Perasaan Tidak Suka

"Hayooo belum pada masuk, kamu juga mas belum masuk" mereka berdua kompak menolehkan kepala, suara seorang guru perempuan menarik atensi mereka.

Ternyata itu Bu yunissa guru mapel bahasa Indonesia, dan apa tadi, dia memanggil Pak Pram dengan sebutan mas? bukankah ini area sekolah kenapa memakai panggilan yang tidak formal pikir Ananta.

"Eh bu, iya ini masih minum es mumpung ada yang traktir" jawab Pak Pram sambil tersenyum, "Kok yang ditraktir cuma Pak Pram, saya juga mau lo" seru Bu yunissa kepada Ananta.

"Boleh bu, silahkan.. " jawab Ananta

"Enggak saya bercanda kok, ini saya mau ngajar kalo saya ikut minum es nanti saya telat. Ya udah mas aku duluan ya" guru itu berlalu setelah pamit pada Pak Pram, hanya pada Pak Pram, Ananta tidak.

"Iya, semangat ngajarnya" kata Pram sambil mengepalkan tangan didepan dada memberi semangat. Dalam hati Ananta menggerutu "Wong cuma ngajar bukan berangkat perang".

Ananta tidak tahu, apa mungkin disekolah ini kedekatan antara guru dan staff memang seperti itu. Tapi Ananta merasa ada yang lain dari cara Bu yunissa menatap Pak Pram, dan Ia tidak suka itu.

"Yaudah saya balik lagi, makasih es nya, dan selamat untuk kerjaan barunya, daaa" laki-laki itu melambaikan tangan sambil berjalan mundur, tak lupa senyum manis Ia berikan kepada orang yang Ia ajak bicara.

Ananta tadi yang setengah kesal dengan kehadiran Bu yunissa hanya menganggukan kepalanya dengan senyum yang dipaksakan.

Setelahnya Ia membereskan bekas makanan dan minuman, Ia membayar makanannya dan berlalu masuk kelas.

Baru akan sampai didepan kelas, Arya keluar dari kelas dan hampir menabrak Ananta. Arya tiba-tiba menarik lengan Ananta "Buk saya sama dia aja buk ambil bukunya" teriak Arya meminta persetujuan guru didalam kelas.

Rupanya guru itu menyetujui, Dengan langkah lebar, Arya menarik lengan Ananta menuju perpustakaan. Ananta yang tubuhnya lebih kecil tentunya kewalahan mengikuti langkah kaki Arya.

Sampai didepan petugas perpus, Arya masih belum melepaskan cengkramannya dilengan Ananta "Lepasin, sakit tau" kata Ananta sewot, karena memang benar sakit

"Biasa aja kali, Buk buku paket Kewirausahaan untuk 32 murid, eh 33 deh sekalian gurunya"

Arya menyebutkan buku yang ingin Ia pinjam, ditelinga Ananta cara bicara Arya terdengar sangat tidak sopan. Tapi Ia malas menginterupsi nanti malah jadi berdebat.

Saat Ananta hendak melihat-lihat koleksi buku yang tertata rapi di rak, Arya menarik tangan Ananta hingga tubuhnya limbung kebelakang menabrak tubuh Arya.

"Mau kemana, disini aja nanti lo nyasar" kata Arya

"Apasih, ini diperpus mana ada orang nyasar di perpustakaan. Lagian orang cuma mau liat buku bukan mau nyuri" kesal sekali Ananta dengan perlakuan Arya.

"Dan lagi, ini tangan bukan tali tambang jangan main tarik, kamu pikir nggak sakit apa" Ananta menunjukkan raut wajah tidak sukanya pada Arya, yang diajak bicara hanya menanggapi dengan senyum remeh.

"Nih bukunya, 33 buku paket Kewirausahaan, ini yang bertanggung jawab atas nama siapa?" tanya petugas perpustakaan "Dia buk, namanya Ananta" tanpa meminta persetujuannya Arya mencatatkan namanya sebagai yang bertanggung jawab untuk meminjam buku.

"Lho kok aku, kan tadi kamu yang disuruh" protes Ananta, kenapa Arya selalu berbuat seenaknya "Udah sama aja orang sekelas".

"Ini selebarannya nanti diisi nama pemegang masing-masing buku ya, kalo nggak ngerti bisa tanya guru mapelnya. Boleh dibawa"

Arya membagi tumpukan buku itu menjadi dua, tapi tidak imbang, karena lebih banyak yang satunya. Dikira Ananta Arya akan membawa bagian paling banyak, nyatanya salah.

"Eh ini gimana sih, kok yang paling banyak suruh bawa aku kamu gila ya?" mana kuat Ia kalau harus membawa buku sebanyak itu.

"Dasar lembek, udah lembek bawel lagi" cerocos Arya sambil menukar tumpukan buku itu "Biarin, dari pada gajelas" cibir Ananta dengan wajah kesal. Mereka kemudian kembali ke kelas dengan membawa buku-buku itu.

Tanpa mereka sadari, interaksi keduanya sedari tadi diperhatikan oleh seseorang dibalik rak buku, Ia yang kebetulan sedang mencari buku itu, tertarik untuk melihat siapa yang sedang meminjam buku setelah mendengar suara murid perempuannya.

Ya, dan orang itu adalah Pram, melihat interaksi antara Arya dan Ananta ada rasa tidak suka yang memenuhi pikirannya. Selama mengenal Ananta belum pernah gadis itu bicara panjang lebar seperti Ia bicara dengan Arya.

Meskipun saat sedang bersamanya Ia tidak pernah se kesal tadi saat bersama Arya, tetap saja hal itu membuat Pram tidak suka. Ia juga tidak tahu kenapa, mungkin karena cara Arya menarik tangan Ananta terlihat kasar, Ia jadi kasihan pada Ananta.

___

Saat jam pulang sekolah, Ananta ditodong pertanyaan oleh Fita "mbak tadi kok mbak nggak lewat jalan yang biasanya kalo berangkat sekolah, malah lewat jalan yang muter, emang mbak kemana dulu?"

Ananta merasa sedikit aneh, bukankah tadi Fita sudah berangkat duluan, bagaimana Fita tahu kalau Ia lewat jalan lain "Ooh itu nggak kemana-mana sih fit emang sengaja lewat situ, kok kamu tahu bukannya udah berangkat duluan ya?"

Fita gelagapan ditanya perihal itu, Ia takut ketahuan kalau tadi Ia mengikuti Ananta waktu berangkat sekolah

"Emm, udah dulu ya mbak aku duluan" bukannya menjawab Fita malah berlalu pergi meninggalkan Ananta. Ia curiga kalau tadi Fita mengikutinya.

Ngomong-ngomong soal Fita, Ananta jadi ingat tentang alasan kenapa Pram mengajaknya lewat jalan lain, laki-laki itu bilang agar lebih lama naik motornya.

Apa sebenarnya orang itu sudah tahu kalau sedang diikuti? mungkin nanti Ia bisa menanyakan hal itu pada Pram.

Kali ini Ananta menunggu didepan gerbang, tidak seperti kemarin. Jika kemarin Ia akan menunggu diparkiran motor guru, kali ini tidak. Ia merasa sungkan, jadinya Ia memilih menunggu diluar.

Tapi karena Ananta menunggu diluar, Pram jadi berfikir Ananta belum keluar kelas. Karena biasanya gadis itu akan terlihat menunggunya diparkiran, tapi kali ini tidak ada.

Pram memutuskan untuk menunggu sedikit lebih lama, siapa tahu Ananta sedang ada piket kelas atau hal lain. 20 menit berlalu tapi Ananta tidak juga terlihat menyambangi parkiran.

Pram berinisiatif mengeceknya ke ruang kelas, sedangkan diluar gerbang sekolah, kaki Ananta sudah sampai kesemutan menunggui Pram. Alhasil Ananta mencoba untuk melihat masuk, apakah Pram masih banyak pekerjaan atau sudah mau pulang.

Tapi saat dicek keduanya tidak dapat bertemu satu sama lain, Pram kembali lagi ke parkiran guru, Ia pikir mungkin sewaktu Ia berjalan ke arah kelas Ananta, gadis itu sudah pergi ke parkiran lewat jalan lain.

Sedangkan Ananta memilih menunggu di pos satpam yang dekat dengan parkiran guru, Saat ketika Ia melihat Pram keluar dari gedung sekolah Ia segera keluar dari pos satpam.

"Pak, bapak darimana saya tunggu dari tadi nggak muncul-muncul" keluh Ananta.

"Kamu yang kemana, wong saya dari tadi nungguin kamu dateng ke parkiran, tapi ngga dateng-dateng. Saya cek di kelas kamu juga nggak ada"

"Lho saya dari tadi nungguin bapak disana, diluar sampek capek saya berdiri terus tapi bapak ngga keluar juga" Ananta mencoba membela diri.

"Ya lagian kenapa nunggu diluar, biasanya juga disini, saya mana tahu kalo kamu diluar" gerutu Pram sedikit kesal.

"Iya deh maaf" kata Ananta menundukkan kepalanya, Ia sadar barusan Ia sudah mendebat gurunya padahal Ia yang salah.

Pram yang melihat itu jadi merasa bersalah juga, padahal baru kali ini Ananta bicara sepanjang itu dengannya, tapi malah suasananya yang buruk.

"Yaudah ayo naik, kita pulang" tanpa sadar Pram menyebut dirinya dan Ananta dengan sebutan kita

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!