Setelah selesai Tito dan Herman ke halaman depan. Sedangkan Kenan pergi ke kamarnya. Saat Ayana bangun dari duduknya Sri memanggil.
"Ayana."
"Iya Tante, ada apa?"
"Jangan panggil Tante dong, panggil aja Mamah kaya Kenan."
"Baiklah Mah, ada apa?"
"Nanti malam kamu tidur di kamarnya Kenan."
Ayana membulatkan matanya sempurna. Ia begitu terkejut mendengar nya. Begitu pula dengan Dewi.
"Tidur di kamarnya kak Kenan?"
"Kok, manggilnya kak? Panggil aja mas," ucapan Sri membuat Ayana terdiam.
"Ayo, panggil aja mas Kenan."
"Aku malu ...." Sri dan Dewi tertawa mendengar kejujuran anak itu.
"Gak usah malu. Kamu itu sudah menjadi istrinya Kenan. Jadi, harus memanggilnya mas. Kalau panggil kakak yang ada orang-orang mengiranya kamu adik Kenan."
Benar juga. Secara perlahan ia menghela napasnya menghilangkan rasa gugup.
"Mas ... Kenan." Sri tersenyum tipis melihat Ayana yang malu-malu memanggil Kenan dengan sebutan mas.
"Iya begitu, panggil nya mas Kenan dan kalian adalah suami istri. Jadi, harus nyatu kamarnya."
"Tapi Bu Sri, bukannya mereka gak boleh berhubungan dulu?"
"Memang benar, ya Tapi, gak masalah kalau mereka tidur bersama, kan?" Dewi menggaruk tengkuknya bingung.
"Enggak apa-apa. Kenan juga sudah bilang tadi kalau gak akan melakukan nya."
"Ya sudah sayang, kamu tidur di kamarnya, Nak Kenan aja," ucap Dewi.
Bukannya pergi ke kamar, Ayana kembali memberikan sebuah pertanyaan lagi yang membuat kedua wanita itu terkejut.
"Mah, mas Kenan tidak akan keberatan memangnya?"
"Ya enggak sayang, kalau dia keberatan Mamah pukul kepalanya."
Ayana sedikit tersenyum mendengar nya. Sri mengelus rambutnya lembut dengan tatapan bahagia. Ia yakin kalau suatu saat nanti keduanya akan menjadi pasangan yang hidup bahagia.
...****...
Malam harinya Ayana di bawa Sri ke kamar Kenan yang berada di lantai dua. Jantung Ayana berdegup kencang. Saat di buka pintu terlihat Kenan sedang duduk lesehan di karpet bulu sambil memangku laptopnya. Mata keduanya tatapan sebentar sebelum Ayana menunduk.
"Kenan, mulai sekarang Ayana tidur di kamarmu."
"Tidur di sini? Tapi, kata papah tadi aku gak boleh---" Kenan tak melanjutkan ucapannya. Sri terkekeh kecil.
"Memang benar. Tapi, gak ada salahnya kalian satu kamar, kan?"
"Mah?" Wajah Kenan seperti tak tau harus mengatakan apa. Ayana hanya menunduk malu.
"Sudahlah. Ayana, kamu kalau mau langsung tidur silahkan saja. Mamah keluar dulu."
Kepergian Sri membuat suasana canggung di antara keduanya. Ayana masih terdiam di tempatnya berdiri. Ia bingung harus bagaimana. Sementara Kenan menggaruk tengkuknya. Selang lima menit tak ada percakapan apapun di antara mereka hingga pintu terbuka membuat keduanya terkejut. Sri datang sambil membawa sebuah kotak.
"Oh iya. Mamah lupa kasih kamu baju tidur. Nih, di pakai ya."
Ayana menerima kotak berukuran sedang itu di tangannya. Kenan menatap ibunya meminta penjelasan.
"Mah?"
"Kenapa?"
"Baju itu ... gak aneh, kan?" Sri kebingungan dengan pertanyaan Kenan.
"Maksudnya?"
"Modelnya gak aneh gitu." Sri tertawa karena paham apa maksud kata aneh.
"Kamu tenang aja. Modelnya hanya piyama yang suka kamu pakai. Gak aneh kok, dan hanya ukuran saja yang di ganti karena di sesuaikan sama tubuh Ayana."
Badan Kenan lebih besar dan tinggi dari Ayana. Tinggi Kenan aja 180 cm dan tinggi Ayana hanya sekitar 155 cm. Jelas sangat beda postur badan mereka.
Kenan bernapas lega. Ia berpikir kalau ibunya akan memberikan baju tidur pada Ayana yang biasa di pakai pengantin wanita saat malam pertama.
"Memangnya kamu mau Mamah memberikan model aneh gitu kepada Ayana?" godaan Sri langsung di tolak mentah oleh Kenan.
"Enggak! Aku gak mau!"
Sri semakin tertawa, Ayana hanya bisa menunduk malu. Ia mengerti arah pembicaraan ibu dan anak itu.
"Ya sudah, kalian tidurlah. Kenan, jangan begadang. Kamu harus istirahat."
Kenan menggangguk kecil. Sri mengelus rambut menantu nya begitu lembut
"Tidur yang nyenyak, ya?"
"Iya, makasih, Mah."
Sri kembali keluar. Kini tersisa sepasang suami istri itu. Kenan melanjutkan pekerjaan nya, sedangkan Ayana tidak beranjak kemana-mana. Ia masih berdiri di tempatnya. Menyadari hal itu Kenan pun menyuruhnya tidur.
"Ayana, kamu tidurlah lebih dulu. Seterah mau di sebelah mana saja."
Perempuan itu memandang sang suami. Nampak Kenan sangat fokus menatap laptopnya. Serasa di tatap suaminya itu malah memandangnya juga. Terjadilah saling memandang beberapa detik sebelum Ayana kembali menunduk malu.
"Aku tidur di sofa aja."
Dahi Kenan mengkerut mendengar ucapan Ayana. Setelah itu ia menghembuskan napasnya perlahan. Ia lagi berusaha untuk bisa mengobrol dengan Ayana tanpa perasaan canggung.
"Kamu tidak usah mengada-ada. Tidurlah di ranjang."
Ayana pun mengangguk kecil. Ia merasa tidak enak takut Kenan tidak nyaman. Tetapi, ia juga tidak mau membuat Kenan marah karena ucapan nya barusan.
"Kalau mau ke kamar mandi ada di sebelah sana," tunjuk Kenan ke arah pintu berwarna putih di pojok kamar.
Ayana menoleh dan mengangguk paham. Ia pun melangkahkan kakinya ke kamar mandi tersebut sekalian mengganti bajunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments