Kecewa Lagi

"Ooh oke mbak, nanti ke rumah aja, telpon dirumah" jawab Fita.

"Iya nanti aku kesana" Direspon atau tidak Ananta akan mencobanya, siapa tahu kali ini ibunya akan membantunya.

Tapi lagi-lagi kecewa yang Ia dapat, bahkan jawaban yang ibunya berikan membuat Ananta semakin membenci wanita itu.

"Lagian siapa suruh kamu lanjut sekolah, kakek kamu? Orangnya kan udah nggak ada harusnya kamu ngga usah lanjut, ngapain?

Sekarang kamu malah minta uang ke ibu, kamu pikir disini ibu hidupnya enak. Udahlah kamu nggak usah sekolah aja."

Apalagi yang bisa Ananta harapkan dari wanita yang Ia sebut ibunya itu, dari Ia bayi kehadirannya bahkan tidak pernah dianggap.

Sekarang Ia harus memutar otak mencari cara bagaimana mendapat uang untuk biaya seragam dan membeli sepatu. Ia sempat berfikir untuk bekerja di toko kelontong milik tetangganya, tapi sisa waktu tinggal hari minggu besok, tidak mungkin Ia bisa mendapat uang yang cukup untuk membeli sepatu dan mengambil seragam, hanya dengan bekerja sehari.

Ananta teringat akan Bu Indra, mungkin gurunya itu bisa membantunya. tapi bagaimana cara menghubungi orang itu, HP Ia tidak punya, alamat rumahnyapun Ananta tidak tahu.

___

Hari ini hari senin, hari sibuk nomor satu. Banyak orang lalu lalang dijalanan, ada yang berangkat bekerja, pergi kesekolah dan kesibukan lainnya.

Tapi hari ini, Ananta memilih untuk tidak masuk sekolah. Tadi pagi Fita dan Eva sudah mengajaknya untuk berangkat bersama ke sekolah, tapi Ananta menolak. Ia bilang belum punya seragam dan juga sepatu.

Itu bukan sebuah alasan, memang kenyataan yang ada Ia belum punya uang sama sekali untuk itu. Mungkin benar apa yang diucapkan ibunya, harusnya Ia tidak usah lanjut sekolah. Tidak ada orang yang mau membiayainya.

Sudah Ananta putuskan bahwa Ia akan berhenti sekolah dan mencari kerja saja. Entah lah kerja apa saja, pelan-pelan dia akan terbiasa, yang penting bisa pulang setiap hari, kasian neneknya kalau Ia tinggal sendirian.

Ia mencoba mencari pekerjaan di toko kelontong milik tetangganya, tapi empunya bilang tidak membutuhkan pekerja tambahan.

Teman-teman SMP nya yang tidak melanjutkan sekolah banyak yang sudah bekerja, tapi kebanyakan kerjanya jauh dari rumah. Kalau Ananta ikut mereka bagaimana dengan neneknya.

Ibunya Eva yang mengetahui permasalahan Ananta dari anaknya, memanggil Ananta kerumahnya. Disana ada seorang laki-laki, terbilang masih muda tapi sudah bukan remaja lagi. Ibunya Eva bilang dia tetangga dari kampung asalnya.

"Jadi gini ta, ini tetangga ibu dirumah asal ibu. Dia katanya lagi cari orang buat kerja diapotik punya dia, soalnya saudaranya kerja disana terus kewalahan kalau harus kerja sendiri. Kamu mau nggak kerja disana, tiap hari bisa pulang kok" tutur Bu Asih.

"Tapi aku kan cuma lulusan SMP buk, mana bisa kerja diapotik. Obat-obatan juga aku nggak pernah ngerti, bukannya apotik itu harus lulusan kefarmasian ya buk?" tanya Ananta, karena memang setahunya orang-orang yang kerja diapotik harus lulusan SMK jurusan farmasi.

"Oh nggak masalah nanti kamu bisa diajarin dulu sama saudara saya, Lama-lama kamu juga bisa hafal kok nama dan kegunaan obatnya. Nggak usah takut nggak bisa" jawab laki-laki yang Ananta perkirakan umurnya sekitar 20 an tahun keatas.

"Nama saya Fuad, kamu bisa pikir-pikir dulu. Kalo memang nanti kamu mau kerja bisa bilang sama mbak asih biar mbak asih telpon saya nanti." Laki-laki itu memperkenalkan diri sambil menjabat tangan Ananta.

"Sekarang aku balik ke apotik dulu ya mbak asih, kasihan izza sendirian disana" kemudian laki-laki itu pamit pergi.

Sebenarnya Ananta tergiur dengan tawaran itu, tapi yang dia bingungkan bagaimana dengan transportasi yang akan dia gunakan untuk berangkat bekerja.

"Ambil aja ta, nanti keburu diisi orang lowongannya. Gajinya juga lumayan kok" kata Bu Asih, "Tapi buk, aku ngga punya kendaraan buat kerja, gimana nanti pulang perginya"

"Kalo masalah itu gampang nanti ta, kamu bisa bareng sama Fuad tiap hari, biar dijemput. Gimana?"

"Gini deh buk, aku pikir-pikir dulu sekalian ngomong sama bulek wati boleh nggak" Ananta pikir Ia juga harus ijin dulu ke orang rumah masalah ini.

"Oh ya udah nggak papa, tapi jangan lama-lama ya nanti keburu diambil orang" kata bi asih.

___

Keesokan harinya adalah hari aktif kedua sekolah, Ananta masih tidak masuk. Ia mantap dengan keputusannya untuk berhenti sekolah, Ia juga sudah memutuskan untuk menerima tawaran kerja dari Fuad.

Niatnya pagi ini Ananta mau pergi ke rumah Bu Asih untuk menyampaikan kesanggupannya berkerja, karenanya pagi ini setelah selesai mencuci baju, mandi, serta menjemur cuciannya Ananta bertandang ke rumah Bu Asih.

"Buk aku jadi mau kerja diapotik itu" kata Ananta sembari menghempaskan dirinya disofa milik Bu Asih.

"Jadi kamu udah mantep berhenti sekolahnya ya?" tanya Bu Asih, Ananta menghembuskan nafas panjang "Ya iya buk mau gimana lagi".

Setelah urusannya selesai dan Bu Asih sudah menghubungi Fuad untuk itu, ananta memutuskan untuk pulang. Rasanya malas untuk berasa diluar rumah berlama-lama, semua impiannya tentang pendidikan sudah pupus.

Dikamar Ananta merebahkan dirinya, menatap langit-langit kamar sambil mengingat kembali kenangan-kenangan bersama kakeknya dirumah itu, perlahan mata yang tadinya berkaca-kaca itu sekarang telah basah oleh airnya.

"Kek, kenapa makin berat setelah kakek nggak ada, hikss" suaranya Ia redam dengan bantal. "Maafin aku yang masih belum rela kakek pergi, aku nggak sekuat yang kakek bilang, aku nggak bisa ngga ada kakek, Pulang kek"

Setelah puas menangis lantaran rindu dan lelah dengan masalahnya, Ananta tertidur, hingga tanpa Ia sadari hari sudah menjelang sore, "Dibangunin dari tadi kok nggak mau bangun nggak laper kamu?" suara neneknya terdengar ketika Ia keluar dari kamarnya.

"Iya ini mau makan" jawab ananta dengan suara yang jelas dan agak sedikit kencang supaya neneknya bisa dengar. Selesai makan Ananta memutuskan untuk menyapu rumah dan halaman.

Setelah selesai dengan pekerjaannya Ananta istirahat sebentar sebelum nanti Ia pergi mandi. Tapi dari luar rumah terdengar suara sepeda motor yang berhenti.

Rasa ingin tahu mendorongnya untuk melihat siapa yang datang disore hari seperti ini, apakah Fuad pemilik apotik itu? ternyata bukan. Itu adalah Bu Indra yang dibonceng oleh seorang lelaki.

Ananta pikir itu suami Bu Indra, tapi dia salah "Assalamu'alaikum ta" sapa Bu Indra setelah turun dari sepeda motor. "Waalaikumsalam bu" ananta sedikit terkejut untuk apa Bu Indra bertamu kerumahnya sore hari.

"Boleh masuk nggak nih?" "Oh boleh kok bu silahkan" jawab Ananta. Laki-laki yang Ananta perkirakan juga seorang guru itu ikut masuk.

"Nenek kamu mana ta?" tanya Bu Indra "Ada tadi bu, mungkin lagi di rumah mas bagus saudara saya mau saya panggilkan?"

"Oh enggak, nggak usah. Saya kesini mau mastiin sesuatu ke kamu" dahi Ananta berkerut mendengar perkataan gurunya "Tentang apa bu?"

"Apa benar kamu berhenti sekolah?" Ananta tertegun sejenak, bagaimana gurunya tahu perihal ini, apa selama ini Bu Indra mengawasinya? kepala Ananta tertunduk, Ia bingung harus bicara apa.

"Jawab saya Ananta" raut wajah Bu Indra menunjukkan keseriusan, hal itu menjadikan Ananta gugup dan semakin bingung. "ii..iya buk maaf" kepalanya Ia tundukkan karena takut kalau gurunya marah mendengar pengakuannya, karena selama ini gurunya sudah banyak membantunya perihal sekolah.

"Tt tapi dari mana ibu bisa tahu saya berhenti sekolah?" tanya Ananta ragu-ragu

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!