Misa berjalan ke arah gerbang yang menjulang tinggi untuk keluar dari rumah itu mencari taxi agar bisa mengantarnya ke sekolahan. Ia tahu jika jarak dari rumah Arga ke tempat nya mengajar pasti cukup jauh. Sepertinya ia akan sedikit terlambat karena matahari mulai terang dan waktu di jam tangannya sudah menunjukkan pukul 7 lewat.
Dan beruntungnya Misa ketika keluar dari gerbang langsung mendapatkan taxi karena posisi rumah Arga tidak jauh dari jalanan besar. Misa memasuki taxi itu dan mobil itupun melaju membawa Misa.
"Kalau saja aku punya keberanian berhadapan dengannya, sudah ku tawari untuk naik ke mobil ku, kenapa harus kakak sih yang jadi suami nya?" gumam Egi sambil melihat Misa yang menaiki taxi dari dalam mobilnya yang tidak jauh dari pagar rumah.
*****
Misa memasuki sekolah SMA pelita dengan langkah tergesa karena sepertinya pelajaran pertama akan segera di mulai beberapa menit lagi.
"Syukurlah masih belum terlambat," gumam Misa di sela langkah kaki nya.
"Bu Misa," panggil seorang pria.
Sebenarnya Misa malas berhadapan dengannya namun karena ia mempunyai sifat sopan akhirnya ia menoleh ke arah suara itu. Dan tampak Pak Dani berjalan ke arah nya.
"Assalamualaikum Bu," sapa Pak Dani setelah sampai di hadapan Misa.
"Walaikumsalam," balas Misa lalu tersenyum ramah.
"Apa kabar Bu? Gimana keadaan ibu Misa? Kemarin tidak masuk lagi," tanyanya di penuhi tatapan khawatir.
"Baik Pak, hanya ada sedikit masalah saja," jawabnya tenang
"Syukurlah, kira saya Bu Misa sakit, soalnya kemarin Bu Rina pun tidak tahu menahu soal izin nya Ibu Misa," tutur Pak Dani di akhiri helaan nafas lega.
"Oh, soal itu...," ucapan Misa menggantung di udara terpotong oleh suara cempreng yang menyapa telinga mereka.
"Misaa, aku kangen kamu. Kenapa izin nggak bilang-bilang sih?" Tanya Rina baru datang yang langsung berhambur memeluk Misa.
Misa yang kaget langsung di peluk begitu hanya tersenyum. Namun dalam hatinya ia bersyukur lega karena ada yang menyelamatkan dari pertanyaan pak Dani.
"Kamu kemana aja kemarin sih? Saya dateng ke rumah mu tapi di rumah hanya ada ibu-ibu sedang membersihkan anggrek," cerocos Rina yang tanpa menyadari jika di situ ada Pak Dani.
"Eh, itu...," lagi lagi ucapan Misa menggantung di udara terpotong oleh deheman keras.
"Ekhem," deheman Pak Dani menyadarkan Rina.
Syukurlah ada yang menyelamatkan ku lagi dari pertanyaan yang harus ku jawab apa. gumam Misa dalam hati
"Eh, ada Pak Dani ternyata," ucap Rina cengengesan.
"Bu Rina tidak lihat saya ada di sini?" tanyanya mulai kesal karena di abaikan oleh keduanya.
"Tidak Pak, habis Bapak pakai kemeja putih dan kulit bapak putih jadi kesannya kayak transfaran gitu," ucap Bu Rina yang menunjuk kemeja yang di pakai pria di hadapannya.
"Jadi menurut Bu Rina saya ini hantu," ucap Pak Dani tak terima.
"Iya hantu, tapi hantu tampan kok, Pak," goda Rina dengan mengedipkan sebelah mata nya.
"Kenapa itu mata Bu Rina, cacingan ya?" tanya Pak Dani menunjuk sebelah mata yang berkedip secara sengaja.
Rina yang di bilang begitu memanyunkan bibir sebal.
Misa tersenyum melihat kedua orang di hadapannya.
"Oh, iya Rina, saya duluan ya mau ngajar sudah bell dari tadi, kasian anak didik saya nggak ada yang ngurusin," ucap Misa mengalihkan perdebatan keduanya dan hendak melangkah.
"Nggak cipika cipiki dulu niih Mis, kan kangen," rajuk Rina manja dengan merentangkan kedua tangannya ke depan.
"Iya, iya sini," Misa merangkul pundak Rina dan melakukan apa yang Rina pinta.
"Ya sudah aku ke kantor duluan mau ngambil buku ajar, Assalamualaikum," pamit Misa tersenyum setelah melepaskan rangkulannya dan melangkah pergi.
"Walaikumsalam," serempak Pak Dani dan Bu Rina.
Kapan aku bisa melakukan itu sama kamu Misa. Pak Dani masih menatap kepergian gadis mungil yang mulai menjauh itu.
"Hey, Pak Dani kenapa? Ngiri yaa... haha," goda Rina diselingi tawa mengejek yang melihat Pak Dani mematung terbengong.
"Eh, ngaco," sangkalnya dengan gerakan kikuk, karena kepergok menatap Misa lagi dan Dani memilih pergi meninggalkan Rina untuk menyembunyikan rasa malu nya.
"Haha...," tawa Bu Rina yang melihat tingkah kikuk Pak Dani. "Dasar pria tidak gantle, padahal kalau suka tinggal bilang saja. Udah sama orang lain baru tau rasa."
*****
Misa memasuki kelas yang tampak gaduh dengan banyaknya murid yang entah sudah tidak jelas keadaanya.
"Assalamualaikum, pagi anak-anak," salam Misa, membuat para murid langsung diam dan duduk di kursinya masing-masing.
"Walaikumsalam, pagi juga Bu," jawab Para Murid serempak.
Seperti biasa, Misa akan memulai mengabsen kehadiran anak didiknya satu persatu, yang setelahnya ia langsung melanjutkan memulai pelajaran tanpa banyak basa basi lagi.
"Keluarkan buku paket B kalian, kita langsung mulai pelajarannya saja yaa," perintah Misa sambil membuka lembaran buku.
Para murid menurut, mengeluarkan sebuah buku paket dari bawah meja mereka.
"Wah Bu Misa, makin cantik aja sih, kapan halalin aku?" Seperti biasa gombalan keluar dari mulut Hendri salah satu Muridnya jika bertemu dengan Misa.
"Woy, gak bakalan mau bu Misa sama elo, udah buluk otak pun ancur," sahut teman sebangkunya yang bernama Ito.
"Bu Misa itu pantasnya sama gue dong, udah ganteng dan pinter lagi," timpal salah satu teman yang lainnya lagi.
"Lo pada bisa diem gak, Bu Misa mau ngajar, jangan ganggu Bu Misa dengan gombalan lo yang gak berfaedah," ucap murid perempuan yang ada di depan meja mereka.
Brakk.
"DIAM SEMUANYA!" Teriak Egi sambil menggerbak meja.
Seketika semua pasang mata yang ada di kelas langsung menatapnya dengan tatapan heran bercampur kaget, hingga keheningan dan ketegangan menguasai sekitar.
Kenapa dia berteriak begitu?
"Ekhem... ekhem." Dehem Misa menetralkan kembali suasana di kelas itu yang cukup mencekam. "Anak-anak ibu ada di depan, sedang melihat apa kalian ke belakang?" Ia menginstruksi kembali murid-murid nya untuk mengalihkan mereka.
Para murid kembali menatap ke arahnya dan ada sebagian yang masih bisik-bisik pelan.
"Sudah di keluarkan paket nya, buka halaman 67, 70, dan 81, ibu akan membahas dan menjelaskan."
Para Murid menuruti perintah Misa yang langsung tampak sibuk dengan buku paket.
Misa mengangkat wajahnya melihat ke kursi dimana Egi berada, pria itu terlihat berwajah masam. Ada apa dengan adiknya si singa? Apa dia sedang PMS tapi bukannya aku yang sedang PMS, kenapa dia yang marah-marahnya?
Seketika tatapan keduanya bertemu, segera Misa membuang muka ke arah lain.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Egi cembokur tp pasti gak akan menang karna Misa dah milik Arga
2021-02-19
0
MeliMelo💦
Cieee egi mw saingan sama kaka singa....
2020-09-19
0
Erlin Aang Kunaefi
c Egi bnern suka ya...
2020-06-02
2