Oma Tahu

"Kamu sabar dulu wid, nanti biar ibu yang ngomong. Kalo kamu yang ngomong malah jadi panjang lebar nggak nemu keputusan" Ucap Oma Titik.

___

Esok hari Pram kembali menjemput Ananta untuk berangkat sekolah, hari ini Pram berniat untuk meminta nomor ponsel Ananta.

"Eh iya, ini saya minta nomor HP kamu ya, biar kalo ada keperluan mendadak bisa saling berkabar" kata Pram sesaat sebelum motornya Ia jalankan.

"Keperluan mendadak apa mas emangnya?" tanya Ananta, Ia pikir selama ini interaksi antara dia dan Pram yang paling sering hanya menjemput dan mengantar pulang saat sekolah.

Itupun atas perintah Bu Indra, lalu keperluan mendadak apa yang Pram bicarakan. "Ya takutnya kalo saya pas ke kampus lagi kaya kemarin atau pas saya kemana, dan kamu belum pulang kan kamu bisa hubungi saya buat jemput" jawab Pram.

"Ooh, tapi saya nggak ada HP mas" kata Ananta jujur.

"Hah? jangan bohong lah, jaman sekarang anak sekolah masih SD aja udah pada punya HP semua, ya masa iya kamu ngga ada HP" kata Pram tidak percaya, mana mungkin kan Ananta tidak punya HP.

Apalagi gadis itu mengambil jurusan teknik komputer disekolah, jika dia benar tidak punya HP, tentunya akan mempersulit dia dalam belajar.

"Beneran mas, emang mas pernah liat saya pegang HP selama ini?" Ananta balik bertanya. "Ya mungkin aja kamu ngga pernah bawa HP kamu ke sekolah" kata Pram menyimpulkan.

"Yaudah kalo mas nggak percaya nggak papa" kata Ananta sambil tersenyum tenang, menurutnya Pram mau percaya atau tidak itu bukan masalah besar.

Meskipun selama ini perihal HP, masih menjadi impiannya yang belum terwujud sampai sekarang. Setelah percakapan itu, tidak terdengar lagi suara dari dua orang itu hingga tiba di sekolah.

Saat Pram memarkirkan motor, dan Ananta hendak masuk gedung sekolah. Pram kembali memanggilnya untuk mendekat, "Ta, sini dulu coba" kata Pram.

"Iya Pak ada apa?" tanya Ananta sopan.

"Saya dirumah ada HP yang jarang saya pake, kamu bisa pake kalo kamu mau. Besok bisa saya bawain buat kamu, biar bisa buat belajar juga nantinya" Kata Pram menawarkan. Tapi tawaran itu malah ditolak oleh Ananta.

"Enggak usah pak, terimakasih. Nanti biar saya usaha beli sendiri aja nggak papa"

"Kalo kamu nggak bisa terima pemberian saya, anggep aja kamu pinjam. Dan nanti kalo kamu udah bisa beli HP sendiri, bisa kamu kembalikan ke saya lagi" Pram mencoba meyakinkan Ananta, agar mau menerima tawarannya.

Ia yakin, pasti Ananta merasa sedih jika melihat teman-temannya yang lain semua punya HP, sedangkan Ananta sendiri tidak.

"Jangan pak nggak usah, beneran. Saya nggak papa kok. Selama ini pelajaran juga aman-aman aja, nggak ada yang begitu bergantung ke HP. Jadi saya rasa saya masih bisa untuk nabung sementara waktu buat nanti saya beli HP sendiri" Ananta tetap pada pendiriannya untuk tidak menerima tawaran itu.

Ia merasa, sudah banyak bantuan yang Pram berikan. Padahal Ananta bukan muridnya, dan bahkan tidak pernah kenal sebelumnya. Tapi laki-laki ini begitu baik padanya.

Interaksi antara Pram dan Ananta tertangkap oleh penglihatan Bu Yunissa yang sedang akan membuang sampah. Melihat itu Ia kembali merasakan cemburu.

Buru-buru dia mengeluarkan HP dari saku seragamnya, memotret mereka berdua dan mengirimkannya kepada Widiawati, ibunya Pram.

"Kenapa kamu nggak bisa bersikap sehangat itu ke aku mas?" tanya Yunissa dalam hati, padahal selama ini dia sudah begitu gencar menunjukkan perasaan sukanya pada Pram. Tapi laki-laki itu tidak menyadari dan malah bersikap cuek padanya.

Saat jam istirahat selesai, seperti biasa Ananta akan memanfaatkan waktu 15 menit untuk mengisi perut. "Hai ta" seseorang menyapanya lalu duduk di hadapannya.

"Oh hai" jawab Ananta, Ia sedikit terkejut dengan kehadiran Arya. "Gimana masih sakit?" tanya Arya kemudian. Ananta buru-buru menelan makanan yang ada dimulutnya sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Arya.

"Engga, oh iya soal kemarin aku minta maaf ya Arya, udah muntah diseragam kamu. Tapi beneran aku nggak sengaja, maaf ya" Kata Ananta menelangkupkan kedua tangannya di dada.

"Lebay banget" jawab Arya "Lagian lo kenapa bisa sampe kaya gitu sih, kaya orang hamil" imbuhnya lagi.

