Dihapusnya airmata yang sedari tadi menganak sungai dipipinya,
"Bu.. Bu Indra, ii.. ini bu saya lagi pusing perut saya juga sakit, jadi saya disini dulu nggak ikut latihan."
Ternyata itu adalah Ibu Indra, guru mata pelajaran IPA. Guru itu terbilang guru baru, sebab baru dua tahun mengajar disekolah itu, tapi beliau guru yang baik.
Tak jarang Bu Indra memberi tugas untuk Ananta mengoreksi jawaban ulangan dari kelas lain, setelahnya beliau akan memberi upah pada anak itu.
Bu Indra tahu jika Ananta anak yang sangat cerdas, sedikit banyak beliau juga tahu keadaan ekonomi keluarga Ananta.
"Kalo sakit kenapa nggak ke UKS aja, disini panas nggak bisa istirahat, mending ke UKS. Ayo sama ibuk sini." Tutur Bu Indra mengajak Ananta untuk pindah ke UKS.
"Enggak usah bu, saya baik-baik aja kok disini" Tolak Ananta sehalus mungkin.
"Kamu kenapa hmmm... nggak mungkin kamu sakit, cerita aja sama saya. siapa tahu saya bisa bantuin kamu" guru itu tahu ada hal yang disembunyikan oleh Ananta.
Namun Ananta ragu untuk bercerita, sudah sering ia mendapat uang dari Bu Indra untuk tambahan uang saku. Untuk urusan serumit ini ia ragu untuk meminta bantuan pula.
Tapi dipikir-pikir lagi, kemana lagi ia harus mencari bantuan. Ibunya tidak bisa dihubungi sampai sekarang, meminta uang ke kakek dan neneknya juga tidak mungkin. Meminta bantuan ke saudara-saudaranya yang lain, pasti nanti dia akan di cap menyusahkan.
Ragu-ragu namun Ananta dengan berat hati akhirnya menceritakan masalahnya, karena sudah tidak ada lagi jalan keluar.
"Saya nggak punya uang untuk sewa kebaya sama make up wisuda bu.. Ibu saya janjinya mau pulang, tapi sampai hari ini dia belum pulang juga, saya nggak tahu harus gimana lagi bu." Air matanya luruh seketika ketika ia menceritakan masalahnya.
"Emm.. kamu tenang dulu, kita cari solusinya sama-sama. Jadi saya kan mau buka usaha rias pengantin dirumah, tapi saya harus coba dulu ke orang lain make up saya bagus apa engga. Kamu mau nggak ta kalo jadi model pertama saya." Tawar bu indra.
"Maksudnya gimana ya bu. " Ananta belum bisa menangkap maksud dari perkataan gurunya.
"Singkatnya gini, besok wisuda kamu saya make up in sekalian sama kebayanya saya pinjemin, nggak usah bayar. Itung-itung kamu jadi model geratis buat usaha rias saya, jadi kita sama-sama untung. Kamu mau nggak"
Mendengar itu rasanya Ananta seperti mendapat guyuran air di tengah padang pasir.
"Mau buk mau.. saya mau." ada binar bahagia dan senyum yang terkembang diwajah Ananta.
"Kalo kamu mau besok kamu dateng pagi-pagi banget kesekolah, jam setengah lima deh. Biar nanti kita keburu make up nya. Kamu juga nggak usah bawa apa-apa, biar semua saya yang siapin"
"Iya buk, baik. Besok saya datang pagi-pagi banget ke sekolahnya. Terimakasih ya buk atas bantuanya, terimakasih banget"
"Iya sama-sama, udah sana kamu ikut gladiresik sama temen-temen kamu, keburu selesai nanti."
"Iya buk, terimakasih" Gegas Ananta pergi ke panggung yang masih ramai dengan siswa-siswi yang sedang gladi resik.
Kali ini ia lebih bersemangat dari sebelumnya, karena masalah wisudanya terselesaikan. Tinggal bagaimana membujuk Bulek Wati untuk mau menjadi wali muridnya besok.
___
Setelah sampai dirumah, Ananta lebih dulu menyambangi kakeknya yang masih terbaring tidur di tempat tidur.
Dipegangnya tangan keriput laki-laki itu.
"Kek, Besok aku wisuda, do'ain semuanya lancar ya kek. Do'ain aku dapet juara lagi. Sampai hari ini ibuk belum pulang kek, Ibuk bohong kek"
Kata-kata itu hanya mampu ia ucapkan didalam hati sambil menangis. Kepalanya ia tundukkan dipinggir ranjang kakeknya, ia tidak mau kakeknya tau kalau ia sedang menangis.
Ingin rasanya Ananta menceritakan apa saja yang terjadi dan apa saja yang ia rasakan saat ini secara langsung, tapi ia takut nanti kakeknya malah semakin drop memikirkan permasalahannya.
Biarlah ia pendam sendiri semua masalahnya. Bukan tidak ingin bercerita kepada neneknya. Tapi, kondisi fisik nenek imah juga sudah tidak seprima dulu, sekarang pendengaran perempuan tua itu sudah sangat berkurang. Raganya juga sudah tidak kuat lagi untuk buruh diladang orang.
Jadi Ananta pikir akan sia-sia saja membagi masalahnya dengan neneknya, yang ada hanya akan menambah beban pikiran neneknya. Ia tidak mau nanti kesehatan neneknya juga terganggu.
Puas menangis di pinggir ranjang kakeknya, Ananta pergi ke kamarnya untuk menetralkan emosinya. Setelah cukup tenang, ia pergi ke rumah Bulek Wati untuk menanyakan kesanggupan wanita itu menjadi wali murid untuknya besok.
"Bulek, bulek." Seru Ananta memanggil-manggil Bulek Wati, namun tidak ada sahutan. Pintu-pintu dirumah itu juga nampak tertutup rapat.
"Bulek, Bulek!" Ia mencoba memanggil dengan suara yang lebih keras lagi.
"Haduh nggak ada orang, berisik banget si. Pergi sana kamu, panas-panas gini berisik dirumah orang!" Sentak Nur, Ananta tidak mengira jika pakleknya ada dirumah sedang beristiraha dibangku panjang samping teras. Ia pikir tidak ada orang.
"Maaf paklek, nanti aja kalo gitu" Sedari dulu selalu seperti itu, semenjak Ananta menyadari kebencian Nur begitu besar kepadanya, ia tidak pernah berani berhadapan dengan laki-laki itu.
Padahal dari garis keturuan, Nur adalah paman kandung Ananta. Tapi karena setiap kali bertemu Ananta, Nur selalu ingin mencelakainya, jadilah Ananta tidak pernah berani berhadapan dengan laki-laki itu. Bahkan hanya sekedar berbicara berdua.
Sore hari setelah selesai dengan rutinitasnya membantu neneknya bersih-bersih rumah dan merawat kakeknya, Ananta kembali lagi kerumah Bulek Wati, mencoba peruntungan siapa tahu wanita itu mau dimintai bantuan.
Kebetulan dirumah itu nampaknya banyak tetangga-tetangga yang sedang berkumpul sekedar untuk ngobrol.
"Bulek, aku mau ngomong" Ananta mendekati Wati dan mencoba mengutarakan maksudnya.
"Sini didapur" jawab wanita itu dengan suara tertekan namun terdengar ketus.
"Mau ngomong apa kamu?" tanpa basa-basi Wati bertanya.
"Emm.. Besok bulek bisa nggak jadi wali muridku ke sekolah pas wisuda, Ibukku ngga pulang bulek" Ananta menundukkan kepalanya, tidak berani menatap buleknya saat bicara.
"Sudah saya prediksi pasti ibuk kamu yang nggak tahu diri itu nggak akan pulang, selama ini cuma omongannya aja yang gede tapi nggak ada apa-apanya. Atau mungkin disana dia udah melarat hidupnya luntang-lantung dijalanan, jadi nggak punya muka buat pulang" Pedas sekali kata-kata yang diberikan buleknya kepada ibunya.
Meskipun kenyataan memang semua yang diucapkan wanita itu tentang ibunya adalah benar, tapi rasanya mendengar langsung orang lain mencaci maki ibunya membuat sakit hati Ananta.
"Kamu saya kasih tau ya, orang tua kaya gitu nggak usah kamu urusin juga kamu nggak dosa. Wong dari kecila kamu nggak pernah diurus sama dia" Bukan hanya kali ini Ananta didoktrin perkataan-perkataan seperti ini, sudah berkali-kali.
Tapi Ananta hanya diam, dalam hati dia selalu meyakinkan dirinya bahwa suatu hari ibunya pasti akan pulang dan akan berubah menyayangi dirinya.
"Besok jam berapa emangnya acaranya?" Terdengar ketus memang, tapi pertanyaan itu membuat Ananta merasa lega, karena itu artinya buleknya bersedia datang besok.
"Besok bulek dateng jam tujuh kesekolah karena acaranya pagi, tapi aku nggak bisa bareng sama bulek. Aku berangkat duluan, soalnya mau di make up dulu buat wisuda" Ananta memberi penjelasan kepada Wati kapan wanita itu harus datang.
"Ngapain kamu make up segala, punya duit emang? Di make up juga ngga ada bedanya. Eh tapi terserah kamu sih, bukan urusan saya." Wati selalu bisa menjatuhkan mental Ananta.
___
Esok hari, di hari wisudanya. Ananta tampil cantik dengan balutan kebaya semi modern dan riasan make up hasil karya bu indra.
Ananta telah tumbuh menjadi remaja, dan baru kali ini ia melihat dirinya secantik ini didepan cermin.
Singkat cerita, acara demi acara telah dilewati tiba saatnya prosesi wisuda dan pengumuman juara umum tahunan sekolah.
Kepala sekolah naik ke podium untuk membacakan nama-nama siswa-siswi berprestasi peraih nilai tertinggi sekolah.
Dua nama telah disebutkan sebagai peraih juara dua dan tiga umum, salah satunya adalah fita. Sahabat Ananta, ia ikut senang dengan pencapaian sahabatnya.
Tinggal pengumuman juara pertamanya saja, perasaan Ananta campur aduk, ia deg-deg an menunggu nama yang akan disebutkan kepala sekolah.
"Peraih juara umum satu SMP xxxx Tahun ajaran 2016/2017 Dengan nilai tertinggi adalah... "
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
kappa-UwU
Author, kapan nih next chapter?
2024-01-12
1