Pemberian Pertama.

Seperti biasa semua berkumpul untuk sarapan. Namun, kali ini tidak ada obrolan. Keheningan yang tercipta di sana.

Semuanya masih memikirkan semalam, di mana Kenan jalan bersama Aura ke mall. Sri dan Tito merasa tidak enak kepada Ayana. Menantu nya pasti sangat sedih. Begitupun Kenan, ia juga merasa bersalah sebab dengan bodoh nya menerima ajakan Aura ke mall. Seharusnya ia sadar kalau dirinya sudah memiliki istri walaupun tidak ada rasa cinta.

"Ayana, apakah kamu sudah selesai sarapan? Kita harus berangkat." ucap Kenan.

"Aku sudah selesai."

Keduanya berpamitan. Sri mengelus rambut Ayana lembut.

"Belajar yang rajin ya dan cepat pulang soalnya Mamah kesepian gak ada kamu." Ayana terkekeh kecil.

"Iya Tante, aku pasti akan langsung pulang."

Setelah nya, sepasang suami istri itupun pergi. Sri menghela napasnya berat.

"Mamah takut Ayana sedih karena semalam, Pah." Tito mengelus punggung sang istri.

"Kamu coba nanti kasih perhatian ya sama Ayana. Hibur dia."

"Pasti. Ayana hanya satu-satunya menantu ku Pah, gak mau yang lain!"

Tito tersenyum. Seperti nya Ayana telah berhasil mengambil hati ibu Kenan.

"Ya sudah, Papah berangkat kerja dulu. Hati-hati di rumah."

"Iya Pah." Mobil Tito pun meninggalkan halaman rumah.

...*****...

Seperti biasa, mereka tidak mengobrol sama sekali selama perjalanan hingga mobil berhenti di dekat gang sekolah, sampai akhrinya Ayana terlebih dahulu berucap sambil menghela napasnya gugup.

"Mas, aku sekolah dulu."

"Baiklah."

"Hati-hati di jalan, Mas."

"Iya. Kamu juga."

Ayana mencium tangan Kenan. Namun, secara cepat Kenan malah menarik tubuhnya dan memeluknya. Jantung Ayana berdegup kencang mendapatkan perlakuan tersebut. Ia tidak menyangka Kenan akan memeluknya. Ia merasakan tangan besar sang suami mengelus rambutnya.

"Maafkan saya Ayana. Maaf atas semalam."

Ayana mengerti arah permintaan maaf Kenan. Sedikit senyuman muncul di bibir nya. Kenan melepaskan pelukan itu dan matanya menatap ke bawah. Sungguh, ia merasa bersalah.

"Mas, aku sudah maafkan. Lagian Mas jalannya sama mbak Aura bukan sama perempuan lain. Aku mengerti jika teman lama jalan-jalan bareng."

Kenan menatap Ayana bingung. Ia berpikir kalau Ayana sangat marah padanya.

"Kamu beneran sudah memaafkan saya?"

"Iya. Jadi gak perlu minta maaf lagi." Kenan tersenyum tipis. Ia jadi teringat sesuatu.

"Oh iya, saya punya sesuatu buat kamu." Kenan merogoh kantung jas nya dan terlihat sebuah handphone.

"Handphone ini saya akan berikan padamu. Tenang, ini handphone baru. Kotak nya ada di rumah kalau kamu tidak percaya. Sudah saya masukan nomor saya ke situ. Jadi, kalau ada apa-apa saya bisa menelpon mu."

Ayana terkejut mendengar nya. Handphone itu bukan handphone biasa. Melainkan keluaran terbaru yang Ayana yakini harganya sangat mahal. Kenan menatap Ayana yang terdiam.

"Ada apa? Apa kamu gak suka handphone nya?"

"Bukan seperti itu. Hanya saja ... handphone itu terlihat sangat mahal. Aku gak pantes menerima nya."

"Kenapa gak pantes? Kamu gak usah khawatir sama harganya. Ambil lah, kamu harus menerimanya biar kita bisa saling bertukar pesan."

Akhirnya Ayana mengambil handphone itu. Ia masih tidak percaya kalau dirinya sedang memegang handphone mahal yang di inginkan teman-teman sekelasnya.

"Terima kasih Mas, aku gak tau harus ngomong apalagi selain terima kasih."

"Jangan seperti itu. Saya ini suamimu. Sudah sepantasnya saya memberikan itu. Maaf karena saya baru memberikannya hari ini." Keduanya saling bertatapan menyelami keindahan masing-masing.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!