Sore harinya Herman dan Dewi pun sudah pulang. Sri mengelus rambut Ayana. Menantu nya itu terlihat sangat sedih pasca di tinggal orang tuanya.
"Sayang?"
"Iya Mah, ada apa?"
"Kamu gak suka tinggal di sini, ya?" Ayana menggelengkan kepalanya cepat. Ia cuma takut terjadi sesuatu sama ibunya.
"Aku cuma belum terbiasa aja di sini Mah, terlebih jauh dari ibu. Aku gak pernah jauh dari ibu sebelumnya."
"Kamu jangan sedih. Anggap saya sebagai pengganti ibu kamu. Kalau kamu butuh teman cerita ataupun lainnya, Mamah siap bantu kamu." Ayana tersenyum manis. Ia sangat bahagia mendapatkan mertua seperti Sri.
"Terima kasih banyak Mah, sudah mau menerima aku sebagai menantu Mamah."
"Mamah senang kamu yang jadi menantu Mamah."
Sri memeluk menantunya dengan sayang. Pemandangan itu terlihat di depan mata Tito dan juga Kenan.
"Wah, kayanya kasih sayang mamah berkurang sama kamu," ledek Tito terhadap anaknya. Kenan menatap papah nya sebal dan tentu saja Sri memukul lengan suaminya dengan sebelah tangannya karena sebelah lagi buat peluk menantunya.
"Enggak dong, kasih sayang Mamah gak akan berkurang buat anak kesayangan Mamah. Sini sayang, Mamah peluk."
Kenan pun langsung memeluk sang ibu. Ayana menunduk sebab wajahnya berhadapan dengan wajah suaminya.
"Tidak akan ada perbedaan kasih sayang antara anak dan menantu, dua-duanya kesayangan Mamah."
"Papah, gak jadi kesayangan juga?"
Pertanyaan Tito membuat ketiganya tertawa. Sri kini bersandar di dada suaminya.
"Kalau yang ini punya tempat sendiri di hati Mamah, I love you."
"I love you too."
Kenan dan Ayana tersenyum melihat kasih sayang di antara Sri dan Tito. Walaupun, sudah tak muda lagi. Tapi, cinta mereka tiada batas.
Seketika tanpa sadar Kenan dan Ayana sama-sama menatap wajah masing-masing sebelum kepala keduanya menunduk.
'Apakah ... aku dan mas Kenan akan seperti itu nantinya?'
'Apakah pernikahan ku dengan Ayana bisa bertahan?'
...*****...
Keesokan paginya, mansion mewah itu sudah di isi dengan suara dentingan sendok di meja makan. Para penghuni sedang sarapan sebelum melakukan aktifitas.
"Kenan, kamu jadi anter Ayana ke sekolah, kan?"
"Jadi Mah, abis ini aku antar."
"Mah, sebaiknya aku naik angkutan umum aja," ucapan Ayana membuat ketiganya menatap bingung.
"Loh, kenapa? Kamu gak mau di antar Kenan?" Dengan cepat Ayana menggelengkan kepalanya. Ia takut semuanya salah paham.
"Bukan begitu Mah, nanti kalau anterin aku mas Kenan telat." Helaan napas Kenan terdengar di telinga Ayana sebab mereka duduk berdampingan.
"Dia itu bos nya. Mau datang sore juga gak masalah. Pokoknya kamu di anter sama Kenan. Oke?"
Ayana mengangguk kecil. Setelah itu tak ada percakapan lagi.
Kini mobil Kenan sudah di perjalanan menuju sekolah Ayana. Selama itu tak ada percakapan apapun di antara keduanya. Saat memasuki gang Ayana berucap, "Mas, berhenti di sini aja."
Mobil pun berhenti. Ayana menunduk lagi karena Kenan menatap nya.
"Kenapa?"
"Aku ... takut ada yang liat."
Kenan keluar dari mobil. Ayana meremas jemari nya gugup. Pintu di sebelahnya terbuka sebab Kenan yang membukanya. Ia turun sambil menatap Kenan sekilas. Sebetulnya ada yang harus ia lakukan. Tetapi, apakah itu tidak masalah nantinya.
"Kalau gitu saya pergi dulu." Baru mau melangkahkan kakinya Ayana memanggil.
"Mas Kenan, tunggu!"
Keduanya kini berhadapan saling memandang. Dahi pria itu sedikit mengkerut bingung sebelum di gantikan rasa terkejut nya karena Ayana mencium tangannya.
"Hati-hati di jalan, Mas."
Tanpa di ketahui masing-masing jantung keduanya berdegup kencang. Kenan hanya mengangguk kecil dan masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan Ayana langsung pergi sambil menghela napasnya berkali-kali. Sejujurnya ia gugup. Tetapi, itu adalah tugasnya sebagai seorang istri. Hormat kepada sang suami.
Di dalam mobil yang di lakukan Ayana sama terjadi terhadap yang di lakukan oleh Kenan yaitu menghela napasnya berkali-kali. Pria itu tidak menyangka kalau Ayana akan mencium tangannya. Ia memandang tangan kanan nya itu. Seketika darahnya seperti berdesir dan bulu kuduk nya terangkat.
"Astaga! Apa yang gua pikirkan? Tenang Kenan. Lu harus tenang!"
Suara handphone bunyi malah membuatnya terkejut. Di lihat dari sekretaris nya bernama Radja.
"Halo? ada apa?"
"Iya, saya akan segera ke kantor."
Lagi-lagi Kenan menghela napasnya. Ia harus fokus bekerja.
"Baiklah. Fokus Kenan! Lu harus fokus!" Ia pun menjalankan mobilnya menuju kantor.
...****...
Sesampainya di ruangan Kenan menyadarkan tubuh nya di kursi kebesarannya. Ingatan Ayana yang mencium tangannya terus berputar di otaknya.
"Kenan! Lu harus fokus kerja! Gak boleh mikir apapun!" racaunya.
Handphone di kantong jas nya berbunyi tanda pesan masuk, terlihat dari grup Cogan. Melihat nama grup itu rasanya muak. Daniel yang konyol memang sengaja kasih nama grup kaya gitu.
Daniel.
'Ehm, gimana rasanya malam pertama? Nikmat gak? @Kenan.'
Dika.
'Jangan tanya, pasti nambah berkali-kali, kan?'
Kenan.
'Berisik lu pada! Jangan ganggu gua lagi di kantor!'
Dika.
'Lah, sudah masuk kantor aja Pak. Gak mau ngulang lagi?'
Daniel.
'Entar malam kali, sekarang istrinya paling lagi kelelahan.'
Kenan.
'Diam gak kalian!'
Pria itu tidak mau lagi membuka handphone nya walaupun notifikasi terus berbunyi. Ia yakin masih dari grup cogan. Memang temen gak ada akhlak mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments