Akhirnya jam sembilan malam kedatangan Kenan membuat ketiganya bernapas lega sekaligus kesal.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam. Kenan kenapa baru pulang? Apa ada pekerjaan tambahan?" tanya Sri langsung tanpa basa-basi.
"Tidak Mah, pekerjaan ku selesai seperti biasa."
"Kamu bawa apa?" tanya Tito melihat bungkusan di tangan anaknya.
"Oh, ini kue coklat. Aku baru pulang karena menemani Aura ke mall dulu tadi." Tanpa Kenan sadari omongan nya membuat kedua orang tuanya terkejut.
Entah kenapa Ayana merasakan sesak di hatinya. Sri terkekeh kecil sambil menghampiri Ayana.
"Sayang, kamu sudah siapkan pakaian Kenan belum? Setelah ini dia mau mandi. Oh iya, siapkan air mandi nya juga pakai air hangat soalnya sudah malam. Oke?"
"Baiklah. Aku akan siapkan." Setelah Ayana pergi, Sri langsung memegang pundak anaknya dengan tatapan mendalam.
"Kenapa kamu pergi sama Aura?"
"Karena dia ngajakin."
"Seharusnya kamu tolak, Kenan! Kamu harus sadar kalau kamu itu sudah punya istri! Kamu wajib menjaga perasaan Ayana!" teriakan Sri membuat Kenan terkejut.
"Yang di katakan Mamahmu benar, Kenan. Kamu harus belajar memahami perasaan Ayana. Ya memang pernikahan kalian ini di awali sebuah kejadian, tidak ada perasaan cinta. Tapi, apakah kamu tidak merasa bersalah karena jalan sama perempuan lain? Dari sore Ayana melihat jendela untuk tau kamu sudah pulang apa belum. Dia khawatir sama kamu."
Kenan hanya bisa terdiam mendengar ucapan Tito. Ia tidak mengelak. Yang di katakan kedua orang taunya sangat benar. Walaupun, pernikahan nya terjadi karena sebuah kejadian. Tetapi, seharusnya ia juga bisa menjaga perasaan Ayana.
Tanpa kata ia pun langsung berlari menuju kamar. Saat pintu terbuka, terlihat Ayana sedang menyiapkan baju tidur nya.
"Ayana," panggilan Kenan pun membuatnya menoleh. Selama beberapa detik saling bertatapan. Betapa terkejutnya Ayana secara tiba-tiba Kenan memeluk tubuhnya.
Sejujurnya Ayana sangat gugup, ia hanya bisa mematung tak membalas pelukan Kenan. Pikirannya juga kosong saking gugupnya.
"Maafkan saya Ayana, maafkan saya."
"Kenapa Mas, minta maaf?"
Kenan melepaskan pelukan, matanya memandang sang istri sambil menggeleng kecil.
"Oh iya, kamu suka kue coklat? Kalau suka ini buat kamu. Saya belikan tadi." Kenan menyodorkan kue coklat itu.
"Ini buat aku?"
"Iya."
Ayana tersenyum manis dan menerima kue coklat nya.
"Makasih banyak, Mas."
"Sama-sama. Saya mau mandi dulu."
"Sudah aku siapkan airnya." Gugup nya Ayana kembali terjadi ketika Kenan mengelus kepalanya.
"Oke, terima kasih."
Ayana hanya bisa mengangguk kecil. Di lihat nya kue coklat itu dengan sedih.
'Walaupun Mas Kenan, membelikan ini untuk ku, entah mengapa rasanya sangat sesak mengetahui kalau pasangan kita jalan sama perempuan lain.'
...*****...
Di apartemen Aura belum tidur. Ia masih melihat handphone nya sambil tersenyum. Ternyata Aura melihat foto-foto yang ia ambil saat bersama Kenan di mall.
Awalnya Kenan gak mau, Aura terus memaksa nya dan berpura-pura ngambek. Hingga akhrinya mau tidak mau Kenan pun menuruti keinginan teman nya.
"Gua senang banget bisa jalan-jalan sama lu, ya walaupun lu sudah menikah gua akan terus berusaha agar bisa mendapatkan hati lu, Kenan. Gua akan rebut lu dari Ayana!"
Mengingat nama perempuan itu, hatinya menahan kesal sebab kejadian di mall.
"Kenan, lu kenapa bisa menikah sama Ayana? Kata Tante, kalian menikah karena sebuah kejadian, ya?" tanya Aura. Walaupun sudah tau alasannya ia ingin mendengar nya dari mulut Kenan.
Namun, pria itu hanya mengangguk kecil sambil meminum kopi cappucino nya. Karena tidak puas ia kembali bertanya.
"Terus, kenapa lu mau nikah sama dia? Lu gak berbuat sesuatu, kan?"
"Enggak. Tapi, mana ada yang percaya sama gua saat orang-orang melihat keadaan Ayana yang berantakan dan gua di sebelahnya? Pasti gak ada yang percaya."
Sampai akhrinya dengan berani Aura pun mengeluarkan segala ucapannya.
"Bagaimana lu cerai aja sama Ayana? Lagian lu gak cinta sama dia, kan? Kalau misalnya kedua orang tua lu melarang, lu tinggal bilang kalau lu gak cin--" ucapan Aura tiba-tiba di potong oleh Kenan.
"Aura, lebih baik kita pulang karena sudah malam."
"Tapi, ini baru jam sembilan."
"Kita pulang Aura. Gua besok kerja," kata Kenan dengan nada datar sehingga Aura pun menurut.
Di dalam mobil keheningan tercipta. Kenan sama sekali tidak bicara semenjak omongan tadi. Aura mencoba mengajak nya mengobrol.
"Kenan, nanti kita main lagi mau gak?" Tidak ada jawaban membuat Aura sangat kesal.
'Sial! Kayanya Kenan marah gara-gara gua bilang cerai aja sama Ayana. apa jangan-jangan?'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments