4

"Baiklah, pelajaran hari ini sampai disini, jangan lupa tugas di paket A tadi di kerjakan." ucap Misa mengakhiri pelajaran sambil merapihkan buku ajar.

"Pasti dong Bu, apa sih yang nggak buat ibu. Sekalipun tugas segunung akan tetap aku kerjakan jika itu dari ibu." Gombalan salah satu murid laki-laki yang biasa menggombali.

"Caelaah modus lu. Udah di kasih tugas berjibun baru tau rasa lo," sahut teman sebangkunya.

"Sirik aja lo, huh." Dengus Hendri.

"Cih, hellow gak sudi gue sirik sama buntelan kadut kayak lo." Sewot Ito.

Misa menghembuskan napas kasar. Selalu seperti ini... "Sudah cukup berantemnya, jangan lupa minggu depan kita akan mengadakan ulangan harian, ibu harap nilai kalian pada bagus nggak jeblok lagi kayak kemarin," tutur Misa.

"InsyaAllah Bu, nanti otak ku akan ku panaskan dulu supaya encer nggak beku," celetuk hendri lagi.

Misa menggeleng kecil beberapa kali sembari melangkah ke arah pintu keluar. Ada-ada aja mereka.

Namun, langkah Misa terhenti di ambang pintu. Dia mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru kelas mencari murid yang katanya sudah 3 hari tidak masuk sekolah tanpa keterangan, pandangan Misa terhenti pada sesosok laki-laki di bangku paling pojok yang sedang berkutat dengan buku.

"Egi, tolong ikut ibu ke kantor sebentar," ucap Misa pada murid yang bernama Egi itu.

Seketika ucapan Misa membuat gaduh para murid di kelas tersebut, dan mulai banyak yang berkata aneh, terutama para kaum adam yang memintanya kenapa bukan ia yang di pinta seperti itu.

Misa meninggalkan kelas dengan Egi mengekori dari belakang. Dia berjalan melangkah dengan tenang melewati lorong setiap kelas untuk menuju kantor guru.

Sedangkan Egi yang mengekori dari belakang berjalan sambil terus melirik ke arah depan, ada senyuman melengkung di bibirnya entah apa yang di pikirkannya, yang jelas bukan pikiran kotor yaa.

Sesampainya di kantor guru, Misa menyuruh Egi mengambil kursi tanpa sandaran agar Egi bisa duduk di depan meja nya, kini Misa dan Egi duduk berhadap hadapan.

Deg...deg... Detak jantung Egi berdetak sangat cepat ketika melihat Misa di hadapannya yang jaraknya lumayan dekat.

"Baiklah Egi, ibu to the point aja yah, sebenarnya Egi ada alasan apa, kenapa nggak masuk sekolah sampai 3 hari berturut turut dan tanpa keterangan?"

Egi diam tak menjawab dan hanya menatap datar.

Melihat Egi diam saja Misa mengernyitkan alisnya.

"Egi, apa kamu tidak bisa memberikan alasan yang jelas dengan ketidak hadiran itu?" tanya Misa sekali lagi pada Egi.

Namun yang di tanya hanya diam, dan hanya menghembuskan napasnya dengan kasar.

"Ibu selaku wali kelas mu, adalah sebagai ibumu di sini. Jadi bisakah kamu memberikan alasannya itu?" tanya Misa yang masih dengan tenang menunggu kata yang terucap dari bibir muridnya itu.

Dan lagi-lagi Egi hanya terdiam dan kini pria tampan itu menatap tajam ke arah Misa.

Di tatap seperti itu Misa jadi sedikit takut untuk bertanya lagi dan sepertinya Misa menyerah untuk bertanya lagi.

"Baiklah Egi jika kamu belum bisa menceritakan apa alasannya, bisa lain waktu kamu ceritakan pada ibu. Tapi untuk seterusnya jika kamu tidak datang ke sekolah, usahakan titipkan surat yang jelas keterangannya agar kamu di anggapnya tidak bolos. ibu berbicara seperti ini demi kebaikan mu Egi," jelas Misa dan di akhiri dengan senyuman.

Sreet.

Egi secara tiba-tiba berdiri. "Bu Misa bukanlah ibu Egi," ucapnya datar.

Eh... kaget Misa mendongak menatap heran.

"Egi pamit, Assalamualaikum," salamnya dan meninggalkan meja Misa.

"Wa-walaikumsalam," terbata Misa menatap kepergiannya.

Ada apa dengan anak itu? Di tanya baik-baik malah bicaranya begitu.

Rina yang baru masuk ke kantor guru. Ia melihat Misa seperti sedang kesal terlongo diam. Rina menghampirinya. "Kenapa Mis, kayak kusut banget tuh wajah?" tanyanya sambil memasuki area meja dan duduk di kursinya.

