Romisa Kehidupan

Romisa Kehidupan

1

Hujan deras mengguyur kota yang telah lama mengalami kekeringan dan memunculkan senyum bahagia di setiap wajah yang menyaksikan.

Namun ada satu wajah yang terlihat sendu dan sedih seakan akan kembali lagi ke masa dimana ia merasakan rasa sedih itu, rasa sedih yang merubah hidupnya, yang membuatnya harus kuat dan mandiri menjalani kehidupannya hingga ia mampu menjadi apa yang di harapkan olehnya seperti sekarang ini.

Romisa berdiri di samping jendela yang hampir seukuran tinggi badannya, dengan kedua tangan di lipat di depan, namun mata cokelat sayu nya terlihat kosong seolah sedang menerawang ke ingatan masa lalunya, ada rasa sedih dan perih di balik manik mata cokelatnya.

Flashback on.

Mengingat kejadian yang dimana sang bunda meregang nyawa dengan darah bercucuran dibaluti derasnya air hujan, tepat di depan matanya dan dikala itu hanya tangisan yang mampu keluar dari bibir dan tubuh mungilnya, ia tak mampu berbuat apa-apa, hanya bisa menangis dan melihatnya, jemari tangan mungilnya mencoba menggoyangkan tubuh di depannya namun tak bergerak sedikitpun, hanya kata tolong dan bunda yang mengiringi di sela-sela tangisannya hingga membuatnya jatuh dan tak sadarkan diri.

Namun ketika matanya terbuka, tampak wanita sebaya sang bunda duduk di sampingnya dan tersenyum, ada yang salah dengan senyuman itu, senyuman yang tersirat kesedihan bercampur kekhawatiran di dalamnya, bagi orang dewasa dengan sekali lihat raut wajah seperti itu sudah pasti akan tau apa yang sedang dirasakannya.

"Bii, Bunda dimana? Tadi Misa lihat Bunda banyak darah?" tanyanya di selingi tangis kecil.

"Bunda sudah istirahat dengan tenang di surga, Neng yang kuat ya, Bibi akan selalu ada di samping Neng," jawab wanita itu dengan berusaha menyembunyikan rasa sedih.

"Surga? Kenapa Misa gak di ajak Bunda Bi, kata Bunda kan surga itu tempat yang indah," tanya gadis kecil itu yang masih polos.

Wanita itu hanya diam tanpa menjawab, dan merengkuh tubuh mungil gadis itu kedalam pelukannya dan samar terdengar tangisan kecil. Di usianya yang ke 5 tahun Romisa yang bisa dibilang masih belum mengerti dengan arti kehilangan harus di beritakan, bahwa orang yang sangat ia sayangi juga penompang hidup didunia ini diberitakan telah tiada, namun ada rasa sakit di hati nya yang ia belum mengerti itu, sehingga mengeluarkan bulir-bulir di mata cokelatnya.

Flashback off.

Krriing... krriing... krriing.

Dering telepon rumah membuyarkan lamunan Misa untuk kembali ke dunia nyata. kepalanya bergerak menoleh ke asal suara, dengan sedikit malas ia berjalan menghampiri suara itu dan mengangkat gagang telpon untuk di tempelkan ke daun telinga.

"Assalamualaikum," kalimat pertama yang dilontarkanya untuk menyapa orang di sebrang sana.

"Walaikumsalam, gimana keadaanmu?" Suara laki-laki di sebrang sana dengan nada cemas.

"Alhamdulillah, Misa baik-baik aja Paman, jangan terlalu khawatir terhadap Misa," jawabnya dengan tenang.

"Baiklah, tapi ingat jika adek butuh apapun hubungi Paman," dengan sedikit kecemasan terselip di dalamnya.

"Iya Paman. Assalamualaikum," Misa mengiyakan dan mengakhiri panggilannya.

"Walaikumsalam."

Orang-orang terdekatnya selalu mencemaskannya, karena hanya mereka yang tau dengan keadaannya. Seperti hal nya tadi orang yang sudah ia anggap seperti pamannya sendiri, padahal ia tidak ada kaitan darah dengannya, awalnya laki laki itu adalah seorang sekertaris kepercayaan sang ayah, namun semenjak ayahnya meninggal dunia, ayahnya itu mengalihkan perusahaan agar dikelola oleh laki laki yang sekarang sudah Misa anggap sebagai paman sendiri, karena memang ayah adalah anak tunggal dan waktu itu ia masih kecil.

Pernah ayah ingin mengalihkan semua tanggung jawab perusahaan ke sang istri, namun karena bundanya tidak suka dengan yang namanya jabatan seperti itu, sang istri akhirnya memilih mengurus yayasan amal seperti panti asuhan juga panti jompo, yang sekarang diteruskan oleh wanita yang ia panggil bibi, yang memang seorang asisten kepercayaan bundanya, sekaligus orang yang di amanatkan untuk menjaga ia hingga sekarang.

Karena hari sudah larut dalam kegelapan, Romisa berjalan memasuki kamarnya dan merebahkan tubuh mungilnya di atas kasur besar berukuran king size, tangannya meraih lampu di atas nakas di samping tempat tidur untuk mematikannya, dan tidak berapa lama matanya perlahan tertutup rapat menuju alam mimpi.

*****

Fajar mulai menyingsing dan bergantikan dengan mentari yang mulai menerangai keseluruhan bumi, sehingga memperlihatkan semua aktivitas setiap makhluk hidup di bumi ini.

Romisa berjalan menelusuri jalanan yang sudah ramai dengan orang-orang yang berlalu lalang, ia berjalan menunduk hanya fokus pada pijakan kakinya berlabuh, dan hanya sesekali ia mendongakkan kepala melihat ke kiri dan ke kanan hanya untuk menyebrangi jalanan besar.

Langkah kakinya terhenti di depan gerbang SMA Pelita, dan kini ia mulai memasuki pelataran sekolah tersebut dan menuju kantor guru.

Ya, Romisa adalah seorang guru di SMA Pelita, dilihat dari postur tubuhnya yang mungil dan dengan wajah yang terlihat imut itu, terkadang banyak orang yang mengatakan ia lebih pantas jadi muridnya di banding jadi pengajar, namun meskipun dengan keadaan dirinya seperti itu jangan di sangka kalau ia mempunyai otak yang jenius dan terbilang ber-IQ di atas rata rata orang sebayanya.

Dia menyelesaikan pendidikannya dengan umur masih muda, di umur 18 tahun ia sudah menyelesaikan S1, dan sekarang ia sudah mengabdi mengajar di SMA Pelita sebagai guru bahasa indonesia sekitar 2 tahunan.

Mereka yang kenal Romisa, tidak ada yang tau tentang status dirinya yang seorang pewaris tunggal dari perusahaan AG yang bisa dibilang lumayan besar di kota tersebut. Di kalangan masyarakat ia hanya di kenal sebagai seorang gadis yatim piatu yang tinggal di panti asuhan yang sekarang tinggal seorang diri.

"Pagi Bu Misa," sapa Bu Rina dari samping, yang mejanya berdekatan.

"Pagi," jawabnya ramah.

Bu Rina, ia sudah di anggap seperti sahabatnya di lingkungan sekolah karena hanya dia yang bisa membantunya, jika ia kesulitan di lingkungan sekolah.

"Bu Misa sudah sarapan? Nih, saya buatkan bekal untuk sarapan," sambar guru laki-laki Pak Dani, sambil meletakkan kotak makanan di atas meja.

"Sudah, makasih," jawabnya dengan ramah.

"Hmm, kalau gitu buat makan pas istirahat, dimakan yaa," ucap Pak Dani dan tersenyum.

Dia hanya membalasnya dengan anggukan kepala, Pak Dani berlalu meninggalkan dan kembali ke meja nya, mereka yang ada di dalam ruangan guru sudah tau dengan ia yang irit bicara namun meskipun seperti itu ia dikenal tetap ramah.

"Bu Rina, bekalnya buat ibu aja saya sudah sarapan di rumah," ucap Misa sambil menyodorkan bekal yang tadi di kasih Pak Dani ke Bu Rina.

"Hmm, makasih Bu Misa, tapi apa kamu nggak pernah ingin mencoba makanan dari dia yang ngasih ke kamu?" tanya Bu Rina sambil membalikkan badan menghadap ke orang yang di sampingnya.

"Saya pernah mencobanya kok bu," membalasnya sambil tersenyum.

"Baiklah, aku tau kamu memang selalu seperti ini," Bu Rina menerima lalu membuka bekal itu.

Pak Dani yang melihat dari kejauhan hanya bisa tersenyum, ia sudah tau jika membuat makanan untuk Misa pasti akan berakhir di tangan orang lain, tapi meskipun begitu tidak membuatnya sedih, ataupun menyerah karena memang tujuan utamanya ia memberikan bekal itu ke Misa, hanya untuk bisa melihat senyuman ramah juga agar bisa berhadapan dengan Misa secara dekat.

Teng...teng...

Suara bell menandakan akan di mulai memasuki pelajaran pertama sekolah.

Misa membawa buku ajar dan mulai berjalan ke kelas yang akan di ajar nya sekaligus ia menjadi wali kelas di kelas tersebut, ia melewati lorong dan beberapa kelas langkahnya melambat berbelok memasuki kelas.

"Assalamualaikum, pagi anak-anak," ucap Misa di selingi senyum manis di depan para murid.

"Walaikumsalam, pagi juga Bu guru," jawab murid-muridnya.

Romisa tersenyum. Membuka buku absen dan mulai mengabsen satu persatu anak didiknya. Setelahnya, ia menyambar sebuah buku paket.

"Baiklah, seperti yang telah ibu janjikan minggu lalu, hari ini ibu akan adakan kuis."

"What kuis Bu? Aduh saya belum belajar malamnya," celetuk salah satu muridnya mengeluh.

"Nggak boleh protes, ibu kan sudah ingatkan minggu lalu."

"Tapi buu-"

"Tidak ada tapi-tapian. Soalnya cukup mudah, jadi pasti bisa."

"Tetap aja menurut saya susah Bu, sesusah mendapatkan hatimu," ucapnya dengan gombalan.

"Jangankan elo Pak Dani yang ganteng dan baik aja nggak bisa tuh, dapetin hatinya," celetuk teman sebangkunya.

"Huuuu...," murid-murid lainnya menyoraki.

Brak.

Misa menggebrak meja hingga murid-murid diam seketika. Ia menghembuskan napas pelan dan tersenyum tenang.

"Ibu beri waktu untuk membaca ulang pelajaran, kuis akan di mulai 10 menit lagi." Tegas Misa.

"Baik bu."

Murid-muridnya mulai sibuk membuka buku dan menyiapkan alat tulis untuk kuis.

*****

Bell istirahat sudah berbunyi, Misa keluar dari kelas dan mulai melangkahkan kakinya untuk ke kantor.

"Bu Misa," panggil salah satu murid.

"Iya, ada apa?" Misa menoleh pada orang yang memanggilnya dan tersenyum.

Oh Tuhan senyumannya itu loh, manis banget. Gumam Hendri dalam hati.

"Hmm, anu bu, Egi dia udah 3 hari gak masuk sekolah," ucapnya dengan sedikit terbata.

"Ikuti ibu ke kantor, kita bicaranya dikantor saja," jawab Misa dengan tenang dan mulai berjalan.

Murid laki-laki itu hanya berjalan mengikutinya dari belakang, sesampainya di meja, Misa duduk berhadapan yang hanya di halangi meja sebagai pembatas.

"Baiklah, katakan," ucap Misa bertanya akan maksud muridnya.

"Ini Bu, Egi udah 3 hari ini tidak masuk sekolah dan tanpa keterangan."

"Udah coba di telepon pihak keluarga atau yang bersangkutan, dan tanya kenapa nggak masuk sekolah?" tanya Misa.

"Udah berapa kali di telepon tapi nggak pernah di angkat Bu, dan saya pernah datang ke rumahnya, kata pembantu di rumahnya Egi selalu berangkat ke sekolah," tutur murid itu dengan nada serius.

"Ke tempat yang biasa dia kunjungi kamu pernah coba mencarinya?" tanya Misa lagi.

"Udah juga Bu, kata orang di sana Egi selalu kesana dari pagi sampai siang, dan saya cuman bisa mengunjungi tempat itu di waktu sepulang sekolah Bu, kan mana mungkin saya juga ikutan bolos," jawab murid itu dengan tatapan tak pernah lepas dari Misa.

Kalau dia mengunjungi rumahnya juga mengunjungi tempat tongkrongannya sepulang sekolah, berarti Egi pulang kerumahnya malam. Gumam Misa dalam hati, merenung berpikir.

"Baiklah, gini aja kita tunggu sampai besok, jika dia masih saja belum berangkat ke sekolah, kamu kunjungi rumahnya di pagi hari, nanti ibu izinkan ke bagian absen, tapi hanya dalam 1 pelajaran saja kamu ibu kasih izin."

"Baiklah Bu, kalau begitu saya permisi Bu." Murid itu bergegas berdiri untuk permisi.

Misa mengangguk dan tersenyum kecil sebagai tanda mengiyakan.

"Kenapa lagi Bu Misa?" tanya Bu Rina.

"Entahlah Bu Rina, biasa si Egi murid di kelas bikin masalah lagi," jawab Misa di akhiri helaan napas lelah.

Rina mendengus. "Anak itu rupanya," ucapnya dengan raut wajah sebal. "Yang sabar ya Bu, punya murid kayak gitu emang harus legowo..hehe."

Misa hanya menganggukkan kepala pelan dan tersenyum kecil.

"Ke kantin yuk Bu Rina, waktu istirahat masih ada kan?" Ajak Misa dengan melihat jam yang melekat di pergelangan tangannya.

"Hayuk, aku juga laperr," balasnya dan berdiri.

BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

selena gomez

selena gomez

suka ceritanya

2022-02-19

0

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

maaf Thor saya dah baca tp baru kali ini komen maaf tp saya dah tambah ke favorit dan kasih tanda bintang 5 💪💪💪💪🙏🙏🙏

2021-02-18

1

Ayunina Sharlyn

Ayunina Sharlyn

next

2020-07-10

1

lihat semua
Episodes
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 116
117 117
118 118
119 119
120 120
121 121
122 122
123 123
124 124
125 125
126 126
127 127
128 128
129 129
130 130
131 131
132 132
133 133
134 134
135 135
136 136
137 137
138 138
139 139
140 140
141 141
142 142
143 143
144 144
145 145
146 146
147 147
148 148
149 149
150 150
151 151
152 152
153 153
154 154 (END)
Episodes

Updated 154 Episodes

1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
116
117
117
118
118
119
119
120
120
121
121
122
122
123
123
124
124
125
125
126
126
127
127
128
128
129
129
130
130
131
131
132
132
133
133
134
134
135
135
136
136
137
137
138
138
139
139
140
140
141
141
142
142
143
143
144
144
145
145
146
146
147
147
148
148
149
149
150
150
151
151
152
152
153
153
154
154 (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!