Menantu Ibu Sri.

Jam tujuh pagi Kenan membuka matanya sambil mendesis pelan sebab badannya terasa sakit, itu di karenakan ia jarang tidur di bawah. Dahinya mengerutkan kebingungan mencari Ayana.

"Di mana dia?" tanyanya pelan dengan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Ternyata dari jam enam Ayana sudah berada di dapur bersama Dewi dan Sri. Mereka memasak nasi goreng bersama.

"Sayang, gimana? Kenan gak nakal sama kamu, kan?"

Ayana menggelengkan kepalanya kecil. Ia masih memikirkan kejadian semalam. Dewi mengelus rambut Ayana karena menyadari ada sesuatu.

"Sayang, kenapa? Apa semuanya baik-baik saja?" pertanyaan Dewi menimbulkan kebingungan pada wajah Sri.

"Kenapa? Apa terjadi sesuatu?"

"Enggak. Enggak ada apa-apa kok, semuanya baik-baik saja."

"Tapi, Ibu lihat kamu kaya menyembunyikan sesuatu."

Ayana mencari cara supaya mereka percaya. Hingga sebuah ide muncul di otaknya. Namun, nampak nya ide itu akan memunculkan reaksi di antara keduanya.

"Ada apa, sayang?"

"Aku ... masih gak nyangka aja kalau sudah punya suami. Tadi pagi aku gak sengaja meluk mas Kenan. Aku kiranya itu guling."

Benar saja, reaksi keduanya terkejut. Tetapi, perlahan menghilang di gantikan suara ketawa.

"Astaga sayang, kamu ada-ada aja. Lucu banget kamu." Sri yang gemas pun mencubit pipi Ayana.

"Ibu kira ada apa, ya ampun sayang."

Perempuan itu terkekeh malu. Tapi, juga merasa bersalah karena sudah berbohong. Tanpa di sadari Kenan mendengar nya dari balik dinding.

...*****...

Nasi goreng pun siap. Sri menyuruh Ayana untuk membangunkan Kenan.

"Sayang, bangunin Kenan. Kita sarapan."

"Baik, Mah."

Selama melangkah Ayana menautkan jemari nya. Ia gugup karena harus membangunkan Kenan. Namun, sepertinya tidak jadi sebab Kenan sudah bangun sambil memangku laptopnya.

"Mas Kenan."

"Ada apa?"

"Sarapan sudah siap."

"Baiklah. Kamu duluan saja, saya mau beresin ini dulu."

"Biar aku aja mas." Niat baik Ayana di tolak oleh Kenan.

"Tidak usah. Kamu duluan aja."

"Baik."

Ayana kembali ke ruang makan. Hati nya masih merasa kalau Kenan marah padanya. Semua sudah berkumpul di sana termasuk Herman. Beliau baru saja bangun dan belum mandi.

"Sayang, Kenan di mana?"

"Lagi beresin barangnya, Mah."

"Ya sudah, kamu duduklah. Anak itu pekerjaan aja yang di pikirin."

Tak lama Kenan baru datang. Ia duduk di sebelah Ayana.

"Kenan, kamu jangan mengerjakan pekerjaan dulu. Kamu ini lagi masa pengantin baru. Masa masih mikirin kerja," omel Sri.

"Itu penting Mah. Oh iya, besok aku mulai kerja lagi, ya?" Sri menghembuskan napasnya pelan. Kenan itu memang gila kerja.

"Ya sudah, kamu kalau di larang juga tetap ke kantor."

"Makasih Mah." Ayana pun mau mengatakan sesuatu. Tapi, ragu-ragu.

"Ehm, Mah."

"Iya sayang, ada apa?" tanya Sri.

"Aku ... besok boleh berangkat sekolah, gak? Aku pengen sekolah."

Sri dan Dewi saling berpandangan sebelum mamah Kenan itu mengangguk kecil.