"Entahlah Rin, itu murid yang kemarin bolos di tanya kenapa alasan bolosnya malah diem aja, jadinya kan kesel," gerutu Misa cemberut.

"Haha, seriusan kamu di gondokin sama tuh murid, biasanya kan kalau muridnya laki laki suka semangat banget pengen bisa ngomong sama kamu."

Di tertawakan oleh sahabatnya membuat Misa tambah kesel. Namun yang menertawakan malah semakin menggodanya.

"Sudah jangan di tekuk gitu wajahnya, kayak tokek yang belum dapet cicak deh raut wajah mu Mis," goda Rina mencolek dagu Misa.

Misa menoleh. "Emang kamu tau wajah tokek kayak gimana kalau belum makan?" tanyanya polos.

"Haha... iya seperti kamu nih," tawa Rina pecah melihat raut wajah Misa yang semakin Sebel karena ulahnya.

Pak Dani yang baru masuk keruangan guru, di suguhkan langsung dengan pemandangan dua sahabat itu, menyunggingkan senyum di bibirnya dengan mata terus menatap ke arah Misa.

"MasyaAllah, melihatmu seperti itu tambah imut saja Misa," gumam pelan Dani dan berjalan menghampiri keduanya. "Ekhem," deheman Pak Dani membuat tawa Rina reda.

"Eh Pak Dani, udah selesai kelasnya Pak?" tanya Rina.

Misa lebih memilih diam dan mengabaikan.

"Iya, nggak ke mushola bu? Kan bentar lagi mau Adzan Dzuhur." tanya Pak Dani namun matanya malah menatap Misa.

Rina yang melihat Pak Dani terus menatap Misa, mengernyitkan alisnya. Yang nanya siapa, tapi mata kemana.

"Iya nih mau kesana, iya kan Misa," ucap Rina beranjak dari duduknya.

Misa ikut berdiri lalu menarik lengan Rina. "Iya Pak, kami duluan, Assalamualaikum," pamit Misa dan berjalan beriringan dengan Rina.

"Walaikumsalam," jawab Pak Dani telat setelah Misa pergi sedikit jauh.

*****

Sementara itu di sebuah ruangan besar.

"Tang, jemputlah wanita itu, " ucap pria yang duduk di kursi kebesarannya. Ada nada enggan dalam kalimat yang di ucapkannya.

"Baik tuan," jawab tegas pria berjas itu dengan menundukkan kepala hormat.

"Sudah tau kan alamat rumah wanita itu?"

"Iya tuan," jawabnya.

*****

Seperti biasanya Misa pulang dari mengajar dengan berjalan kaki. Sempat di tawari oleh Rina juga Pak Dani namun Misa menolaknya. Dengan langkah santai, sesekali bersenandung kecil.

Langkah kaki Misa terhenti kala melihat mobil mewah berwarna hitam terparkir di depan pagar rumahnya, Misa melirik plat mobil tersebut dan mengernyitkan alisnya.

Mobil siapa itu? Paman kan plat mobilnya bukan seperti itu. Ah, abaikan sajalah, siapa tau hanya numpang parkir di depan rumah.

Misa pun melanjutkan langkah kakinya dan melewati mobil hitam itu begitu saja. Ketika Misa hendak membuka kunci pagar, terdengar pintu mobil itu terbuka menandakan seseorang keluar dari dalamnya. Namun Misa lebih memilih mengabaikannya.

"Nona Romisa Arya Putri Wiguna," ucap seseorang di belakangnya, menghentikan gerakan tangan Misa yang akan membuka gembok pagar.

"Siapa anda bisa tau nama lengkap saya?" jawab Misa dan membalikkan badannya melihat orang yang memanggilnya tadi.

Tampak laki laki dengan balutan jas abu tua, dengan badan tinggi sehingga Misa harus mendongakkan kepala melihat wajahnya, terlihat wajah itu cukup tampan, namun ekspresinya sangat datar.

"Tuan sudah menunggu anda Nona," ucapnya dengan wajah datar.

"Siapa Tuan anda hah? Saya tidak kenal," balas Misa dengan nada agak tinggi.

"Tuan saya Arga Putra, saya sebagai Sekertarisnya. Nona, bisa ikuti saya," jelasnya masih dengan wajah datar.

Arga Putra? Misa termenung berpikir mengingat-ingat saat mendengar nama yang belakangnya ada marga Putra nya itu. Ah, dia kan orang yang di sebutkan Ayah dalam surat wasiat. Tapi... Melirik ragu penuh selidik ke arah pria itu.

"Tuan saya telah mendengar mengenai anda yang menyetujui wasiat perjodohan itu dari Paman anda, jadi sekarang Tuan ingin menemui anda sebagai perkenalan," ucap Sekertaris Tang seakan mengerti apa yang di pikirkan oleh Misa.

Misa masih menatapnya ragu, hingga akhirnya menghela napas pelan saat di tatap dingin oleh pria itu. "Baiklah," jawabnya pasrah.

Sekertaris Tang membukakan pintu penumpang, dan mempersilahkan Misa masuk. Misa hanya menurut memasuki mobil dan duduk di kursi.

Mobil mulai melaju dengan kecepatan sedang, di dalam mobil Misa hanya bisa membisu dan melihat ke arah jendela, pikirannya entah kemana berkelana.

Ada rasa takut menyeruak dalam diri Misa ketika memikirkan akan bertemu dengan laki laki yang bernama Arga itu. Semoga saja dia laki-laki yang benar baik dan ramah.

Mobil terus melaju membelah jalanan membawa Misa yang masih termenung dengan pikirannya. Sedangkan sekertaris Tang fokus menyetir menatap lurus kedepan.

Lambatnya kecepatan mobil yang di tumpangi menandakan bahwa ia sudah sampai tempat tujuan, mobil itu berhenti di depan gedung tinggi dan mewah. Tang turun lebih dulu dan membukakan pintu mobil penumpang.

"Silahkan Nona, kita sudah sampai," ucapnya ketika sudah membukakan pintu.

Misa yang pikirannya masih melayang akhirnya tersadar dengan ucapan Sekertaris Tang, ia menurut turun dari mobil, seketika matanya memidai bangunan tinggi tersebut dengan sedikit keheranan dan jantung berdebar takut.

Bukankah ini hotel kelas atas, mau apa dia mengajak menemuiku di tempat seperti ini? Apa dia akan berniat jahat terhadap ku?

"Mari ikuti saya," instruksi Sekertaris Tang menyadarkan kembali lamunan Misa.

Misa mengikuti setiap langkah kaki orang di depannya dengan pandangan menunduk tanpa memperhatikan sekitarnya, karena Misa tidak terlalu peduli yang Misa takutkan orang yang di temuinya akan berbuat jahat.

Setelah menaiki lift dan berjalan, langkah kaki orang di depannya terhenti di susul Misa ikut berhenti.

"Silahkan masuk Nona, dan tunggulah di sofa," perintah Sekertaris Tang pada Misa yang sudah membukakan pintu sebuah kamar.

Misa memasuki ruangan tersebut yang luas dan elegan, banyak barang-barang mewah di dalamnya serta peralatan rumah yang merupakan perabotan rumah berkualitas tinggi. Ia menduduki sofa yang ada di ruangan tersebut.

Eh, kemana Sekertaris tanpa ekspresi itu? kenapa aku di tinggal di sini? Aku tidak akan di jual kan?

Ceklek.

Pintu dihadapan yang berada tidak jauh dari Misa terduduk terbuka lebar.

Seketika Misa refleks berdiri, menatap pada pintu itu dengan pandangan memincing curiga penuh kewaspadaan.

Dari pintu terbuka tersebut, tampak sesosok laki laki dengan badan tegap, wajahnya begitu tampan rupawan menyempurnakan penampilan tubuhnya yang gagah.

Setelah pria tampan itu keluar, Sekertaris Tang membuntutinya dari belakang. Keduanya berjalan mengarah ke Misa. Aura dari laki laki itu begitu tajam akan wibawanya, membuat Misa seketika terpaku diam dengan jantung berdetak cepat.

Arga duduk di sofa tunggal sebrang Misa dan Sekertaris Tang berdiri di samping yang tidak jauh darinya.

"Duduklah," perintah Arga pada Misa yang masih mematung.

Misa mengikuti perintahnya dan duduk di sofa yang tadi Misa awal duduk.

Benarkah dia Arga Putra?

"Berapa umur mu?" tanya Arga tegas.

"Du..a puluh sa..tu," jawab Misa terbata.

Kenapa aku terbata seperti ini? Apa aku takut dengan wajah dinginnya itu?

"Sudah tahu anda, saya undang kesini?" tanyanya lagi.

Misa menganggukkan kepalanya. "Sudah, untuk perkenalan sebelum pernikahan terjadi."

Arga tersenyum sinis dan melirik Tang. "Sepertinya kau salah menduga, Tang jelaskan," perintah Arga pada Sekertarisnya.

Salah menduga? Maksudnya? Alis Misa berkerut dalam menandakan kebingungan.

Tang maju kedepan dan mulai berbicara pada Misa. "Tuan mengundang anda kemari untuk memberitahukan bahwa pernikahan Nona dan Tuan akan di langsungkan 2 hari lagi, dan sebelum pernikahan itu berlangsung tuan ingin mengajukan syarat-syarat yang harus di penuhi dan patuhi oleh Nona," jelas Sekertaris Tang.

"Bukankah 2 hari terlalu cepat?" tanya Misa, namun bukan masalah hari pernikahan sebenarnya yang mengganjal di hati Misa tapi, ucapan mengenai syarat-syarat yang di ajukan.

"Itu sudah keputusan dari tuan besar, ayahnya tuan Arga," ucap kembali Sekertaris Tang.

"Baiklah. Tapi kenapa harus ada syarat-syaratnya segala?" tanya Misa lagi.

"Ini sudah ketentuan dari tuan Arga, agar Nona tidak mengganggu hidupnya selama menjadi istrinya." Jelas Tang.

"Hah," Misa terdiam mendengar kata. Selama jadi istri nya. Berarti dia berniat menceraikan ku. Kemudian, dia menatap kembali ke Tang.

"Baiklah, Apa syarat-syarat itu?"

Sekertaris Tang tampak menoleh ke arah Arga untuk meminta persetujuannya, Arga mengangguk kecil tanda setuju.

"Setelah Nona resmi menjadi istri Tuan Arga, Nona di wajibkan menjalankan kewajiban sebagai layaknya seorang istri yang taat dan patuh. Dan ada satu hal yang harus di ingat soal hubungan dewasa suami istri yang tidak perlu dikhawatir, karena tuan Arga tidak akan menyentuh Nona," jelas Sekertaris Tang menjelaskan syarat-sayarat itu.

Aku tahu apa yang harus aku lakukan jika hanya kewajiban selayaknya istri itu. Dan bahagianya aku dengan kalimat terakhir, setidaknya jika dia benar-benar berniat menceraikan ku kelak. Diri ku masih virgin.

"Nona jangan pernah melanggar syarat yang di ajukan tuan jika tidak ingin di ceraikan saat itu juga dan menjatuhkan kehidupan Nona sampai ke titik terendah. Bagaimana Nona, anda menyetujui syaratnya? Saya sudah merekam ini semua sebagai tanda bukti Nona menyanggupi syarat," ucap Sekertaris Tang dengan menunjuk pada kamera yang ada di atas bufet hias.

Degh... bagai pukulan untuk hati Misa saat mendengar ancaman itu. Cerai? Menjatuhkan hidup ku? Dia benar-benar pria menakutkan.

"Saya menikahimu hanya karena wasiat perjodohan dan permintaan dari ayah saya, jadi jangan mengharapkan lebih dari hubungan seperti itu," ucap Arga dan menatap tajam Misa.

Misa menghela napas pelan, menatap tak terbaca. Siapa juga yang mengharapkan lebih, aku juga sama, Tuan Arga yang terhormat, saya menerima perjodohan ini karena surat wasiat dari ayah.

"Iya Tuan, saya paham." Jawab Misa mengangguk pelan.

Arga melirik Sekertaris Tang, sedangkan Tang yang seakan mengerti akan lirikannya menatap Romisa dan berkata.

"Baiklah, Tuan saya telah selesai menyampaikan maksudnya, Nona mari saya antar kembali ketempat anda," ucap Sekertaris Tang dan berjalan ke arah pintu.

Apa dia mengusirku? Tangan Misa mencengkram kuat pada tas di pangkuannya.

"Baikalah saya pamit, Assalamualaikum Tuan," ucap Misa beranjak berdiri dan menundukkan kepalanya sebagai hormat pada Arga.

Lalu dia berjalan ke arah Sekertaris Tang yang sudah berdiri di depan pintu. Tang membukakan pintu ketika Misa telah sampai di dekatnya dan berjalan mengikuti Misa dari belakang.

BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Kris Wanti

Kris Wanti

hati hati Tuan Arga kena karma bucin kronis😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄

2021-03-30

0

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

lama" Arga jd bucin sama misa yg imut😘😘😘

2021-02-19

0

Errna Errna Errna

Errna Errna Errna

entr lma" jga bucin

2020-06-13

1

lihat semua
Episodes
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 116
117 117
118 118
119 119
120 120
121 121
122 122
123 123
124 124
125 125
126 126
127 127
128 128
129 129
130 130
131 131
132 132
133 133
134 134
135 135
136 136
137 137
138 138
139 139
140 140
141 141
142 142
143 143
144 144
145 145
146 146
147 147
148 148
149 149
150 150
151 151
152 152
153 153
154 154 (END)
Episodes

Updated 154 Episodes

1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
116
117
117
118
118
119
119
120
120
121
121
122
122
123
123
124
124
125
125
126
126
127
127
128
128
129
129
130
130
131
131
132
132
133
133
134
134
135
135
136
136
137
137
138
138
139
139
140
140
141
141
142
142
143
143
144
144
145
145
146
146
147
147
148
148
149
149
150
150
151
151
152
152
153
153
154
154 (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!