Awal tahun pelajaran baru bagi Ananta, kini Ia sudah memasuki jenjang pendidikan SMP, seperti keputusannya sebelumnya, Ia melanjutkan bersekolah di sekolah swasta dikampungnya.
Beruntung Ia punya teman-teman yang selalu mengerti kondisinya, fita dan eva selalu berangkat bersama-sama dengan Ananta, mereka sengaja jalan kaki dan tidak mau diantar orang tuanya naik motor, agar bisa menemani Ananta jalan kaki ke sekolah.
Alasan yang mereka berikan cukup masuk akal, sekalian olahraga katanya supaya tidak mengantuk sewaktu pelajaran.
Padahal mereka bertiga seringkali bolos jam pelajaran, hanya untuk tidur dimushola sekolah yang dekat dengan kantin.
Tapi bukan Ananta namanya jika tidak bisa mengukir prestasi, dia selalu bisa mendapat juara umum setiap tahunnya sampai ia lulus kelas 3 dengan nilai ujian sekolah dan ujian nasional paling tinggi di semua kelas.
Hari wisuda sudah ditentukan, dan para murid diwajibkan untuk membawa orang tua masing-masing, diutamakan ibu mereka untuk bisa turut serta hadir di acara wisuda.
Karena nantinya akan diadakan acara sungkem dan pemberian bunga ke orang tua, sebagai tanda terimakasih karena telah mendidik dan merawat serta membesarkan mereka sampai hari ini.
Para murid sangat antusias menanti hari itu datang, para siswi bahkan ada yang merencakan untuk menggunakan warna baju senada dengan ibu mereka.
Namun euforia menyambut hari wisuda itu justru menjadi masalah yang saat ini dibingungkan oleh Ananta, Wisuda kurang lebih tinggal 12 hari lagi, dan Kakek Adi dalam keadaan sakit, bahkan untuk bangun saja susah.
Beberapa hari lalu Kakek Adi sempat tidak sadarkan diri dan dilarikan ke rumah sakit terdekat, beliau harus menjalani perawatan selama 6 hari lamanya lantaran pembuluh darahnya mengalami kerusakan. Hal itu yang menyebabkan Kakek Adi sampai stroke dan hanya bisa berbaring dikasur.
Setiap harinya Ananta lah yang akan merawat Kakek Adi, mulai dari membersihkan tubuhnya, menyuapi makanan dan memberikan obat, semua Ia lakukan sendirian sebelum berangkat sekolah.
Tak jarang Ananta menangis ketika membersihkan tubuh kakeknya, karena terlalu lama berbaring punggung Kakek Adi sampai lecet, ada juga yang lukanya lebih parah.
Ananta menangis, Ia takut kehilangan laki-laki tua pelindungnya itu, tidak bisa dia bayangkan akan seperti apa hidupnya nanti jika kakeknya dipanggil oleh yang maha kuasa.
Disaat keadaan kakeknya yang seperti itu, Ananta bingung harus membawa siapa keacara wisudanya nanti. Membawa Nenek Imah tentu tidak bisa, neneknya tidak mengerti baca tulis.
Yang ditakutkan nanti kalau wali murid diminta untuk menuliskan apa-apa sebelum proses wisuda, selain itu juga wanita itu selalu menolak jika harus menggantikan suaminya menghadiri acara wali murid disekolah cucunya.
Sepulang sekolah, dengan memberanikan diri Ananta mencoba untuk menemui bulek wati, istri paklek Nur yang sangat membencinya.
Ananta sudah tau pasti apa nanti jawaban pasutri itu ketika dimintai tolong olehnya, namun dia tidak mau mendahului takdir Tuhan, siapa tau ada malaikat yang meniupkan hawa dingin kehati paman dan bibinya sehingga mereka mau membantu Ananta.
"Bulek, permisi, bulek" seru Ananta memanggil wati dari pintu dapur rumah wati.
"Ada apa, mau nyusahin apalagi kamu ha?" belum apa-apa jawaban wati sudah menusuk telinga Ananta.
"Anu bulek, emm..nanti mau minta tolong buat gantiin mbah wali murid pas wisuda bisa nggak bulek" ujar Ananta sembari menunduk takut untuk mengangkat wajahnya.
"Kan udah dibilangin ngga usah sekolah, nyusahin aja kan sekarang bisanya" Ardi yang kebetulan sedang makan di dapur menjawab perkataan Ananta dengan kalimat pedasnya.
"Hus!! udah makan aja kamu, jangan ikut-ikut" sanggah bulek wati.
"Sekarang gini deh kamu telpon aja ibu kamu suruh pulang bisa nggak? sekalian suruh rawat itu bapaknya yang udah sakit-sakitan. dari kecil digedein udah gede ngga tau diri, ya ibu kamu itu. tunggu disini kamu!" sejurus kemudian wati berlalu kedalam rumahnya mengambil sesuatu.
"Nih nomor telpon ibu kamu, kamu telpon sendiri terserah mau pake HP siapa, yang jelas kamu suruh dia pulang. Nanti kalo H-1 ibu kamu ngga juga pulang, saya gantiin wali muridnya", setelah mengatakan itu, wati menutup pintu dapurnya cukup keras sampai Ananta terhenyak.
Dilihatnya sobekan kertas bertuliskan nomor telpon yang katanya milik ibunya itu. Tiba-tiba hatinya bergemuruh senang bercampur ingin marah.
Ia senang karena akhirnya punya nomor telpon ibunya dan sebentar lagi bisa mendengar suara wanita yang selama ini dirindukannya, namun Ia juga marah jika teringat ibunya yang tidak pernah pulang, seolah-olah tidak pernah ada dirinya dihidup wanita itu.
Gegas Ananta pergi kerumah fita, sahabatnya, karena hanya dia yang punya HP pribadi, diantara dia fita dan eva memang fita lah yang paling berada, tak heran jika fita punya ponsel pribadi sedangkan teman-teman yang lain belum ada yang punya.
Ananta bersyukur fita adalah teman yang baik, Ia mau meminjamkan HP nya kepada Ananta untuk telfon.
Percobaan pertama tidak ada tanda-tanda panggilannya diterima oleh ibunya, Ananta mencoba lagi, berharap ibunya akan mengangkat telfonnya kali ini.
"Ya halo siapa ini? " Dan benar saja, suara seorang wanita terdengar dari seberang sana.
"Halo buk, ibuk ini aku ananta buk. Ini ber ibuk Suli kan, ibuk aku?" dengan senyum terkembang ananta menjawab pertanyaan ibunya.
"Ooh.. iya iya ini Ananta ya? Kamu kok bisa tau nomor ibuk dari siapa? terus pakek HP siapa kamu?" Jawaban Suli diseberang sana terdengar tidak seantusias Ananta.
Padahal sudah belasan tahun Ia tidak pulang dan tidak mendengar kabar anaknya, tapi kali ini dia terdengar biasa saja.
"Tadi aku dikasih bulek wati buk, aku pinjem HP tetangga. Buk ibuk pulang ya, kakek sakit keras nggak bisa ngapa-ngapain. Sebentar lagi aku juga mau wisuda sekolah, aku pingin banget ibu bisa ada dihari wisuda aku"
Suara Ananta terdengar gemetar namun bercampur bahagia, matanya bahkan sampai berkaca-kaca, baru kali ini Ia mendengar suara ibunya. Dan bisa bercengkrama untuk pertama kalinya sepanjang ini.
"Mbahmu sakit? sakit apa, kok baru ngabarin ibuk sekarang?" ada rasa khawatir yang mendera dihati Suli ketika mendengar kabar bahwa ayahnya sakit.
"Mbah sakit stroke buk, kemarin dirawat dirumah sakit. sekarang dirawat dirumah. Ibuk pulang ya buk"
"Ya nanti ibuk pulang. Kapan emangnya hari wisuda kamu?"
"Sebentar lagi buk, 12 hari lagi. Ibuk beneran pulang kan? aku kangen banget sama ibuk" sambil tersenyum senang Ananta memberitahukan kapan tanggal wisudanya akan dilaksanakan.
"Iya, iya nanti ibuk pulang. Udah ya kapan-kapan telpon lagi. Ibuk udah harus kerja lagi"
Tuuutt.. tuuutt...
Panggilan diputuskan sepihak oleh Suli, bahkan sebelum Ananta mengucapkan salam dan mendoakan keselamatannya. Namun bagi Ananta mendengar kabar bahwa ibunya akan pulang dihari wisudanya itu sudah sangat membuat hatinya bahagia.
"Fit, terimakasih ya. Akhirnya ibu aku bisa pulang fit, aku seneng bangettt" sembari mengusap air matanya Ananta bercerita kepada fita tentang kabar gembiranya.
"Waah mbak aku ikut seneng dengernya, nanti aku juga pingin tau ah ibunya mbak Ananta kayak apa, kita kan belum pernah tau".
"Iya, kalo gitu aku pulang dulu ya, mau makan laper."
"Oke mbak".
___
Hari ini adalah H-1 pelaksanaan wisuda, disekolah Ananta sudah disiapkan panggung dan juga pernak-pernik lainya yang akan digunakan untuk pelaksanaan wisuda besok.
Para siswa-siswi adik kelas tingkat yang ikut menyumbang penampilan dihari wisuda, hari ini juga berlatih untuk yang terakhir kalinya sebelum besok mereka tampil secara langsung didepan banyak wali murid.
Ngomong-ngomong soal wali murid, sampai hari ini Ananta tidak menerima kabar lagi tentang kepulangan ibunya.
Bahkan ketika Ananta mencoba menghubungi nomor wanita itu, nomornya sudah tidak aktif. Ananta merasa dibohongi, dia kembali bingung harus membawa siapa nanti ke acara wisuda.
Dan lagi, dia tidak punya uang untuk menyewa baju kebaya dan berdandan di salon seperti teman-temannya yang lain.
Disaat teman-temannya sedang sibuk gladiresik untuk wisuda besok, Ananta merenungi nasibnya dibelakang gedung sekolah.
Sambil menangis Ia menyalahkan takdir.
"Kenapa Gusti Allah, kenapa harus aku? Kenapa harus ibuku yang jadi sumber luka utama dihidupku ?Apa nggak bisa aku minta dilahikan kembali tapi dari seorang ibu yang baik hati!"
Putus asa rasanya, seolah dari dulu dunia tak pernah berpihak kepadanya..
"Hei.. ngapain kamu disini, ngga ikut latihan sama teman-teman kamu yang lain?"
Sebuah tepukan dipundak dan suara lembut seorang wanita, membuat Ananta melongokkan kepalanya untuk melihat siapa orang itu.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments