9

Misa memidai ruangan ganti baju itu, ada banyak pintu lemari di ruangan itu sedangkan di pojokkan ruangan terdapat keranjang yang cukup besar.

Perlahan Misa menggeser salah satu pintu lemari yang didalamnya terdapat kemeja berwarna putih semua.

"Di lemari mana baju ku disimpan," gumam Misa dengan terus menggeser satu persatu pintu lemari, tangannya terhenti ketika melihat perlengkapan pakaian wanita yang beragam warna lengkap dengan kerudungnya yang tak asing di matanya.

"Sepertinya paman sudah membawa perlengkapan ku kemari, eh ada kantong kecil. Bukannya ini hadiah yang di berikan Paman." Mengambil paper bag berukuran kecil.

Misa membuka kantong kecil itu, yang ternyata ada sebuah benda berbentuk persegi keluar dari dalamnya. "Oh, ponsel. Bukannya paman tau kalau aku tidak suka menggunakan ponsel," gumam Misa sambil membolak balikkan ponsel di tangannya.

"Ah, iya aku lupa aku belum menyiapkan baju tidur untuk si mata tajam singa," ucap Misa tersadar dengan perintah Arga.

Misa menyiapkan baju tidur untuk Arga. Tidak lupa juga Misa mengganti pakaiannya dan berganti dengan pakaian tidur, Misa tidak perlu membersihkan diri lagi, karena ia sudah membersihkan dirinya di gedung pesta pernikahan, setelah selesai dengan tugasnya Misa keluar ruangan ganti.

Aku tidur di sofa saja deh, kan sesuai syarat nya yang tidak ada sentuhan fisik.

Misa membuka lemari yang berada di kamarnya yang ada beberapa selimut juga bantal di dalamnya. Ia mengambil satu bantal dan selimut, lalu menjatuhkannya di sofa.

Arga yang baru keluar dari ruang ganti menatap Misa yang tampak sibuk menata selimut di sofa, Arga berdiri di depan pintu sembari mengusak rambut basahnya dengan handuk kecil.

Kalau bukan karena permintaan ayah, tidak akan sudi aku tidur sekamar dengan wanita kerdil dan jelek ini. Tersenyum sinis, Arga melempar handuk ke keranjang handuk lalu melangkah ke arah ranjang.

"Kau tidur di sofa, aku di ranjang," ucapnya merebahkan tubuh di atas kasur.

Iya singa aku juga tau, aku cukup tau diri kok... Misa menepuk-nepuk sofa untuk tempat tidurnya.

"Jangan mendengkur," ucap Arga setelah menyelimuti dirinya.

Sejenak pergerakan tangan Misa terhenti, memanyunkan bibir sebal. Seharusnya aku yang bilang seperti itu, kan singa nya anda, pasti dengkuran anda akan terdengar sampai lantai bawah.

"Matikan lampu," titah Arga pada Misa yang sudah siap-siap akan masuk ke selimut.

Dengan malas Misa berjalan ke arah sakelar lampu yang cukup jauh darinya.

Setelah mematikan lampu, Misa kembali ke sofa, ia membuka kerudungnya. karena jika akan terlelap Misa selalu membuka kerudungnya untuk memberikan udara pada rambutnya, dan perlahan mata Misa mulai terlelap tidur tenggelam dalam mimpi.

*****

Sayup-sayup terdengar suara Adzan Subuh, perlahan mata Misa mengerjap pelan, gadis mungil itu menggeliat ke kanan dan kiri. Dia bangun dari tidurnya dan berjalan ke arah pintu kamar mandi. Ia membersihkan dirinya dan langsung memakai baju seragam guru berwarna peach. Karena Misa tidak sedang shalat ia berniat untuk membuatkan sarapan untuk Arga yang sekarang sebagai suaminya.

Apa dia nggak bangun untuk shalat subuh. Melihat pria tampan itu yang masih terbaring di bawah selimut. Kalau bangun kayak singa, tapi kalau tidur kayak kebo.

Misa melangkah keluar kamar, dan menuruni anak tangga. Di lantai bawah ia di sambut oleh aktivitas para pelayan yang sedang bersih-bersih mengelap, dan menyapu.

"Pagi Nona," sapa Bi Ane yang melihat Misa melangkah pelan di sekitar ruangan utama.

"Pagi Bibi," balas Misa ramah lalu tersenyum. "Bi, dapurnya dimana ya?" tanyanya.

"Sebelah sini Nona," jawab Bi Ane menuntun Misa.

Hingga sesampainya Misa di dapur. Ia terdiam mematung memperhatikan keadaan dapur yang sudah ramai oleh aktivitas para koki yang sedang menyiapkan makanan.

Ternyata semua sudah di kerjakan oleh bagiannya masing-masing. Kalo gitu aku tak perlu masak, bersih-bersih rumah dong. Terus kerjaan ku apa yang sesuai syarat kata si singa itu?

Misa berjalan menghampiri Para Koki yang nampak sibuk dengan kegiatannya. "Pagi," sapanya ramah.

Seketika kegiatan di dapur berhenti sejenak dan Para Koki menunduk hormat dan membalas sapaan Misa. "Pagi Nona Romisa."

"Bolehkah aku meminta air putih 1 gelas," pinta Misa pada salah satu Koki dan duduk di kursi yang ada di depan meja pantry.

"Boleh Nona, tunggu sebentar," ucapnya dan mengambilkan segelas air yang di minta Misa.

"Silahkan Nona," memberikan nampan yang berisi 1 gelas air putih.

"Terimakasih Pak," mengambil gelas itu lalu meminumnya sampai habis.

"Ada lagi yang di perlukan Nona?" Tanya salah satu koki.

Misa menggelengkan kepala dan tersenyum kecil sebagai jawaban tidak.

Disini aku tidak bisa membantu apa-apa. Lebih baik aku ke kamar lagi deh untuk menyiapkan keperluan lain.

"Eh, iya Bi. Saya ke atas lagi." Yang di balas anggukkan kecil dari Bi Ane. Misa beranjak dari duduknya melangkah kembali menuju kamarnya.

Suasana kamar masih temaram, hanya lampu tidur yang menyala di atas nakas. Dan terlihat Arga masih terbaring di atas tempat tidurnya. Misa berjalan mengendap endap menuju sofa dan tiduran, ia meraih ponsel yang di letakkan di atas nakas dekat kepala nya.

Misa menyalakan ponsel itu, terpampang dalam layar ponselnya, foto Ayahnya yang sewaktu masih berusia muda.

Ayah, Misa rindu ayah juga bunda. Misa telah memenuhi wasiat seperti yang Ayah tuliskan. Apa ayah bahagia? Ada buliran bening dari sudut mata Misa yang mengalir membasahi pipinya.

Arga bergerak dari posisi tidurnya dan langsung terduduk namun matanya masih tertutup. Melihat Arga terbangun Misa langsung beranjak menghampiri dan berdiri di samping ranjang.

"Ambilkan air," ucap Arga parau karena suara khas bangun tidurnya.

Misa mengambilkan air di atas nakas dan memberikannya pada Arga.

Arga langsung menyambarnya dan meminumnya hingga tandas tak tersisa.

"Lampu," ucapnya lagi.

Lampunya kenapa Tuan, aku tidak paham hanya dengan satu kata itu. Misa menatap bingung.

"Kenapa kau diam saja, nyalakan lampu ruangan ini!" ulangnya lagi dengan sedikit membentak.

Ya tuhaan mode singa nya mulai on.

Misa beranjak menyalakan lampu ruangan, dan mematikan lampu tidur. Memang kamarnya ini terletak di lantai atas dan terhimpit di antara beberapa kamar, sehingga hanya ada dua jendela kecil panjang yang menghadap ke taman belakang, namun tidak akan menyorotkan matahari langsung masuk kedalam dan itu membuat kamar itu tetap terlihat gelap meskipun keadaannya sudah siang.

"Siapkan air," ucapnya dengan nada memerintah.

Jadi ini syarat yang harus ku patuhi dan laksanakan sebagai istrinya. Tapi memang sudah kewajiban sebagai istri sih kalau begini.

"Baik Tuan," melangkah menuju kamar mandi.

Misa menyiapkan air hangat kedalam bathub dan menuangkan sabun yang semalam ia tuangkan. Dia tidak lagi bergumam tidak jelas karena tau Arga selalu muncul tiba-tiba di belakangnya.

Tapi sepertinya pikirannya salah, Arga tidak muncul mengagetkannya lagi.

"Airnya sudah siap Tuan," ucap Misa yang sudah keluar dari kamar mandi.

"Siapkan baju kerja," Arga melangkah menuju kamar mandi dan meninggalkan Misa.

Segera Misa menyiapkan baju apa yang akan di pakai Arga. Setelahnya ia keluar dari ruangan ganti lalu mendekati ranjang bekas tidur Arga dan membereskannya begitupun sofa yang di gunakannya.

Arga keluar dari ruang ganti yang sudah menggunakan baju yang di siapkan Misa, ia mengenakan kemeja berwarna biru langit dan tangannya menenteng jas juga handuk kecil. Handuk itu ia sodorkan ke arah Misa yang langsung dengan sigap menerimanya.

"Keringkan," ucapnya Arga lalu duduk di sofa.

Maksudnya apa sih? Misa membolak balikkan handuk itu.

"Hei, keringkan rambutku, kenapa kau diam saja!" ulangnya lagi membentak.

Bilang kek dari tadi... ngomong kok setengah-setengah.

Misa berdiri di samping Arga dan mulai mengusap usapkan handuk itu di rambut yang basah.

Kau ini selain tatapan nya kayak singa, ternyata kau juga orang yang tidak bisa berbicara dengan benar, dasar singa, kebo, si macan, si ulaar. Gerutu kesal Misa dalam hati sehingga yang tadinya mengusap usap rambutnya dengan lembut jadi seperti sedang menjambak jambak rambut Arga.

"Hei, kau mau membuat rambut ku botak!" Bentak Arga yang langsung menyingkirkan tangan Misa dari rambutnya.

Misa yang tersadar, raut wajahnya langsung berubah pucat pasi dan mematung.

"Kau ingin membunuhku, hah!" ucap Arga tajam dan berdiri.

Aku hanya menjambak Tuan, bukan menusuk, bukan menembak mu apanya yang membunuhmu.

"Ma...af Tuan, aku tidak sengaja, tadi aku melamun, maafkan aku tuan," tutur Misa memelas dengan menarik lengan kemeja Arga.

"Kau berani menyentuh ku!" Sewot Arga dan menunjuk lengan baju nya yang di tarik Misa.

Misa terperanjat oleh sentakan Arga lagi. Aku hanya memegang baju mu bukan lengan mu, memang pantas kau ku juluki singa dan si naga jahat, sifat semena-mena mu itu menunjukkannya.

"Ah maafkan saya Tuan," melepaskan cengkramannya.

"Siapkan sepatu ku."

Segera Misa berbalik menuju rak sepatu. "Ini Tuan, saya mengambil warna hitam biar tidak mencolok dengan baju anda," sekembalinya Misa berdiri di hadapan dan menenteng sepatu berwarna hitam.

"Ganti." Tanpa melirik.

"Ah, baiklah." Misa kembali ke rak mengambil sepatu berwarna cokelat.

"Warna cokelat, ini cukup bagus tuan." Menyodorkan sepatu itu ke hadapan Arga.

Menggelengkan kepala tipis, "ganti."

Menyebalkan sekali... Misa berbalik kembali dengan perasaan dongkol mengambil sepatu berwarna abu gelap.

"Yang ini tuan, apakah sudah cocok?"

Arga melirik sekilas, kemudian ia mengedikkan dagu ke arah rak. "Sepatu yang pertama, kemarikan."

"Hah!" Terlongo sejenak, tangannya terkepal kuat memegang sepatu itu, lalu berbalik melangkah ke arah rak sepatu lagi. Dia sengaja mengerjai ku... dasar singa.

Arga yang melihat ekspresi kesal Romisa, menyeringai kecil.

Misa telah kembali dengan membawa sepatu hitam. "Ini tuan." Dia meletakkan ke lantai dekat kaki Arga.

"Pakaikan."

Ck. Sabar... sabar Misa.

Misa berjongkok melepas sandal rumah yang di pakai Arga dan menggantinya dengan sepatu.

"Ini juga," melempar jas yang tadi di bawanya ke wajah Misa.

Kau mau menyiksa ku naga jahat.. mencengkram geram jas itu agar turun dari wajahnya.

Misa menghembuskan napas pelan lalu berdiri dan memakaikan jas itu ke tubuh Arga, terlihat bertambah ketampanan Arga setelah memakai pakaian kerjanya dengan lengkap.

Arga berbalik dan menunjuk kening Misa sehingga membuat Misa sedikit terjengkang ke belakang, beruntung Misa tidak terjatuh karena posisi berdirinya tegak.

"Apakah saya melakukan kesalahan lagi Tuan?" tanya Misa bingung.

"Jika pagi hari siapkan air dingin untuk mandi jangan air hangat," ucap Arga tegas.

Memang kenapa dengan air dingin?

"Kau mau membuatku tertidur lagi di kamar mandi," seakan mengerti yang di pikirkan Misa. Arga menyahutinya.

"Maafkan saya Tuan, karena saya masih awam jadi belum mengerti dengan keinginan Tuan," ucap Misa menunduk.

"Kau sudah meminta maaf berapa kali sekarang?" tanya Arga dan menatap tajam Misa.

"Saya tidak tau Tuan."

Arga mengangkat dagu Misa dengan telunjuknya.

"Renungkan kesalahanmu, dan pikirkan cara menebusnya," ucapnya dan tersenyum menyeringai.

Apakah dia benar benar jelmaan siluman singa, kejam sekali senyuman itu, bulu kuduk ku jadi bergidik ngeri. Seketika Misa berdiri membeku menatap bengong.

"Baiklah, sekarang turun ke bawah, dan jangan menunjukkan wajah sedih mu di hadapan ayah ku, bersikaplah seolah olah layaknya suami istri sesungguhnya," tutur Arga.

"Baik tuan," ucap Misa melangkah menuju pintu keluar.

BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Kris Wanti

Kris Wanti

gak bosen walau baca sampai 2kali

2021-03-31

0

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

si Arga irit ngomong jdkan Misa gak th apa maksudnya

2021-02-19

0

MeliMelo💦

MeliMelo💦

Yaelah si arga ngomong nya irit pake banget

2020-09-19

0

lihat semua
Episodes
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 116
117 117
118 118
119 119
120 120
121 121
122 122
123 123
124 124
125 125
126 126
127 127
128 128
129 129
130 130
131 131
132 132
133 133
134 134
135 135
136 136
137 137
138 138
139 139
140 140
141 141
142 142
143 143
144 144
145 145
146 146
147 147
148 148
149 149
150 150
151 151
152 152
153 153
154 154 (END)
Episodes

Updated 154 Episodes

1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
116
117
117
118
118
119
119
120
120
121
121
122
122
123
123
124
124
125
125
126
126
127
127
128
128
129
129
130
130
131
131
132
132
133
133
134
134
135
135
136
136
137
137
138
138
139
139
140
140
141
141
142
142
143
143
144
144
145
145
146
146
147
147
148
148
149
149
150
150
151
151
152
152
153
153
154
154 (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!