Jam pulang mengajar sudah lewat namun Misa masih terduduk di kursi panjang yang ada di depan warung makan dekat sekolah. Sedangkan Rina sahabatnya sudah pulang duluan.
"Pak, es kelapanya satu," pinta Misa memesan minuman pada Bapak warung.
"Pakai gula merah atau putih Neng?" tanya Bapak warung.
"Gula merah Pak, es nya jangan terlalu banyak."
Setelah memesan Misa beranjak pindah ke dalam warung yang tanpa dinding tembok itu untuk duduk di kursi tempat makan. Misa melipat kedua lengannya di atas meja makan dan ikut merebahkan kepala di atas kedua lipatan lengannya.
Hah... Rasanya males banget pulang ke rumah kalau harus bertemu si singa.
Misa memiringkan kepala untuk melihat pergelangan tangannya yang memakai jam.
"Astaghfirullah," latah Misa kaget dengan penglihatannya dan refleks menegakkan kepala.
"Ini jam tangan yang rusak apa penglihatan ku yang sudah tidak normal. Cepat sekali sudah jam 4 saja?" Ocehnya menepuk benda bulat yang melekat dengan kulit tangannya itu.
Bapak warung yang hendak memberikan pesanan, menatap heran dengan tingkah Misa. "Ada apa sih Neng?" tanyanya sambil meletakkan gelas es kelapa di atas meja.
"Eh, tidak apa-apa Pak, " jawab Misa tersenyum cengengesan dan langsung menyambar gelas di hadapannya lalu meminumnya.
"Neng, kok tumben belum pulang? Kan yang lain udah pada pulang," tanya Bapak Warung yang ikutan duduk tidak jauh dari meja Misa.
Misa tersenyum menimpali ucapan bapak warung.
"Iya Pak, nih baru mau pulang, makasih minumannya pak, ini uangnya." Misa menyodorkan uang 20 rb yang di rogoh dari saku bajunya dan meletakkan di atas meja.
"Eh, Neng Bapak bukan bermaksud mengusir Neng loh," ucap Bapak warung dengan wajah bersalah merasa tak enak.
"Tidak kok Pak, saya tidak merasa seperti itu. memang sudah waktunya saya pulang, sudah larut sore," jawab Misa lalu beranjak berdiri.
"Oh gitu, ini kembaliannya Neng," hendak memberikan uang pada Misa. Namun Misa langsung melangkah keluar dan mengucapkan salam pamit.
*****
"Sudah Pak di sini saja." Instruski Misa pada bapak ojek yang mengantarnya. Ia turun dari jok motor dan memberikan selembaran uang.
Tukang ojek tampak heran dengan melihat gerbang yang menjulang tinggi dan kokoh itu lalu melirik Misa.
"Kenapa Pak, apa ongkosnya kurang?" heran Misa yang melihat ojeknya belum berbalik pulang.
"Eh, nggak Neng, itu helem nya." Menunjuk ke arah kepala.
Misa meraba kepala nya dan tersenyum malu. "Maaf pak saya lupa." Memberikan helem ke Bapak Ojek
"Iya Neng tidak apa. Ya sudah saya permisi Neng," sambung Bapak ojek menundukkan kepala santun dan berlalu meninggalkan Misa.
Misa berbalik hendak membuka gerbang, namun gerbang sudah terbuka sendiri oleh penjaga rumah yang memantau dari balik layar cctv. Ia masuk ke dalam dan berjalan melewati taman.
"Wah tamannya indah sekali, banyak bunga nya juga, wah ada anggrek juga.. hmm jadi kangen dengan anggrek di rumah ku, bagaimana keadaannya yaa?" Gumam Misa di sela langkah kakinya.
Dia terus berjalan hingga masuk ke dalam pintu utama yang langsung di sambut oleh Bi Ane.
"Selamat datang Nona," sapanya pada Misa yang baru memasuki pintu utama.
"Iya Bi," balas Misa. "Hmm.. Bi, suami saya udah pulang?" tanya Misa yang mendekat ke arah Bi Ane.
"Tuan belum pulang Nona, sepertinya sebentar lagi," jawab Bi Ane yang langsung di balas anggukkan kepala oleh Misa.
"Kalau Ayah gimana keadaannya Bi, dan ada dimana?" tanya Misa lagi pada Bi Ane namun belum Bi Ane menjawab sudah di potong oleh orang yang tak di undang.
"Wah wah wah baru sehari tinggal di sini tapi sudah berani pulang telat," sambar Bibi Lara yang baru keluar dari ruangan lain yang sepertinya sebuah kamar. Ia berjalan lenggak lenggok menghampiri Misa, melipat kedua tangannya di depan dada dan berdiri angkuh.
Kenapa lagi nenek lampir ada di sini? Misa menghela napas pelan dan menatap sebal
"Dari mana saja kamu? Seharusnya wanita rendah seperti kamu itu mengaca diri, sudah baik kau di tampung di keluarga terhormat seperti kami, malah keluyuran dan pulang sampai telat gini," sarkase Bibi Lara menatap sinis pada Misa.
Misa balas dengan senyuman, dan bersikap tenang.
"Bibi saya ini profesi nya sebagai guru SLTA, wajar saja jika saya pulang jam segini, dan kalau di lihat juga saya pulang tidak terlalu telat, bukannya yang paling terpenting saya sudah ada di rumah sebelum suami saya pulang," ucapnya dengan tenang.
Bibi Lara mulai geram dengan sikap Misa yang masih tetap tenang. Ia mulai menatap menantang angkuh.
"Cih, pantas saja kau menikah dengan keponakan saya, ternyata hanya seorang guru. Pintar juga kau mencari mangsa," Bibi Lara mengolok yang tetap di balas dengan sikap Misa yang tenang.
Padahal Misa mulai gemetar karena menahan gejolak amarah dan emosi nya.
"Iya bi, karena saya pintar makanya saya dapat mangsa yang sangat bagus," ucap Misa masih dengan senyuman.
"Kau!" geram Bi Lara.
"Dasar wanita licik, lihat saja saya akan membuat putra melihat niat jahat mu ke keluarga ini," sambungnya geram menunjuk wajah Misa.
Misa menurunkan telunjuk Bi Lara yang tepat di depan wajah nya dan berucap.
"Silahkan Bibi, saya akan menunggu waktu itu tiba," ucap Misa yang membuat Lara semakin kesal, karena terlalu emosi Lara memilih pergi meninggalkan Misa yang masih memasang senyuman kepadanya.
Di balik tubuh mungil Nona ternyata ada keberanian yang luar biasa, gumam Bi Ane dalam hati yang sejak tadi memperhatikan perdebatan mereka merasa takjub.
Misa menarik napas panjang lalu mengeluarkannya dengan kasar untuk membuang emosi yang masih menggunuk di hatinya. Kalau di pikir aku hidup di rumah ini bagai di neraka, yang di dalamnya semua makhluk astral yang aneh. Sabar...sabar Misa.
"Nona, apakah Nona baik-baik saja?" tanya Bi Ane yang di balas anggukkan kepala.
"Saya ke atas dulu ya Bi, jika suami saya sudah pulang tolong panggilkan saya," ucap Misa dan berjalan menuju kamarnya setelah mendengar kata. "Baik," dari Bi Ane.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
makhluk astral semua jd ngakak🤣🤣🤣
2021-02-19
0
HaLmiati Page
Daniah saga versi islami 😍😍
2020-06-17
2
Erlin Aang Kunaefi
wiiiih
2020-06-02
0