, Rona udah nunggu lo dari tadi. Bisa minta waktu sebentar?" tanya Nino berusaha menyatukan sahabatnya dengan cewek berhijab syar'i itu.
"Tapi, kelihatannya dia tidak ada urusan sama aku," jawab Senja sambil melihat ke arah Rona yang sedang membuang muka.
"Dasar! Playboy satu itu!" umpat Nino gemas.
"Ya udah ya, No, aku duluan. Udah mau ujan," pamit Senja.
"Oh, ya. Makasih ya bukunya,"
Senja hanya mengacungkan jempol lalu berlalu. Nino kembali ke tongkrongannya disambut muka masam Rona.
"Jadi, tadi siapa incaran baru Rona, Bro?" tanya Ringgo setelah Nino duduk kembali di sampingnya, masih penasaran.
"Eh, siapa tadi ya? Gue jadi lupa," jawab Nino sambil nyengir. Disusul timpukan di kepala dari Ringgo.
Nino melihat ke arah Rona yang kini melihat punggung Senja yang masih terlihat berjalan menjauh dan lalu menghilang. Rona tak kuasa menahan rasa ingin tahunya.
"Gue balik dulu, Bro," pamit Rona.
"Jam segini?" tanya Ringgo heran.
"Ati-ati, Bro," ucap Nino yang tahu apa yang akan Rona lakukan.
Rona tak menjawab kedua sahabatnya. Dia langsung berlalu melesat mencari jawaban dari banyak pertanyaan di kepalanya.
'Why don't you look at me at all?'
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments