Dia Yang Tak Dirindukan

Dia Yang Tak Dirindukan

Biarkan Anak Ini Hidup!

15 Januari 2001 menjadi hari kelahiran seorang bayi perempuan bernama Ananta Putri Soehadi.Ia dilahirkan di kota metropolitan yang jauh dari desa, Ibunya memilih melahirkan untuk jauh dari orang tuanya karena malu. Ayah dari bayi itu entah kemana, sehingga setelah melahirkan ibunya memilih untuk tidak merawat putri kecilnya, dan akan ia jual kepada orang lain yang belum punya keturunan.

Namun Tuhan berkata lain, kakek dan nenek dari bayi itu mendengar berita kelahirannya.

Sebisa mungkin mereka mencari cara untuk bisa sampai di kota agar bisa melihat cucu perempuan satu-satunya yang mereka punya.

Genap satu bulan usia bayi itu, namun sang ibu belum menemukan orang yang mau membeli anaknya, sampai pada akhirnya kakek dan neneknya datang. Kegembiraan yang dirasakan pasangan lansia itu tidak dirasakan oleh ibu dari bayi itu.Suli melihat orang tuanya begitu bahagia dengan kehadiran anak perempuannya, namun tidak dengan dirinya.

Dengan berat hati dan perasaan gugup yang bercampur takut kena amarah dari ayahnya, Suli akhirnya mengutarakan perasaanya dan niatnya untuk menjual bayi itu.

"Pak, buk. Aku mau ngomong sesuatu" ucap Suli ragu-ragu.

"Mau ngomong apa nduk, masalah selapanan anakmu?

kamu jangan khawatir nanti bapak sama ibu yang nanggung biayanya, yang penting cucuku ini sehat"

jawab nenek imah dengan tersenyum sambil memangku ananta.

"Bukan itu buk, a.. aku, aku fikir lebih baik kalo anak ini dikasih aja sama orang, terus kita minta imbalan, biar bisa buat modal usaha di kampung"

"Apa?!" Kakek Adi melotot mendengar perkataan anaknya.

Nenek imah pun tak kalah terkejutnya mendengar itu, dekapannya pada ananta semakin ia eratkan seolah-olah tidak ingin kehilangan cucu perempuannya.

"Kamu ini waras apa enggak sebenernya Suli? ini anak kamu masih merah, masih butuh kamu ibunya, butuh asi kamu, dimana otak kamu sampai-sampai kamu berfikir buat jual anak kamu sendiri apalagi buat modal usaha? punya hati nggak sih kamu!"

Amarah Kakek Adi memuncak, kentara dari urat-urat dilehernya yang tercetak jelas saat dia bicara.

"Tapi pak, ayah dari anak ini aja nggak tau kemana. Terus kalo aku harus hidupin dia sendirian aku nggak bakal sanggup pak, biaya hidup disini itu banyak" Suli memberikan alasan dengan bibir bergetar lantaran takut dengan amarah ayahnya.

"Kalo itu yang jadi masalah, kamu tinggal pulang ke kampung biar bapak sama ibuk yang cari uang buat biaya hidup kalian.

Nggak ada acara jual anak segala! " jawab Kakek Adi

"Tapi.. Aku malu pak, Aku malu kalo sampai aku pulang bawa bayi sedangkan ayahnya nggak tahu kemana,

apa kata orang kampung nanti?? aku pasti bakal jadi bahan omongan orang gara-gara bayi itu!"

Suli mencoba memberikan alasan sebisa mungkin sambil bercucuran air mata, berharap orang tuanya akan mengerti posisinya.

"Itulah kenapa dulu bapak ngelarang kamu untuk kerja di kota, ya karena ini Suli, kehidupan kota itu nggak seindah yang ada dibayangan kamu! Sekarang kalau sudah seperti ini kamu malah mau jual anak kamu yang nggak ngerti apa-apa ini? Bahkan hewan pun nggak ada yang setega kamu ke anaknya!" Kakek Adi meraup wajahnya kasar, ia merasa frustasi dengan tingkah anak perempuannya.

Flashback on

"Pak aku mau pamit kerja ke kota besok, biar bisa bantu ekonomi keluarga" ucap Suli tiba-tiba ketika ayahnya sedang mengasah arit untuk mencari pakan sapi.

"Lho kok tiba-tiba si sul, kamu emang mau kerja apa nanti, terus uang buat sangu ke kota dapet dari mana? " tanya kakek adi bingung dengan keputusan anaknya.

"Bapak tenang aja, aku ada temen kok nanti yang bakal jemput ke rumah sini terus nanti juga dia yang bayarin kendaraan sama makan aku selama perjalanan ke kota, kalo masalah kerjaan nanti aku sama dia cari bareng-bareng pak" terang Suli.

"Teman kamu laki apa perempuan? "

"Laki-laki pak, dia orang kecamatan sebelah biasa kerja dipasar besar"

"Jadi apa dia dipasar? kalo udah kerja dipasar kenapa harus ke kota, sekarang itu cari kerja sulit apalagi di kota. " selidik Kakek Adi ingin tau.

"Emmm... dia jadi preman pasar sih pak yang jaga keamanan pasar, mangkanya dia mau merantau ke kota buat cari pekerjaan yang lebih bagus lagi" Suli memberi jawaban terbaik agar ayahnya memperbolehkan dia pergi ke kota. "Preman pasar?? kamu mau pergi sama preman? Enggak bapak nggak ijinin kamu pergi kemanapun. Apalagi sama preman, kamu anak perempuan Suli dan nggak ada jaminan preman itu nggak akan berbuat jahat ke kamu" putus Kakek Adi.

"Tapi pak dia baik kok, dia nggak seperti apa yang bapak bayangin, dia selama kenal aku juga jaga aku banget bahkan dia nggak berani sentuh aku sembarangan. " jawab Suli kukuh. "keputusan bapak sudah yang terbaik, kamu nggak bapak ijinin pergi kemana-mana, tetap dirumah dan kerja di kebun seperti biasanya, lagian apa yang kurang dari hidup kita yang sekarang. Kita nggak pernah kekurangan makan, kita punya rumah sendiri seenggaknya kita nggak numpang di orang. " Sembarai berlalu Kakek Adi menjawab, tak ingin memperpanjang perdebatan dengan anak perempuannya Kakek Adi memilih untuk pergi mencari pakan sapi.

Flashback off

"Terus aku harus gimana pak? aku kerja sambil bawa bayi juga ribet, nggak bisa. Lebih baik memang anak ini dijual aja, toh uangnya juga bisa buat bapak sama ibuk modal dikampung kan? " Entah apa yang Suli pikirkan, dia tetap ingin menjual anaknya meskipun ayahnya sudah marah. "Sudah Suli! cukup! Kalo kamu nggak mau rawat bayi ini biar ibuk sama bapak bawa dia pulang ke kampung, kamu bisa kerja di sini dan kirim uang buat anak kamu dikampung nantinya" Nenek imah akhirnya angkat bicara setelah cukup lama mendengar perdebatan antara anak dan suaminya.

Dilihatnya Suli masih diam sambil menimbang-nimbang keputusan mana yang akan perempuan itu ambil. Pada akhirnya Suli setuju untuk menyerahkan anaknya pada orangtuanya agar dirawat dikampung, masalah kiriman uang urusan gampang nantinya pikir Suli, yang penting dia bisa lepas dari belenggu anak itu. Karena sebulan lamanya mengurus anak itu sendirian rasanya ia tidak tahan, belum lagi uang kontrakan yang belum ia bayar. Memang pemilik kontrakan memberi kelonggaran waktu untuk Suli telat membayar uang sewa, namun kedepannya jika terus seperti ini bisa-bisa ia akan diusir dari kontrakan dan akan sulit mencari kerja nantinya. Biarlah urusan anak itu menjadi urusan orang tuanya, Suli akan mencoba mencari hidup baru lagi, dan mencari keberadaan laki-laki yang sudah menghamili dan meninggalkannya pergi seorang diri sampai hari ini.

___

Sesampainya di desa kedatangan Kakek Adi dan Nenek Imah yang membawa bayi menjadi perbincangan para tetangga, bayi siapa yang dibawa pulang, padahal dari kabar yang didengar Kakek Adi dan Nenek Imah pergi ke kota hanya untuk menjenguk Suli yang sedang sakit. Tapi kenapa sekarang pulang-pulang malah membawa bayi. Pertanyaan-pertanyaan itu berani di utarakan dalam hati saja oleh para tetangga, mengingat Kakek Adi dan Nenek imah adalah orang yang dituakan di kampung itu.

Sejurus kemudian, Nur yang merupakan anak bungsu laki-laki Nenek Imah yang berarti dia adalah adiknya Suli, datang dan menanyakan perihal bayi itu, "Bayi siapa ini pak buk? kok dibawa kesini" tanya Nur penasaran, "Ini anaknya Suli, cantikkan? dia perempuan lo Nur, akhirnya ibuk punya cucu perempuan juga" jawab Nenek Imah dengan sumringah. "Anaknya Mbak Suli? kapan Mbak Suli nikahnya buk? Kalopun nikah kok aku ngga ada denger kabar apa-apa, terus orang tua bayi ini mana?" Nur yang kaget mendengar jawaban Nenek Imah memberondong orang tuanya dengan pertanyaan.

Pasalnya yang dia tahu, kakak perempuannya itu berangkat ke kota untuk mencari kerja, dan sampai hari ini ia belum mendengar kabar apapun lagi dari kakaknya. Tapi setelah orangtuanya berkunjung kesana mereka pulang membawa bayi dan mereka bilang ini bayi dari Suli, kakaknya. "Mbakmu nggak bisa ikut pulang Nur, kerjaannya nggak bisa ditinggal, jadi biar ibuk bawa bayinya aja. Kasian kalo harus ditinggal sendirian dikontrakan sementara mbakmu kerja" jawab Nenek Imah. Namun bukannya puas dengan jawaban ibunya, Nur malah dibuat semakin bingung. Kakek Adi yang tau kalau anak laki-lakinya ini masih bingung kemudian menimpali "Gini Nur nanti bapak jelasin semuanya, sekarang mintain pisang susu ke istrimu biar ananta bisa makan, kasian dia pasti lapar"

Dengan rasa penasaran yang belum habis Nur pun pulang kerumahnya mencari pisang susu kepunyaan anaknya yang juga masih bayi untuk diberikan kepada bayi yang katanya anak dari kakaknya itu. Setelah memberikan pisang Nur kemudian menuntut penjelasan kepada ayahnya "Sekarang bapak jelaskan, itu anak siapa, bapaknya dimana dan kenapa malah sekarang bapak sama ibuk yang bawa pulang? " cecar Nur kepada Kakek Adi, "Kamu duduk dulu.. " Kakek Adi kemudian menjelaskan semuanya mulai dari awal keberangkatan Suli ke kota lalu siapa ayah dari bayi itu dan bagaimana keadaan Suli di kota. Serta alasan kenapa Kakek Adi dan Nenek Imah membawa bayi itu pulang.

Mendengar penjelasan dari sang ayah, bukannya Nur merasa lega justru ia malah berang dan tersulut emosi, "Apa-apaan, nggak bisa gini pak. Itu anaknya Mbak Suli sama laki-laki itu kenapa harus bapak sama ibuk yang rawat. Selama ini aja ibuk nggak pernah mau aku mintain tolong buat jagain Aji sama Ardi kalo wati lagi sibuk, sekarang kalian malah mau rawat anak nggak jelas kayak gitu? Pak, bapak udah tua ibuk juga udah tua. Kalian cuma bakal direpotin dengan adanya anak nggak jelas itu! " Kemarahan Nur bahkan sampai memancing atensi tetangga sekitarnya, mereka yang mendengar keributan dari rumah Kakek Adi mencoba mendekat untuk mencari tahu apa yang terjadi.

"Kamu sabar dulu Nur, nanti setiap bulan Mbakmu bakalan rutin kirim uang kok buat anaknya. jadi biaya hidupnya ngga semuanya bapak sama ibuk yang tanggung" jawab Kakek Adi mencoba meredam amarah putranya. "Pokoknya aku nggak mau ya pak kalo sampai anak itu ada disini, nanti dia cuma bisa ngerepotin aja. Mana anaknya biar aku buang ke kali" Dengan emosi Nur mencari keberadaan bayi itu di dalam rumah, ia ingin agar bayi itu pergi dari rumah ini. Karena tidak adil baginya ketika orang tuanya lebih sayang kepada anak yang asal-usulnya tidak jelas seperti itu, daripada kepada anak-anaknya. Melihat Nenek Imah yang sedang menyuapi bayi itu dengan pisang susu, seketika Nur merebut bayi itu dari gendongan Nenek Imah "Loh Nur mau kamu apakan anak itu, kembalikan ke Ibuk!!! " Nenek Imah terkejut bukan main ketika bayi dalam gendongannya direbut paksa oleh Nur.

"Ini anak pembawa sial! biar aku buang dia ke kali, supaya kita semua nggak apes gara-gara ada dia" jawab Nur masih diliputi emosi. "Jangan gila kamu Nur, dia anak ngga berdosa nggak tau apa-apa, kembalikan Nur!!" teriak Kakek Adi mengejar Nur yang sudah berlari keluar rumah. Salah seorang tetangga yang baru pulang dari sawah yang notabenenya masih saudara Kakek Adi segera berlari merebut bayi itu, dan membawanya lari dari Nur, tak pelak itu kejadian itu membuat ananta kecil menangis sekencanng-kencangnya. "Mak Turah kembalikan bayi itu, biar aku buang!! itu bayi pembawa sial!" tanpa diduga-duga dari arah belakang Kakek Adi menarik marah baju Nur lalu melepaskan pukulan ke arah wajahnya yang membuat Nur terhuyung ke belakang.

"Sudah gila kamu ya!! anak itu bapak yang bawa jauh-jauh dari kota supaya dia bisa hidup dengan aman dan tenang, karena dia satu-satunya cucu perempuan yang bapak punya. Tapi kamu malah mau buang dia!!" Kakek Adi merasa geram dengan anaknya yang satu ini. Nenek Imah yang melihat itu segera berlari menghampiri Nur yang masih terduduk ditanah merasakan sakit akibat pukulan ayahnya "Nur sudah Nur.. biarkan anak itu hidup, ibuk janji nggak akan ngerepotin kamu sama wati. Akan ibuk rawat sendiri, asalkan kamu nggak nyakitin anak itu, ibuk mohon Nur" Nenek Imah berbicara sambil menangis, memohon pengertian dari anak sulungnya.

Dari dalam rumah Mak Turah muncul Riani, anak Nenek Imah yang lain, kakak dari Nur, sambil menggendong ananta yang sudah tenang, ia berjalan kearah Nur. "Kamu kalo nggak mau bapak sama ibuk kerepotan ngerawat anak ini, biar aku yang ngerawat dia sampai dia dewasa! jangan pernah kamu berfikiran untuk melenyapkan nyawa manusia yang nggak berdosa!"kemudian Riani membawa pulang ananta tanpa mempedulikan tatapan orang di sekitarnya

...****************...

Hai readers 👋 Salam kenal ya, ini karya pertama author. Mohon bantuan kritik dan sarannya yaa, semoga kalian semua suka sama karya perdana author, thank u 🤗🤗

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!