"Tentu saja boleh. Besok kamu berangkat di antar Kenan, ya?"

Ayana sangat terkejut. Ia menatap ke arah Kenan tidak ada reaksi apapun dari wajahnya. Ia takut merepotkan.

"Aku ... naik angkutan umum aja."

"Besok Ayana bareng aku, Mah."

Perempuan itu terdiam. Ia tidak lagi berani membantah sebab masih teringat kejadian semalam.

Setelah selesai makan, semua berkumpul di ruang keluarga karena Dewi mengatakan mau bicara.

"Bu Dewi, apa yang mau di bicarakan?"

"Saya dan suami sangat berterima kasih kepada keluarga Nak Kenan, sebab kalian sangat baik terhadap kami."

"Ibu bicara apa, kita ini sekarang besanan. Jadi jangan ngomong seperti itu."

"Maafkan kami jika selama di sini bikin repot kalian." Sri memegang tangan Dewi yang menangis.

"Sudah, jangan nangis. Sampai kapanpun kita ini besanan. Jadi jangan merasa sungkan."

"Terima kasih Bu Sri."

"Sama-sama."

"Saya dan suami juga mau mengatakan kalau hari ini kami pamit pulang ke rumah."

Ayana dan Herman sama-sama terkejut mendengar nya. Namun, sangat berbeda. Sebab Ayana tidak mau jauh dari ibunya kalau Herman karena sudah betah tinggal di mansion mewah tersebut.

"Loh, kalian gak tinggal di sini aja?"

"Terima kasih Bu Sri. Tapi, saya dan suami harus pulang."

"Baiklah. Jika ada kesempatan main kesini lagi, ya?"

"Tentu." Dewi menatap wajah anaknya yang menahan nangis.

"Sayang?"

"Ibu!" Ayana langsung memeluk ibunya dengan erat. Air matanya begitu deras mengalir di pipinya. Ia menggelengkan kepalanya berkali-kali.

"Ibu, aku ...."

"Jangan nangis. Ingat, kamu itu sudah menjadi seorang istri. Kemanapun suamimu pergi kamu harus ikut." Sri tersenyum tipis. Ia mengerti perasaan Ayana. Beliau mengelus rambut menantu nya lembut.

"Sayang, kalau kamu kangen sama kedua orang tuamu, nanti kita ke sana bareng. Mamah akan temani kamu, oke?"

"Denger, kan? Kamu beruntung punya mertua kaya Bu Sri."

Perlahan Ayana melepaskan pelukan. Ia menatap Sri dengan sendu.

"Jadi, aku boleh kalau mau kerumah?"

"Tentu saja, sayang. Mamah gak akan melarang kamu."

"Terima kasih, Mah."

...*****...

Di dalam kamar Herman marah-marah kepada Dewi.

"Kamu apa-apaan, sih! Sudah benar tinggal disini. Kenapa kamu tolak?"

"Mas, ini bukan rumah kita! Jadi kita harus pulang." Dengan kesal Herman mendorong istrinya hingga terjatuh. Bertepatan dengan itu Ayana terkejut melihatnya.

"Ibu!"

Ia langsung memeluk ibunya erat. Alasan ia tidak mau jauh dari Dewi karena sangat takut kalau ayahnya itu berbuat buruk kepada ibunya.

"Ibu, gak apa-apa, kan?"

"Ibu, gak apa-apa sayang." Herman kembali berbuat kasar kepada Ayana dengan mencengkeram dagu nya kuat.

"Mas! Lepaskan tanganmu!"

"Dengerin! Setiap bulan kamu harus kirimin uang sepuluh juta! Kalau sampai gak ngirim, ibumu yang menjadi sasaran! Paham?"

"Iya, aku akan kirimin uang itu. Tapi, jangan sakiti ibu ...."

Beliau tersenyum bahagia. Tak apa keluar dari mansion mewah, yang penting ia akan dapat uang banyak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!