Setelah Arga membersihkan diri, ia turun ke bawah dengan di ikuti Misa. Keduanya berjalan beriringan menuju meja makan.
Tampak di atas meja makan telah tersedia berbagai macam menu makanan dan dua adik Arga yang sudah duduk di kursi bersebrangan dengan sepasang suami istri itu. Hanya Ayah Putra yang tidak hadir di meja makan, karena Ayah putra tidak di perbolehkan terlalu banyak makan di malam hari.
Misa secara tidak sadar mengusap perutnya. Padahal perut ku sudah kenyang karena sudah makan malam tadi bersama kedua adiknya. Malah di suruh makan lagi.
"Kakak ipar bilangin kakak kalau syila udah makan tadi, kalau syila makan lagi bisa gendut dong badan syila," rajuk Syila manja.
Arga mendelik tajam. "Makan sedikit tidak akan membuat mu gendut, dan pilihlah jenis makanan yang tidak berlemak Syila."
"Huh...," Syila mencebikkan bibir nya kesal.
Misa tersenyum lalu beranjak dari duduknya mengambil piring kosong.
"Sini biar kakak pilihkan makanan yang tidak akan membuat mu gemuk," ucap Misa yang mengambil satu porsi salad sayur.
"Kakak ipar tau saja kalau Syila suka salad," Syila mengambil alih piring yang sudah di isi makanan oleh Misa.
Tersenyum manis, "Bukan tau Syila, tapi memang menu diet yang bagus untuk tubuh adalah makanan yang mengandung protein rendah lemak dan salah satu nya yang sekarang kamu makan," tutur Misa tenang.
"Makasih kakak ipar selalu mengerti aku, tidak seperti kakak," ucap Syila dan menunjuk dengan dagu nya ke arah Arga.
Arga hanya berdecak pelan. Sedangkan Egi yang melihat percakapan Misa dengan adik nya, menyunggingkan senyuman.
Misa memang selalu membuat orang orang di sekitarnya tertarik. Bagaimana bisa aku tidak tertarik dengan sifat ramah dan kesederhanaan nya itu, gumam Egi dalam hati.
"Suamiku, ingin makan apa?" tanya Misa masih dengan senyuman di bibirnya.
"Itu," ucap Arga menunjuk jenis menu ayam saus terayaki.
Misa mengambilkannya untuk satu porsi ke piring kosong.
"Aku juga," ucap Egi yang mengangkat piring nya dengan satu tangan lalu menyodorkan ke tengah meja di atas makanan.
Misa mengambilkan nya satu porsi. "Ternyata Egi juga menyukai ayam yaa," ucap Misa lalu tersenyum yang di balas anggukkan kepala oleh Egi.
Arga yang melihat senyuman itu, menatap tajam ke arah Misa. Cih, kau bisa tersenyum seperti itu dengan dia tapi tidak dengan ku. Dasar genit.
Misa mengambil semangkuk kecil sup ayam asparagus untuk dirinya lalu duduk kembali.
Tidak ada perbincangan di meja makan itu, hanya suara alat makan yang saling beradu mewakili suara mereka.
Arga tidak menghabiskan makanan nya, ia beranjak dari duduknya yang refleks membuat Misa menarik ujung baju Arga.
Arga melirik ujung baju yang di tarik, membuat Misa tersadar dan melepaskannya. "Kenapa?"
Melirik piring yang masih penuh. "Makanan mu belum habis."
"Sudah kenyang, kau sendiri tuntaskan makanan mu."
"Tapi tua... eh maksdunya, suamiku hendak kemana sehingga terburu menyelesaikan makan," ucap Misa yang hampir keceplosan akan memanggil Tuan untuk Arga.
Arga memicingkan mata nya. "Kau memanggilku tua?" ucapnya tajam.
"Eh, tidak suamiku, maksud aku kuah... iya kuah sup ini enak," ucap Misa mengalihkan menunjuk sup yang di makannya dan tersenyum cengengesan.
Arga menatap tajam ke arah Misa lalu beralih ke arah kedua adiknya.
"Sudahlah, teruskan makanmu, setelahnya naik ke kamar," tegas Arga dan pergi meninggalkan meja makan.
Misa tersenyum canggung ke arah kedua adik iparnya yang dari tadi menonton kesalah pahaman dengan wajah tanpa ekspresi mereka.
Sedangkan Arga, sekertaris Tang dan Bi Ane seperti biasa masuk ke ruangan kerja.
"Kakak ipar, Syila udah kenyang, Syila kembali ke kamar ya, daah," pamitnya dan berlalu yang menyisa kan Misa dan Egi di meja makan.
Ada sikap canggung yang di tunjukkan Egi, namun Misa yang tidak memperhatikan nya memilih fokus menunduk memakan sup nya.
Serasa nya kita lagi dinner berdua Misa. Menatap wanita yang terlihat fokus memakan sup di sebrang meja. "Bu Misa," panggil Egi.
"Iya Egi, ada apa?" jawab Misa mengangkat kepala nya.
"Kenapa Ibu Misa bisa mau menikah dengan kakak?" tanyanya sedikit ragu.
"Mungkin sudah jodoh saya Egi," ucap Misa tenang lalu memasukkan satu suapan sup.
"Egi tahu mengenai perjodohan itu, kenapa ibu menerima nya?" tanya Egi menatap Misa dengan serius.
Sedangkan yang di tatap seperti itu tidak menyadari nya dan memilih kembali menyuapkan satu sendok sup ke mulut. Ternyata dia juga tahu soal perjodohan itu.
Misa tampak berpikir sejenak lalu menjawabnya. "Karena sebuah perjanjian Ayah dengan Ayah Putra, dan sebuah janji tidak untuk di ingkari agar tidak di sebut munafik, dan saya nggak mau Ayah saya di sebut orang munafik," tutur Misa dan memasukkan satu suapan sup sendok terakhir.
Berarti Bu Misa terpaksa menikah dengan kakak, syukurlah kakak belum mengisi hatinya sehingga masih ada kesempatan untuk ku. Terulas senyuman kecil yang tersembunyi di sudut bibir Egi.
"Sepertinya saya sudah selesai makannya Egi, saya kembali ke kamar duluan ya. Habisin makanan mu Egi biar nggak mubadzir," ucap Misa lalu beranjak pergi meninggalkan Egi yang masih terbengong.
*****
Misa memasuki kamar dan langsung membaringkan tubuhnya di atas sofa. Pikirannya hanyut dengan memikirkan segala beban dalam hati yang selama ini berkecamuk.
"Lebih baik aku tidur," gumamnya membuka kerudung yang menampilkan rambut hitam panjang lurus nya tergerai indah, Misa beranjak hendak mematikan lampu dan...
Ceklek.
Dia terlonjak kaget mendengar pintu kamar terbuka, dan langsung berbalik berdiri mematung di tempat.
Ya tuhan bagaimana ini, aku belum mematikan lampu nya dan sekarang aku tidak memakai kerudung. gumam Misa dalam hati dan menggigit bibir bawahnya.
Arga yang baru memasuki kamar langsung di hadapkan dengan seorang wanita berambut panjang sepinggang yang membelakanginya. Ia berdiri mematung menatap dengan alis berkerut.
"Siapa kau, dimana dia?" tanya Arga tajam.
Misa masih mematung membeku diam tak bergerak atau membalikkan badannya. Bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan?
"Kenapa kau diam, siapa kau?" tanya Arga lagi dengan meninggikan nada suara nya satu oktaf.
Namun Misa masih diam, dan menggenggam kuat ujung baju tidur nya. Si singa mulai ngamuk, gimana ini? Siapa saja tolong aku... hiks..hiks.
"Aku bertanya, siapa kau?" tegas Arga kesal dan menghampiri Misa lalu dengan gerakan cepat membalikkan badan gadis yang mematung itu.
Arga terdiam menatap Misa tajam dengan tangan masih mencengkram kedua bahu.
"Kau..," ucap Arga tercekat. Kenapa dia terlihat cantik hanya dengan melepas kerudungnya.
Misa menundukkan kepala, jantungnya sudah berdetak cepat dengan tangan yang gemetar. "Ma-maaf tuan... saya... saya mau mematikan lampu," ucapnya terbata dengan tangan gemetar Misa mencoba melepaskan cengkraman tangan di bahu nya yang terasa sakit. Karena cengkraman itu begitu kuat.
"Tu-tuan.. bisakah anda melepaskan cengkramannya?" ucap Misa menunjuk tangan Arga di bahu nya.
Arga yang tersadar langsung melepas pegangan pada bahu Misa. Lalu membuang muka.
"Matikan lampu, aku mau tidur," kikuk Arga lalu melangkah ke arah ranjang menyembunyikan wajahnya yang sedikit merona.
Arga merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan posisi terlentang. Ia menarik selimut dan mencuri pandang pada Misa yang bergerak kesana kemari. Cantik... kata itu yang terlintas dalam pikirannya saat melihat wajah Misa.
Arga mendengus, membalikkan badan hingga menyamping. Hah aku sudah gila memuji wanita kerdil itu.
Misa mematikan lampu ruangan yang tergantikan lampu tidur yang menyala, ia bergerak ke arah sofa lalu membaringkan tubuhnya, matanya terpejam namun pikiran Misa masih bekerja juga jantung nya yang masih berdetak kencang mengingat kejadian yang baru saja di alaminya.
Kenapa si singa datang nya pas aku belum mematikan lampu sih. Hah... menyebalkan.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Arga bikin bucin sama Misa serukan
2021-02-19
0
Nanik Sundari
bisa buat obat rindu ama saga.daniah
2020-07-07
1
Erlin Aang Kunaefi
Arga jth cnta ya...
2020-06-02
1