Dua hari berlalu, dan kini tibanya di hari H untuk Misa melepas masa sendirinya. Namun, terlihat jelas bukan kebahagiaan dan senyuman yang di tunjukkan Misa, melainkan kesedihan juga kegelisahan dari raut wajahnya.
Misa telah selesai melaksanakan shalat subuh, dan akan melanjutkan dengan membaca Al-Qur'an. Ketika Misa akan mengambil kitab suci Al-Qur'an tiba-tiba bell rumahnya berbunyi menandakan ada tamu.
Gerakan tangannya terhenti. Dia menoleh ke arah lain. Siapa itu? Apakah itu jemputan untuk ku, huh tadinya aku berharap semoga mereka lupa dengan hari ini.
Misa berjalan ke ruang tengah dengan masih menggunakan atasan mukena.
Ceklek.
Misa membukakan pintu ruangan utama.
"Assalamualaikum Neng," salam wanita paruh baya setelah pintu itu terbuka.
Bukannya menjawab Misa langsung berhambur memeluk wanita tersebut. "Bibi." Panggil Misa.
Membalas pelukan Misa. "Bukannya menjawab salam malah langsung meluk, jawab dulu salamnya Neng."
Misa cengengesan dan melepas pelukannya. "Walaikumsalam Bi, habisnya kangen banget sama Bibi udah lama juga Misa nggak jumpa," ucap Misa bergelayut manja di lengan wanita itu.
"Masuk Bi," sambung Misa dengan menarik Bibi nya ke dalam rumah.
Wanita paruh baya tersebut adalah Bibi Ita yang mengurus panti asuhan juga panti jompo yang di tinggalkan oleh sang bunda, selain itu Bi Ita juga yang mengurus Misa dari kecil layaknya seorang anak kandung.
"Bibi sama siapa kesini? Kenapa Bibi nggak ngabarin Misa dulu kalau mau kesini?" tanya Misa setelah keduanya duduk di sofa ruangan tersebut.
"Bibi tadi di jemput dan di antar kesini sama Sekertaris Paman Reno untuk menjemput Neng, bukannya sekarang adalah hari pernikahan Neng. Kenapa belum siap-siap untuk pergi ke gedung?" Heran Bi Ita yang melihat Misa masih mengenakan mukena.
"Kira Misa mau ajak Misa kabur, taunya malah jemput ke tempat itu," rajuk Misa dengan tangan memeluk perut Bibinya dari samping.
"Husss... jangan bicara seperti itu Neng, ini kan amanat Ayahnya Neng, jadi jika Neng menjalankannya sama saja neng berbakti pada Ayah," ucap Bi Ita sambil mengelus kepala Misa dengan sayang.
"Ya Bi tapi..."
"Udah nggak ada tapi-tapi an, sekarang Neng cepat siap-siap untuk ke gedung supaya di dandani karena acara nya akan di laksanakan pada jam 9, " potong Bi Ita sebelum Misa melanjutkan ucapannya.
"Baiklah Bii," ucap pelan Misa namun masih memeluk bibinya manja.
"Neng, kalau iya juga harus dengan gerakan," ucap Bibi Ita dengan suara lembut.
Misa tersenyum pada bibinya, dan beranjak menuju kamarnya.
Beberapa saat kemudian.
Misa keluar dari kamarnya dengan balutan pakaian serba hitam, celana bahannya, baju lengan panjangnya juga kerudungnya semua yang di kenakan Misa berwarna hitam membuat Bibi Ita mengernyitkan alisnya.
"Lah kenapa pakaian Neng semuanya hitam?" tanya Bi Ita heran.
"Karena Misa sedang berduka," jawab Misa yang berjalan ke arah Bi Ita.
Seakan mengerti maksud Misa, Bi Ita hanya diam dan tersenyum, ada perasaan sedih di benaknya. Karena ia tahu jika Misa tak menyukai laki-laki yang akan menjadi suaminya itu.
"Yaudah yuk Neng, nanti telat perjalanan kegedung. Kan melewati jalanan kota takut macet," ajak Bi Ita dan berdiri.
Misa hanya pasrah saat di rangkul dan di giring keluar rumah.
Sekertaris Pamannya yang semula terduduk di kursi teras berdiri karena melihat Misa dan Bi Ita sudah keluar dari rumah.
Pria itu membukakan pintu mobil penumpang untuk kedua nya. Setelah kedua nya masuk, pria itu pun masuk ke kursi kemudi dan mulai melajukan mobilnya.
Hanya keheningan di dalam mobil, tidak ada di antara mereka yang memulai obrolan. Misa lebih memilih memperhatikan pemandangan keluar jendela yang masih sedikit gelap karena matahari belum muncul sepenuhnya. Sedangkan Bi Ita melihat Misa terdiam dengan pikirannya, memilih tidak mengganggunya.
"Bi jika Misa sudah menikah, pastinya Misa tinggal di rumah dia kan? Bisakah Misa minta suruh orang untuk mengurusi rumah? Terutama bunga anggrek Misa yaa Bi," ucap Misa dengan pandangan masih melihat ke luar jendela.
"Soal itu jangan dipikirkan Nona, Pak Reno sudah mengutus orang untuk menjaga dan merawat rumah itu," ucap Pria yang sedang mengemudi.
"Syukurlah," ucap pelan Misa.
"Pak beli dulu roti di depan, sepertinya si Neng belum sarapan," perintah Bi Ita.
Sekertaris Pamannya, menuruti perintah Bi Ita, dan memberhentikan mobilnya di depan pusat perbelanjaan yang sepertinya buka 24 jam.
Bi Ita keluar dari mobil dan masuk ke pusat perbelanjaan tersebut. Misa hanya memperhatikannya tanpa berkata sepatah kata pun. Dan tidak lama kemudian Bi Ita masuk kembali dengan tangan memegang sekantung kresek makanan.
"Neng sarapan dulu roti biar ada tenaga," Bi Ita menyodorkan kantung kresek ke pangkuan Misa.
Misa masih diam tidak merespon.
Mobil kembali melaju membelah jalanan yang sudah cukup ramai oleh lalu lalang kendaraan lainnya.
Melihat Misa masih terdiam, Bi Ita membuka kresek itu dan mengeluarkan roti yang di dalamnya isi kacang kesukaan Misa, lalu menyodorkannya ke mulut Misa. Mencium bau makanan kesukaanya, gadis mungil itu menggigit roti teesebut dan mengunyahnya. Melihat itu Bi Ita tersenyum.
Mobil yang di tumpangi Misa telah sampai di gedung pernikahan, tampak banyak orang yang sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing, di lihat gedung itu begitu mewah yang di hiasi dengan berbagai macam rangkaian bunga menambah keindahan dan kemeriahan pesta.
Misa turun dari mobil yang langsung di sambut oleh dua laki-laki berjas hitam, lalu Misa dan Bi Ita diantar ke ruang rias oleh para pengawal itu, dan kini Misa sudah ada di ruangan tersebut untuk di rias.
"Cantik sekali dan terlihat sangat anggun Nona memakai gaun ini," ucap sang tukang rias setelah melihat hasil karya nya.
Misa hanya tersenyum simpul menanggapinya.
Tidak senang aku dengan pujian mu Bu, karena ini pernikahaan yang sudah di rencanakan perceraian oleh dia.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
sedihnya misa 😭😭😭😭
2021-02-19
0
Erlin Aang Kunaefi
c Egi adiknya Arga ya...
2020-06-02
1
Alia Liyana Jannah
terus kannnnnn
2020-05-09
2