Rebecca masih bertanya-tanya tentang maksud pertanyaan Rona saat di tempat kondangan tadi. Pertanyaan yang sukses membuat Rebecca terkejut sampai jadi pusat perhatian para tamu undangan di sekitarnya.
"Beb?" panggil Rona pada Rebecca sambil fokus mengendarai mobilnya. Rebecca masih terlihat melamun.
"Beeeb~ Helloooo~" panggil Rona sambil melambai-lambaikan satu tangannya di depan Rebecca.
"Eh, iya, Beb, gimana?" tanya Rebecca yang sadar dari lamunannya.
"Lo kenapa? Kekenyangan? Sakit?" tanya Rona pada Rebecca yang diam saja sejak percakapan mereka di dalam gedung tadi.
"Elo nggak serius kan, Beb?" tanya Rebecca pada Rona akhirnya, memastikan maksud pertanyaan Rona yang membuat Rebecca kaget setengah mati.
"Serius apa? Ngapain?" tanya Rona bingung.
"Nikahin Senja," jawab Rebecca ragu-ragu.
"Bwahahahaha~ kata lo gue harus all out,"
"Tapi, nikah, Beb, nggak main-main nikah tuh,"
"Emang kenapa kalo gue nikah sama Senja? Lo nggak rela ya?" tanya Rona dengan nada menggoda.
"Lo yakin mau sejauh itu?" Rebecca menjawab pertanyaan Rona dengan pertanyaan serius.
"Sekarang lo pikir. Emang cewek kek Senja mau diajak pacaran? Jelas enggak, kan? Lo nggak denger tadi temen lo bilang apa? Kalo mau ngeluluhin Senja, datang, lamar dia," jawab Rona nggak kalah serius.
"Iya juga sih. Mana mungkin Senja mau pacaran. Tapi... Nikah? Lo yakin? Berarti lo nggak main-main sama Senja?" Rebecca sekali lagi memastikan niat Rona mendekati Senja.
"Well, I don't know. Tapi, yang jelas, gue masih penasaran tentang dia,"
"Hmm~"
"Kalo gue nikah sama Senja, lo ikhlas nggak, Beb?" goda Rona sekali lagi.
"Ikhlas. Ikhlas banget! Biar lo jadi makin bener," jawab Rebecca mantap.
"Tapi... Kok gue nggak rela ya," sambung Rebecca.
"Cemburu?"
"No. Keknya Senja kelewat baik buat lo,"
"Sial!"
"Bwahahahaha~ nggak bisa gue bayangin ekspresi Senja kalo lo ngelamar dia,"
"Udah,"
"WHAT?!"
Rona hanya tersenyum.
"Serius?!" tanya Rebecca tak percaya. Rona hanya mengangguk.
"Trus trus? Dia mau?"
"Dia nggak nolak sih. Tapi keknya juga nggak mau," jawab Rona santai.
"Eh? Gimana? Wait... Kapan lo ngelamar dia?" Rebecca makin bingung.
"Bukan gue yang ngelamar dia. Jadi, bokap nyokap gue tanpa sepengetahuan gue main ngelamar tuh cewek. Awalnya gue nggak mau, Beb. Tau-tau nyokap nyuruh gue nikah aja, kuliah juga baru mau semester empat. Trus nyokap bilang kalo calonnya gue kenal. Senja katanya. Trus kata nyokap gue, Senja bilang mau ngikut gue maunya gimana. Ya udah, ada kesempatan gue ambil aja, ya nggak?" jelas Rona. Mulut Rebecca menganga, tidak percaya akan hal yang dia dengar.
"Bisa kek cerita-cerita di novel-novel gitu, Beb," komentar Rebecca akhirnya.
"Eh, Beb, tapi kenapa nyokap lo tiba-tiba nyuruh lo nikah? Sama Senja lagi," tanya Rebecca penasaran.
"Katanya biar gue nggak salah pilih pasangan. Takut kalo gue jatuh cinta sama cewek sembarangan," jelas Rona.
"Trus kenapa bisa pas gitu, Senja?"
"Oh iya. Lo belum tau ya. Senja itu anak salah satu dosen Fakultas Ekonomi di kampus kita. Anaknya temennya nyokap, jadi wajar kalo nyokap kenal,"
"WHAT?!"
"Elo udah tiga kali terkejut hari ini, Beb. Perlu gue kasih hadiah piring cantik?"
