Ketakutan Ayana.

Tiga hari sebelum pernikahan, Sri dan Tito datang untuk memberikan seserahan dan uang tunai sebesar seratus juta kepada Ayana.

"Kami membawa seserahan dan uang tunai yang di minta waktu itu. Pas ijab kabul nanti itu beda lagi. Sekarang tolong di terima seserahan dari kami," jelas Sri.

Ayana menatap ke arah Dewi, beliau hanya tersenyum tipis. Namun, saat melihat Herman, ayahnya malah menatapnya begitu tajam. Ia tahu arti tatapan tersebut.

Gadis itu menghembuskan napasnya pelan dan tersenyum.

"Terima kasih atas semuanya. Saya sangat senang."

"Syukurlah kalau kamu senang, kedatangan kami hanya untuk ini. Kami pamit pulang dulu."

Sepasang suami istri itu saling berpamitan. Sri memeluk Ayana sambil mengelus rambutnya lembut.

"Tante tunggu kedatanganmu ke rumah sebagai istri Kenan."

Ayana tersenyum simpul. Setelahnya pergi meninggalkan rumah calon mantu nya. Kepergian mereka langsung membuat Herman mengambil uang tersebut. Dewi yang melihat nya terkejut.

"Mas, kamu mau apakan uangnya? Itu milik Ayana."

"Apa-apaan! Ini duit saya. Ya sudah jelas mau saya bawa!"

"Enggak! Itu uang nya Ayana! Balikin!"

"Kamu gak percaya? Tanyakan saja ke anakmu itu!" Herman pergi keluar rumah sambil membawa uang seratus juta.

Dewi menatap Ayana yang menangis terisak. Beliau perlahan duduk di sebelah putrinya sambil bertanya.

"Sayang?"

"Uang itu punya ayah, Bu ...." Dewi menangkup wajah Ayana sambil menggeleng.

"Enggak sayang, itu uang kamu. Kamu pakai uang itu buat kebutuhan kamu nanti."

"Tidak. Uang itu milik ayah, bukan milik aku." Seperti ada yang salah, Dewi meminta penjelasan.

"Sayang, apakah ada sesuatu yang Ibu gak tau dari kamu dan juga ayah? Ibu merasa entah mengapa kamu jadi nurut sama ayah? Tolong jawab pertanyaan Ibu."

Gadis itu menangis sambil memeluk sang ibu. Dan akhrinya semua pun terbongkar bahwa Kenan tidak pernah melecehkan nya. Ia seperti itu karena di aniaya orang tak di kenal. Herman memaksanya berbohong kalau dirinya memang di lecehkan oleh Kenan.

Mendengar penjelasan tersebut, Dewi marah besar kepada Ayana.

"Kenapa kamu berbohong? Kamu gak kasihan sama Nak Kenan? Gara-gara kamu bohong dia harus tanggung jawab padahal gak bersalah! Kamu sama saja memfitnah!"

Ayana menangis. Ia juga merasa sangat bersalah karena telah berbohong kepada semua orang terutama Kenan.

"Sekarang kita harus jelaskan ini semua kepada keluarga Kenan. Ibu gak mau kamu menikah dengan kebohongan!"

Dewi menarik paksa tangan Ayana. Namun, saat di depan pintu terlihat wajah penuh amarah sang suami. Dan kekerasan pun kembali terjadi. Herman mendorong Dewi hingga terbentur meja.

"Ibu!"

Ayana yang mau menolong ibunya tak luput terkena kekerasan. Tubuhnya di dorong keras ke dinding pojokan rumah. Ia mengeluh kesakitan karena dorongan tersebut. Kemarahan Herman semakin memuncak melihat Dewi.

Tanpa perasaan tangannya mencekik leher istrinya dengan kencang.

"Kamu bilang apa tadi? Mau jelasin semuanya ke keluarga Kenan? Silahkan! Tapi, saya gak akan membiarkan kamu menghancurkan rencana saya!"

Dewi tak bisa bernapas normal. Keringat bercucuran dan udara serasa tipis. Ayana secara cepat bersimpuh di kaki Herman.

"Ayah, tolong lepaskan Ibu ... aku mohon, Ayah. Tolong lepaskan ...." Herman tersenyum puas melihat anaknya ketakutan. Ketakutan untuk kehilangan ibu kesayangan nya.

"Saya akan lepaskan. Tetapi, ini tidak gratis. Kamu harus tetap menikah dengan Kenan. Jika kamu membatalkan nya, saya gak akan segan-segan menjadikan kamu sebagai anak piatu!"

Ayana langsung mengangguk setuju tanpa basa-basi. Tangannya pun di lepaskan dan tubuh Dewi seketika jatuh karena pingsan.

"Ibu, bangun! Aku mohon bangun, jangan tinggalkan aku. Ibu ...."

Herman melangkahkan kakinya pergi tanpa peduli tangisan Ayana yang sedang mengkhawatirkan ibunya.

...*****...

Selama dua puluh menit Dewi belum juga bangun. Ayana sangat ketakutan terjadi sesuatu. Bisa di lihat kalau di sekeliling leher ibunya terdapat bekas cengkeraman kuat dari Herman. Namun, ketakutan itu secara perlahan memudar sebab mata Dewi terbuka lemah.

"Ibu!" Pelukan erat itu adalah reaksi bahagia Ayana karena sang ibu tersadar.

Dewi mengelus rambut anak nya dengan lembut. Air mata turun dari pelupuk matanya.

"Sayang ...."

"Aku takut. Aku takut Ibu tinggalkan aku. Aku takut ...."

"Enggak. Ibu gak akan meninggalkan kamu. Ibu akan selalu ada buatmu."

Selama lima menit pelukan itu pun terurai. Dewi menghapus air mata yang membasahi pipi cantik Ayana.

"Sayang, maafkan Ibu. Maaf karena Ibu kamu harus terpaksa menikah. Kamu pasti di ancam sama ayah, kan?" Ayana mengangguk kecil.

"Apakah di ancam dengan alasan keselamatan Ibu?" Lagi-lagi Ayana mengangguk. Dewi merasa sangat bersalah karena dirinya Ayana harus terpaksa menikah. Beliau langsung membawa sang anak ke pelukan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!