"Enak aja, aku nggak hamil jangan sembarangan ngomong. Kemarin itu karena aku sarapan jadinya perut aku sakit, sama pusing" Ananta tidak terima dirinya di bilang hamil.

"Orang sarapan malah sakit, kocak lo" kata Arya sambil menggelengkan kepala merasa heran.

"Kan aku dari dulu nggak pernah sarapan. Kalo sarapan perut aku sakit" terang Ananta. "Terus yang kemarin karena lo sarapan?" tanya Arya, Ananta hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Bego, yang tau kondisi tubuh lo itu diri lo sendiri, kenapa malah lo ceroboh banget"

"Iya udahlah nggak usah ngatain bego juga, eh padahal kemarin niatnya aku mau cari kamu. Seragamnya biar aku cuciin, tapi kamu aku cari udah nggak ada" kata Ananta mengalihkan pembicaraan.

"Baju gue keburu bau kalo nungguin lo" kata Arya sewot, "Terus kemarin kamu dimarahin ibu kamu nggak?" tanya Ananta.

"Ya menurut lo kalo ibu gue tahu apa dia bakal bahagia baju anaknya dimuntahin orang?"

"Berarti kemarin kamu dimarahin?" "Enggak" jawab Arya singkat.

"Gimana sih ya, ngomong yang jelas muter-muter terus kaya kipas angin" kesal Ananta, karena Arya tidak langsung to the point menjawab pertanyaannya.

"Kemarin baju gue, gue cuci sendiri. That's why emak gue nggak marah-marah" jawab Arya sambil menyentil jidat Ananta.

"Sakit aryoo!!" kata Ananta sambil memeganggi jidatnya.

Lagi-lagi ada orang yang mengambil kesempatan untuk menjatuhkan Ananta, orang itu adalah Bu Yunissa. Dia memotret kebersamaan antara Arya dan Ananta dikantin, lalu Ia kirimkan ke nomor Pram.

Ia tambahkan tulisan pada foto itu 'Murid kesayangan kamu, udah waktunya masuk bukannya cepet-cepet dihabisin makanannya, malah pacaran' setelah itu Ia tekan tombol send.

___

Ditempat lain, Widiawati yang sudah melihat pesan yang dikirimkan Yunissa menjadi geram. Yunissa mengirikan foto dimana Pram sedang berdua dengan gadis yang belakangan ini Ia awasi.

Widia kemudian meneruskan foto itu ke nomor ibunya, agar nanti bisa sekalian ditanyakan pada Pram.

Saat jam istirahat Pram pergi kerumah bundanya memenuhi keinginan mbah utinya untuk bertemu. Pesan yang dikirim Yunissa kepadanya belum Ia lihat, karena tadi dia sengaja meninggalkan HP nya di ruang kerjanya.

"Assalamu'alaikum, bundaaaa" Ia berteriak memanggil bundanya, sudah hampir dua minggu Pram tidak pulang menyambangi wanita yang telah melahirkannya itu.

"Waalaikumsalam, bundamu lagi dirumah sakit" Oma Titik keluar dari kamarnya, berjalan menemui Pram.

"Eh mbah uti, mbah uti nginap disini ya?" tanya Pram sambil mencium tangan neneknya.

"Iya, niatnya nginep disini biar deket sama cucu. Malah cucunya kelayapan nggak pernah pulang" Sindir Oma Titik pada Pram.

"Ya kan aku pingin mandiri mbah uti, biar nanti kalo udah nikah ngga kaget sama kehidupan rumah tangga" kata Pram sambil tersenyum lebar.

"Duduk kamu, mbah uti mau bicara" neneknya menyuruh Pram untuk duduk, perasaan Pram menjadi was-was, Ia yang tadinya yakin tidak melakukan kesalahan apapun, sekarang jadi ragu.

Oma Titik adalah orang yang tegas, dia tidak suka jika perintah atau larangannya dilanggar. Ia juga tidak suka dengan orang yang susah diatur.

Oma Titik kemudian ikut duduk di kursi yang berseberangan dengan Pram, kemudian beliau meletakkan beberapa lembar foto di atas meja.

"Siapa gadis itu? bisa jelasin kamu?" Pram mengerutkan dahi bingung, Ia mengambil lembaran foto itu dan melihatnya. Ia terkejut, tapi mencoba menetralkan rasa terkejutnya.

Apa ini? foto-foto dirinya yang sedang bersama Ananta? apa selama ini mbah uti mengawasinya?

"Siapa dia?" tanya Oma Titik lagi.

"Dia murid aku disekolah, Dulunya dia murid Mbak Indra. Kebetulan jalanan yang aku lewati sewaktu berangkat sekolah itu searah sama dia, jadi sekalian bareng mbah uti" kata Pram menjelaskan.

"Terus?" tanya Oma Titik dengan nada bicara yang mengintimidasi.

"Ya, dia anak yang kurang beruntung, dia sekarang tinggal sama neneknya. Kakeknya belum lama ini meninggal, ibunya kerja diluar kota, dan ayahnya... aku nggak tahu mbah uti. Tapi dia gadis baik, dia juga cerdas dan pekerja keras" jawab Pram sambil menunduk.

"Kamu bisa ngga usah bantuin anak ini lagi? berhenti untuk berangkat dan pulang bareng dia? berhenti untuk peduli sama anak ini!" tegas Oma Titik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!