"Terlalu banyak kejutan hari ini," ucap Rebecca.
"Satu lagi, Beb,"
"Apaan?"
"Cuma elo yang tahu hal ini selain gue sama Senja,"
"Lo nggak ngasih tahu Nino?"
"Belum,"
"Gilak! Lo mau nikah diam-diam?"
"Nggak tau juga. Lagian ntar malem baru mau makan malem keluarga sama keluarganya Senja. Baru tau ntar kapan nikah dan lain-lainnya,"
"Gue masih nggak percaya. Lo mau nikah! Gimana nasib cewek-cewek lo?"
"Gue udah lupa. Kecuali lo," kata Rona sambil mencolek dagu Rebecca.
Rebecca hanya mendengus. Kemudian dia mencerna lagi cerita Rona yang seperti kisah-kisah romantis dalam novel. Masih berpikir apakah Rona serius dengan keputusannya? Apakah Rona benar-benar jatuh cinta kali ini? Apakah Rona bisa membuat Senja jatuh cinta padanya?
'Good luck, Beb,'
***
"Senja, Rona dan keluarganya udah dateng," kata Tante Rika dari balik pintu kamar Senja yang ditutup.
"Iya, sebentar lagi Senja keluar, Ma," jawab Senja, sambil masih sibuk menuliskan sesuatu pada selembar kertas.
"Okay. Beres," gumam Senja sambil membaca kilat tulisannya kemudian melipat kertas itu dan memasukkannya dalam saku gamis yang dikenakannya.
Senja memasuki ruang makan, menyalami Tante Cahya dan Om Bram, dan hanya menangkupkan kedua tangannya di depan dada ketika berhadapan dengan Rona. Rona melakukan hal yang sama.
"Akhirnya bisa kumpul ya, Jeng," Tante Cahya membuka percakapan dengan riang.
"Iya, Jeng, alhamdulillah semua sehat," jawab Tante Rika.
Senja hanya menunduk. Tidak mau menatap Rona yang duduk di hadapannya.
"Nak Senja, gimana? Mau ya terima lamaran Om dan Tante?" tanya Om Bram yang melihat Senja seperti tidak nyaman.
"Eh? Iya, Om," jawab Senja kaget.
"Senja dari dulu emang malu-malu gitu, Pa," ucap Tante Cahya yang melihat Senja malu-malu.
"Nak Rona sendiri, setuju dengan perjodohan ini?" giliran Om Sasmito bertanya, memastikan cowok yang akan jadi menantunya benar-benar cowok yang bertanggung jawab.
"Iya, Om. Kalo ceweknya sebaik Senja, siapa yang mau nolak," ucap Rona dengan nada sesikit becanda. Disusul timpukan dari Tante Cahya ke bahu Rona. Semua yang ada disitu tertawa kecil, kecuali Senja.
Setelah membicarakan tanggal pernikahan dan konsep acara pernikahan, kedua keluarga kemudian menyantap hidangan makan malam yang tersedia. Senja tak banyak bicara. Hanya menjawab pertanyaan yang ditanyakan Tante Cahya dan Om Bram sesekali.
Acara makan malam selesai. Kedua keluarga melanjutkan ngobrol ringan di halaman belakang. Senja terlihat duduk bersebelahan dengan rona di bangku ayunan kayu.
"Kenapa lo nggak nolak? Padahal ini kesempatan terakhir lo untuk bisa lari dari perjodohan ini" tanya Rona pada Senja.
"Kenapa kamu juga nggak nolak?" tanya Senja akhirnya, setelah sekian lama dia penasaran.
"Lo mau tau?"
Senja terdiam.
"Well, let's keep it for ourselves kenapa kita nggak nolak perjodohan ini. Tapi kita akan menikah enam bulan lagi, jadi mohon kerjasamanya," ucap Rona.
Senja mengeluarkan kertas yang tadi dia simpan di saku baju gamisnya. Senja menyerahkan kertas itu pada Rona.
"Apa ini?" tanya Rona heran.
"Baca aja,"
Rona membuka lipatan kertas itu. Di baris paling atas tertulis dengan huruf besar:
PERJANJIAN PRA NIKAH
Mata Rona terbelalak, membaca tiap-tiap poin yang tertulis disana. Tidak banyak. Meski begitu, Rona tidak percaya dia akan menerima perlakuan seperti itu dari seorang cewek.
'She's really one of the kind,'
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments