Seminggu kemudian, tepatnya pagi ini adalah hari pernikahan Kenan dan Ayana. Tadi malam, keluarga Ayana memang sengaja di suruh datang. Herman sangat terkejut dengan penampilan mansion milik keluarga Pratama itu. Mewah, besar, dan di garasi banyak sekali mobil-mobil mahal seharga ratusan juta. Rencana licik Herman semakin matang untuk menguras harta mereka.
Keluarga Ayana di sediakan dua kamar. Satu untuk Ayana dan satu lagi untuk Herman dan Dewi. Sepanjang malam Ayana tak bisa tidur. Dia melamun memikirkan hari-hari nya berganti status menjadi istri seorang Kenan.
Tak lupa ia juga meminta izin untuk tidak bekerja selama seminggu karena ingin fokus sekolah. Ya, Ayana berbohong karena tidak mungkin jujur kalau dirinya akan menikah. Beruntung nya ia di kasih izin sebab bos nya tau kalau Ayana masih sekolah.
Tentang pria itu, Ayana belum bisa mengetahui sifat nya. Mereka tidak pernah mengobrol ataupun bertemu secara langsung. Terakhir kali nya ia hanya bertatapan sebentar dengan Kenan di sekolah. Selebihnya seperti orang asing.
Perempuan itu menghembuskan napasnya pelan sambil menatap langit kamar.
"Apakah aku bisa menjadi istri kak Kenan? Bagaimana kalau aku malah tidak bisa?"
Setetes air mata meluncur bebas membasahi pipinya.
Mansion itu pula sudah di sulap menjadi tempat acara pernikahan keduanya. Ayana sedang di rias oleh dua MUA. Wajahnya yang memang sedari awal cantik kini semakin cantik, di tambah kebaya warna putih membuat orang lain pangling. Termasuk MUA nya sendiri.
"Sebelum di make up aja sudah cantik. Eh, tambah di make up malah makin cantik."
Mendengar pujian itu membuat Ayana tersipu malu. Pipinya memerah merona.
"Mba, lihat pipi nya memerah gitu. Lucu banget," ujar MUA lainnya heboh.
"Jangan berisik! Nanti di omelin!"
"Oke."
Akhrinya make up Ayana selesai bertepatan dengan kedatangan Dewi. Beliau menahan tangisnya. Namun, segalanya runtuh saat memeluk anaknya erat sambil menangis. Begitu pula dengan Ayana. Ia tidak mau meninggalkan ibunya. Tapi, bagaimana lagi. Ia akan menjadi istri Kenan. Kemanapun sang suami pergi ia harus ikut.
"Ibu sangat menyayangi kamu, sayang. Sampai kapanpun Ibu akan selalu menyayangimu."
Ayana tak bisa menghentikan tangisan nya. Ia menggelengkan kepalanya lemah tanda tak mau jauh dari Dewi. Dari balik pintu Sri yang melihatnya tersenyum. Beliau begitu paham dengan perasaan seperti itu.
...****...
Tiga puluh menit acara pernikahan di mulai. Ayana keluar dengan anggun di temani oleh Dewi dan Sri. Penampilan pengantin wanita benar-benar terpancar sempurna. Begitu pula sebaliknya, Penampilan Kenan menggunakan jas hitam menambah aura ketampanan. Keduanya duduk berhadapan di depan penghulu. Acara ijab kabul berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Kedua orang tua menangis penuh haru melihat pernikahan mereka.
"Sekarang kalian sah menjadi pasangan suami istri. Semoga pernikahan kalian ini sakinah, mawaddah, warohmah," do'a penghulu. Keduanya hanya mengangguk pelan.
Ayana sedikit terkejut karena ada kepala sekolah bernama Pak Beni di belakang sana.
Kini waktunya pemasangan cincin masing-masing. Terlebih dahulu Ayana memakaikan cincin di jari manis Kenan sambil mencium tangannya. selepas itu Kenan memakaikan cincin di jari manis Ayana. Sebelum itu Pak Dodo menggoda Tuan muda nya.
"Tuan muda Kenan, habis masang cincin jangan lupa di cium kening Neng Ayana ya."
Godaan pak Dodo membuat semua terkekeh kecil. Kenan menatap sebal. Terlebih melihat muka kedua temannya yang masih cekikikan. Namun, tetap melakukan hal tersebut. Perlahan ia menangkup wajah Ayana, keduanya bertatapan sebentar dengan wajah sama-sama tegang. Keduanya bisa mendengar suara jantung berdetak kencang milik masing-masing. Tak mau berlama-lama Kenan langsung mencium kening istri nya selama tiga detik.
Semua menatap gemas ke pengantin baru itu. Apalagi melihat wajah nya memerah mereka semakin membuat tertawa.
...*****...
Siang harinya, semua berkumpul untuk makan siang. Herman begitu lahap menyantap berbagai makanan yang berada di meja. Tito tersenyum kecil.
"Di ambil lagi ikan emas nya Pak, itu ada dua lagi."
"Oke."
Herman langsung mengambil satu ikan emas utuh dan di masukan ke dalam piring nya. Padahal tadi sudah mengambil satu juga.
Sedangkan Dewi makan secukupnya. Beliau masih merasa tidak enak kepada pemilik rumah. Menyadari hal itu Sri pun memegang tangannya.
"Bu Dewi, gak usah sungkan. Sekarang ini kita adalah besanan. Jadi jangan merasa tidak enak."
"Baik nyonya." Sri tersenyum mendengar panggilan Dewi.
"Bu, gak perlu manggil saya seperti itu. Cukup panggil saja Bu Sri."
"Baik, Bu Sri."
Sementara pengantin baru makan dengan tenang. Ayana sedikit canggung sebenarnya. Tetapi, ia berusaha bersikap normal. Setelah makanan berat habis, kini di ganti makanan penutup agar bisa mengobrol santai.
Awalnya pembicaraan biasa saja. Namun, selanjutnya perkataan Tito membuat mereka semua terkejut terutama pengantin baru.
"Papah harap, kalian jangan berhubungan dulu. Kenan, kamu harus kontrol nafsu kamu. Tidak boleh menyentuh Ayana sampai lulus." Sri ketawa pelan sambil memegang lengan suaminya.
"Sayang, apakah itu tidak terlalu lama? Ayana lulus saja sepuluh bulan lagi. Itu artinya Kenan tidak menyentuh Ayana selama itu."
"Tapi Mah, Ayana masih sekolah. Kamu mau dia sudah hamil duluan sebelum kelulusan?"
Semuanya jadi bingung. Tetapi, jawaban Kenan pun memberikan napas lega.
"Aku gak akan melakukan nya, Pah. Tenang saja."
Tito mengangguk. Mereka kembali makan tak menyadari pipi Ayana bersemu merah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments