Hari libur mingguan tiba. Namun meskipun hari libur Arga tetap bekerja di rumah, di ruangan kerja yang saat ini ia tengah duduk bersama sekertaris Tang membahas masalah bisnis.
Misa memasuki ruangan kerja itu dengan langkah ragu yang langsung membuat Tang menoleh ke arahnya.
"Sekertaris Tang, bisa bicara sebentar," ucap Misa yang sudah berdiri di hadapan ke dua orang sibuk tersebut.
Tang menoleh pada Arga untuk meminta persetujuan, yang di balas anggukkan kecil.
"Silahkan Nona, bicara di sini saja," ucap Tang tegas dan menatap Misa.
"Hari ini kan hari libur, dan selama ini jika hari libur saya selalu menghabiskannya hanya berdiam diri dirumah, bolehkah saya keluar rumah," Misa menundukkan kepalanya tak berani menatap kedua pria itu.
Kenapa dia meminta izin pada Tang? Arga menatap dingin dengan perasaan kesal pada Misa.
Sekertaris Tang menoleh pada Arga lagi yang di beri tatapan tajam. Dan seakan mengerti tatapan tajam dari Arga, Tang kembali beralih menatap pada Misa.
"Memang nya ada tempat tujuan yang ingin Nona kunjungi?"
"Saya mau ke rumah lama saya Sekertaris Tang," ucap Misa mengangkat wajahnya dan menatap ke arah Arga.
Bukan nya kau berbicara pada Tang kenapa kau menatap ku. Arga mengalihkan pandangannya ke arah Tang agar tidak ketahuan jika dirinya sedang menatap Misa.
"Silahkan Nona, yang terpenting Nona pulang ke rumah jangan terlalu sore," tutur Tang setelah melihat tatapan persetujuan dari Tuan nya.
"Baiklah, terimakasih Tuan," ucap Misa menatap Arga sejenak dan berlalu keluar ruangan.
Sepeninggalan Misa, Tang mendapat tatapan dingin dari Arga.
"Bukannya aku di sini, kenapa dia meminta izin dari mu?" ucapnya tidak suka.
"Mungkin bagi Nona semua yang di ucapkan oleh saya sama seperti yang di inginkan tuan." Tang mencoba berkata tenang.
"Memang siapa suami dia sebenarnya, kau atau aku?" Arga mendengus kesal dan berdiri dari duduk nya.
Kenapa Tuan bersikap seperti itu? Bahkan mengucapkan kata suami. Apakah tuan sudah tertarik pada Nona? Tang melirik sejenak pada raut wajah Arga yang sudah berdiri.
"Suami Nona adalah tuan, dan tadi itu saya hanya menjadi perantara menyampaikan yang ingin tuan dan Nona ucapkan." Jelas Tang mencoba menenangkan Arga yang tampak kesal.
Menatap sengit pada orang yang terduduk di sampingnya. "Perantara kata mu! Aku ada di sini, di hadapan nya, masih butuh perantara." Kesal Arga, ia melipat kedua tangan di depan dada.
"Tuan, bukannya Nona juga mengatakan izin itu di depan Tuan, jadi Nona jelas meminta izin pada Tuan hanya saja tidak berani berkata pada Tuan dan hanya sedikit meminta bantuan pada saya," jelas Tang yang mulai gusar dengan sikap yang di tunjukkan Arga.
"Memang benar, apa hubungan nya juga dia meminta izin dariku, dia mau kemana, dengan siapa bukan urusan ku, kau lanjutkan penjelasan mengenai proyek tadi," tutur Arga lalu duduk kembali dan menunjuk kertas di atas meja.
Jangan di sembunyikan lagi Tuan jika sebenarnya tuan sudah mulai tertarik dengan Nona. Sudut bibir Tang terangkat membentuk senyuman kecil sambil menatap Arga.
*****
"Akhirnya aku bisa menjenguk anggrek-angrek ke sayangan ku." Gumam Misa yang saat ini sudah berdiri di taman depan rumah nya. Ada senyuman kebahagiaan yang di pancar kan dari wajah cantiknya.
Misa duduk di batu bulat yang terletak di antara bunga-bunga anggrek.
"Anggrek ku sayang, Apa kabar mu? Apakah bibi penjaga rumah ini merawat mu dengan baik? Maafkan aku yang tidak lagi bisa merawat mu." Celoteh Misa pada bunga anggrek yang seakan bisa menjawabnya.
Ada semilir angin berhembus lembut menggerakkan tangkai anggrek itu sehingga tampak berayun-ayun bahagia menyambut ke datangan sang empu nya rumah.
"Assalamualaikum Neng," salam wanita paruh baya yang membuka pagar rumah lalu menghampiri Misa.
Misa menoleh dan berdiri dari duduknya. "Walaikumsalam, ini pasti Bi Sum yang sudah merawat rumah dan taman Misa yaa?" tanyanya yang di balas anggukkan kepala oleh Bi Sum.
Misa memeluk Bi Sum dan mengucapkan banyak terimakasih karena sudah menjaga harta berharga bagi nya, terutama taman anggreknya.
"Bibi pintar sekali merawat anggrek Misa, terlihat segar-segar dan lihat bunga nya hampir mekar indah semua," tutur Misa senang sembari berjalan ke arah teras.
Bi Sum Ikut menggiringi langkah kaki Misa. "Iya Neng, memang sudah musimnya bunga ini pada mekar Neng." balasnya dan melihat sekeliling taman.
Kedua nya telah terduduk di kursi teras. "Bibi sudah makan? Kita buat makanan yuk!" Ajak Misa.
"Boleh Neng, tapi sepertinya Bibi belum mengisi isi kulkas Neng."
"Kalau gitu kita ke mall dekat sini aja Bi, yuk kita berangkat saja sekarang." Antusias Misa yang di balas anggukkan kepala oleh bi Sum.
Bi Sum dan Misa berjalan ke jalanan besar untuk mencari taxi, namun sudah berdiri sekitar 15 menitan satu pun taxi tak kunjung melewatinya. Jika Misa sendirian mungkin ia akan naik angkutan umum atau ojek. Namun, sekarang Misa di temani Bi Sum, dan jika di ajak ke angkutan umum Misa serasa nggak tega pikirnya.
Setelah berdiri cukup lama, tiba-tiba ada sebuah mobil mewah berwarna putih yang berhenti tepat di hadapan mereka.
Tampak seorang laki-laki yang Misa kenal turun dari mobil itu, pemuda itu menghampiri Misa yang tengah menatap bingung dengan alis berkerut.
"Egi." Celetuk Misa setelah pria tampan itu ada di hadapannya.
"Bu Misa, mau kemana?" tanya Pria itu, dengan wajah datar.
"Eh, anu mau ke mall, kenapa kamu ada di sini?" tanya Misa yang bukannya di jawab pertanyaannya itu. Tapi Egi malah langsung membuka kan pintu mobil penumpang.
"Biar Egi antar, cepatlah masuk."
Misa yang masih bingung malah menuruti saja masuk kedalam mobil yang di ikuti Bi Sum.
"Bu Misa duduk di depan, biar Ibu ini di belakang." Pinta Egi yang melihat Misa ikut masuk ke dalam kursi penumpang.
"Tidak perlu Egi, biar di belakang aja," ucap Misa yang di balas tatapan tajam oleh Egi. Tapi Misa yang di tatap seperti itu memilih mengalihkan pandangannya seakan berpura-pura tak melihat.
Egi merasa kesal dengan respon Misa dan memilih mengalah.
Brak.
Dia menutup pintu mobil penumpang dengan sedikit keras. Lalu menyusul masuk dan duduk di kursi kemudi.
Ada apa dengan anak ini, bukannya kalau gak ikhlas mengantar jangan sok-sok an langsung bukain pintu mobil. Heran Misa menatap pria yang berada di kursi kemudi.
Mobil itu mulai melaju dengan kecepatan sedang. Hawa hening dan tenang di sekitar mobil membuat Misa sedikit tidak nyaman dan akhirnya Bi Sum memecah keheningan itu.
"Neng, Aden yang di depan itu siapa?" tanya Bi Sum.
"Egi bi, dia adik ipar Misa."
"Oh gitu." Manggut-manggut kecil. "Cakep yaa Neng, pasti suami Neng juga lebih cakep." Ucap Bi Sum diakhiri senyuman menggoda.
"Hehe...iya Bi." Jawab Misa tersenyum cengengesan. Dan membuang muka ke arah jendela.
Keheningan beberapa saat menyelimuti kembali.
Misa menatap ke arah depan. "Egi, kenapa kamu bisa tau saya ada di sana?" tanya Misa.
"Hanya kebetulan lewat," sahutnya dingin.
Ada apa dengan nada suaranya itu? Dasar masih satu kubu jadi sifatnya sama seperti kakaknya. Misa membeliakkan mata ke arah lain.
"Mau ke mall yang mana?" tanya Egi masih dengan nada dingin.
"Ke mall dekat sini saja Egi," ucap Misa santai yang di balas angguk kan kecil oleh Egi.
Sedangkan Bi Sum lebih memilih diam mengamati jalanan kota.
Egi melirik kilas pada kaca depan yang menampilkan gadis mungil tengah menatap keluar jendela. Misa, aku tidak pernah menganggap bahwa kamu kakak ipar ku, karena aku masih belum bisa menerima kenyataan itu.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Thor buat Arga cemburu jd dia nunjukin suka dan cinta sama Misa 🤭🤭🤭🤭
2021-02-19
0
Ilan Irliana
ko egi lbh dewasa y di bandng arga..
2020-07-04
0
v
aq ko bapernya sama egi y bukan sm arga
2020-06-29
1