Selama menuju kelas, Ayana memegang pipinya. Ia merasa malu karena melakukan hal tersebut. Walaupun, termasuk hal lumrah. Tetapi, ia dan Kenan bisa di bilang awalnya hanya orang asing. Tak mengenal sama sekali. Jadi wajar saja jika ia merasakan hal itu.
Saat memasuki kelas, empat orang di meja belakang memperhatikan nya sinis. Salah satunya mulai mengejek.
"Wah, kayanya ada yang mulai merasa pintar jadinya males sekolah, ya?"
"Kayanya, si paling pintar."
Ayana diam. Ia tahu yang di omongin mereka adalah dirinya. Tak lama guru pun memasuki kelas dan memulai pelajaran.
...*****...
Di sebuah kantor bernama Pratama grup, sang CEO yaitu Kenan sedang mengerjakan berkas-berkas. Namun, saat Ayana mencium tangannya masih terbayang di benaknya. Kenan menggelengkan kepalanya cepat.
"Astaga. Apa yang aku pikirkan? Fokus! Aku harus fokus!" Saat lagi mengerjakan pekerjaan handpone nya berbunyi tanda pesan masuk. Ia pun memeriksa.
Di bacanya pesan tersebut secara detail. Agak sedikit terkejut memang. Namun, ia membalas pesan tersebut dengan balas 'Oke'.
Pintu ruangannya di ketuk dan menampilkan sekretaris nya bernama Radja.
"Permisi, Mr."
"Ya? Ada apa?"
"Ada seseorang mau bertemu dengan anda."
"Siapa?"
Sebelum sekretaris menjawab seseorang menyapa nya terlebih dahulu dengan nada ceria.
"Halo, my friend!"
Kenan sangat terkejut. Ia tidak menyangka kalau orang tersebut adalah sahabat nya sendiri.
"Aura?" Perempuan itu memeluk Kenan cukup lama. Sedangkan yang di peluk hanya diam saja.
"Akhrinya, gua ketemu lagi sama lu."
"Lu kok, di sini? Bukannya di Amerika?" tanya nya sambil melepaskan diri dari pelukan.
"Ya gua pulanglah."
"Emangnya kuliah lu sudah selesai?"
"Sudah, tinggal wisuda aja bulan depan. Pokoknya lu harus datang!"
"Gua gak janji ya, liat pekerjaan dulu," ledek Kenan. Aura mengacak-acak rambutnya gemas.
"Sok sibuk lu!" Keduanya tertawa lepas. Kenan kembali duduk untuk melanjutkan pekerjaan nya.
"Gua emang sibuk. Biasa CEO."
"Bodo amat! Oh iya, kabar om dan tante gimana? Mereka sehat?"
"Alhamdulillah. Mereka sehat."
"Syukurlah, kalau gitu entar gua mau main ke rumah lu, ya? Sekalian mau ketemu sama mereka."
Ucapan Aura membuatnya bingung. Haruskah ia memperkenalkan juga Ayana sebagai istrinya?
Aura yang menyadari lamunan Kenan langsung mengacak-acak lagi rambutnya.
"Kok, melamun? Ada apa?"
"Enggak ada apa-apa. Kalau mau ke rumah silahkan aja."
"Gua bareng lu aja ke rumahnya."
"Kerjaan gua masih banyak. Bisa-bisa pulang sore mungkin."
"Gak apa-apa, gua tungguin."
"Ya sudah, lu kalau bosan ke ruangan itu aja. Tempat istirahat gua," tunjuk Kenan pada pintu hitam di pojok ruangan.
"Siap."
...*****...
Siang harinya Ayana sudah pulang sekolah. Terlihat Sri sedang duduk di ruang tamu sambil baca majalah.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam. Sayang, akhirnya kamu pulang juga." Ayana mencium tangan beliau di balas dengan kecupan di keningnya.
"Ada apa, Mah?"
"Gak ada apa-apa. Cuma Mamah bosan gak ada teman." Ayana terkekeh kecil.
"Ya sudah, aku temenin Mamah di sini."
"Baiklah. Nanti sore kita bikin pancake mau, gak? Itu adalah makanan kesukaan Kenan, loh."
Ayana mengangguk kecil. Hari ini pertama kalinya ia tahu makanan kesukaan Kenan, sang suami.
...******...
Sore harinya Sri dan Ayana sedang berada di dapur untuk membuat pancake. Sri sangat kagum dengan Ayana yang cepat mengerti. Padahal ini adalah pertama kali Ayana membuat pancake.
"Wah, kamu hebat ya. Baru di ajarin sudah paham aja."
"Sejujurnya aku juga takut gagal. Tetapi, pas lihat Mamah aku jadi paham."
Keduanya nampak asik membuat makanan tersebut hingga tidak sadar di belakang mereka ada yang datang.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam," jawab Ayana dan Sri bersamaan sambil berbalik badan. Beliau begitu terkejut melihat Aura di samping Kenan.
"Aura!"
"Tante!" Keduanya berpelukan. Sri mengelus rambutnya lembut.
"Sayang, kamu apa kabar?"
"Aku baik Tante, kalau Tante dan om bagaimana?"
"Alhamdulillah. Tante dan om baik."
"Syukurlah."
Kening Aura mengkerut bingung melihat perempuan di belakang Sri.
"Tante."
"Ya, ada apa?"
"Itu siapa?"
Sri menoleh ke belakang. Beliau terkekeh kecil sambil menarik tangan Ayana.
"Astaga, Tante lupa. Oh iya, Aura perkenalkan ini Ayana." Meski canggung Ayana dan Aura berkenalan.
"Aku Ayana."
"Saya Aura."
"Dia adalah Istri Kenan." Pernyataan Sri tak bisa membuat Aura menyembunyikan rasa terkejut nya.
"Istri Kenan?" Angguk Sri. Selama beberapa detik tak ada tanggapan akhirnya Aura tertawa kecil.
"Ya ampun, ternyata lu sudah nikah? Kenapa gak bilang gua?" Kenan terdiam. Sri yang menjawabnya lagi.
"Nanti aja Tante yang cerita, ya? Sekalian mau ngobrol sama kamu. Oke?"
"Oke."
"Sekarang kita cobain dulu pancake buatan Ayana. Di jamin rasanya enak." Ayana tersenyum malu sebab Sri melebihkan.
"Ini juga buatan Tante."
"Iya. Ayo kita cobain."
Di meja makan mereka memakan pancake bersama. Namun, entah mengapa Ayana merasa sedih karena terlihat Kenan dan Aura saling mengobrol. Mereka sangat dekat. Bahkan, baru kali ini Ayana melihat Kenan tertawa selepas itu.
Sri yang menyadari pun memegang tangan Ayana di bawah meja. Menantunya itu tersenyum tipis.
"Oh iya, Aura?"
"Ya Tante, ada apa?"
"Nanti kita ngobrol yuk di taman belakang. Bagaimana?"
"Baiklah."
Setelah itu mereka kembali makan pancake. Beberapa saat kemudian, Kenan pun bangun dari duduknya. Aura segera bertanya, "Kamu mau kemana?"
"Mau ganti baju. Ayana tolong cariin bajunya."
Pria itu melangkahkan kakinya tanpa tahu kalau Ayana sedikit terkejut. Sri tertawa melihat wajah menantunya yang terlihat kebingungan.
"Sayang kok, malah diam? Cepat lakukan keburu Kenan marah."
"Baik."
Dengan cepat Ayana menyusul Kenan. Sri tak bisa menyembunyikan tawa nya. Tetapi, ada seseorang yang hanya diam memperhatikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments