KASTIL BINTANG
Bahkan dalam badai hujan dan petir yang menyala-nyala di luar panti asuhan aku masih bisa mendengar tangisan Lori yang melengking berderu bersahut-sahutan dengan bunyi petir, suaranya terdengar mengkhawatirkan. Tangisan Lori menggema di sepanjang lorong, jadi aku dengan mudah bisa menemukannya di lantai dua di dekat tikungan lorong. Lori berdiri di depan pintu kamar mandi, dia menggigil memeluk tubuhnya sendiri sambil terus menangis aku bergegas menutup mulutnya dengan tanganku dan memintanya untuk segera diam atau para pengasuh akan bangun dan kita akan dalam masalah. Nyonya Marta paling tidak suka jika ada anak tidak tahu diri yang mengganggu tidurnya, jika kau pernah melihatnya terbangun tengah malam, dengan mata merah melotot, rambut mencuat acak-acakan seperti penyihir dan rahang yang mengeras karena kesal, kau akan segera mengerti mengapa kami tidak boleh membangunkannya. Wajah murka Nyonya Marta yang menyeramkan bisa membuat anak nakal manapun akan kencing di celana.
Lori baru berumur tujuh tahun dan kejadian ini membuat tubuh kecilnya terguncang, dia terlihat sangat ketakutan. hanya anak-anak tidak punya otak yang tega mengganggu dan menakuti anak sekecil Lori di tengah malam seperti ini, dan aku tahu siapa para berandalan itu. Pika dan teman-teman sudah mengincar Lori sejak tadi pagi, itu karena kotak kardus yang dibawa Lori bersamanya.
Aku melepas jaketku dan memakaikannya pada Lori, aku menarik resleting jaket agar dia merasa hangat, aku mengusap pipinya yang basah karena air mata, merapikan rambut poninya.
Aku mencoba untuk menenangkan Lori.
"Apa kau baik-baik saja?" tanyaku.
Lori mengangguk kecil, air matanya masih mengalir dari sudut matanya.
"Apa mereka melukaimu?" aku bertanya lagi.
Lori menggeleng dan sambil menahan air mata dia bergumam pelan, "Mereka membawanya, aku melihatnya aku bersumpah, aku ingin menghentikannya tapi mereka mengatakan kalau aku tidak pergi mereka akan mengunciku di dalam loteng. Kak Sia aku tidak ingin dikunci dalam loteng, di sana itu gelap dan ada hantunya."
"Kau aman sekarang, tidak ada yang akan membawamu ke sana aku berjanji," kataku.
Lori tampak bingung dan takut.
Aku menatap Lori berusaha untuk meyakinkannya bahwa tidak akan ada yang menyakitinya.
Aku berkata, "Kau tahu mereka ada di mana?"
Lori tampak ragu-ragu, sepertinya dia takut sesuatu yang buruk akan menimpanya jika dia banyak bicara, jadi aku menggosok kedua lengan kurusnya.
"Tidak akan ada yang tahu kalau kita bertemu di sini," kataku bersungguh-sungguh, "kita harus menyelamatkan Mike kan?"
Lori berseru, "Apa mereka akan membunuhnya?"
Lori tampak akan meraung lagi jadi aku menekan kedua pipinya dengan telapak tanganku.
"Tidak, kurasa mereka tidak akan berani melukai Mike tapi, kita harus cepat-cepat menemukannya. Pika itu kadang-kadang suka jadi gila dan di luar sedang ada badai hujan, kau harus memberitahuku mereka ada di mana?" kataku.
Lori tampak akan terdiam sangat lama lalu kemudian pelan-pelan dia mengangkat tangan kanannya menunjuk ke arah tangga di lantai tiga.
Di lantai tiga, di ujung lorong ada sebuah gudang tak terpakai, Pika dan teman berandalan nya pasti ada di sana.
Aku berkata, "Sekarang kembalilah ke ranjangmu, jangan sampai Nyonya Marta melihatmu keluar tengah malam."
Lori bertanya, "Apa kau akan menghajar mereka?"
"Kurasa aku akan menjambak rambutnya, bagaimana menurutmu?" kataku.
Mendengarnya Lori tidak bisa menahan senyum kecilnya yang manis.
"Aku butuh bantuanmu, apapun yang terjadi malam ini, besok pura-pura lah untuk tidak tahu apapun, apa kau bisa melakukannya?" aku meminta.
Lori akhirnya mengangguk dan aku mencium keningnya. Lori pergi sambil sesekali melihat ke belakang memastikan bahwa aku masih berdiri menatapnya. Aku menunggu hingga Lori pergi menghilang di balik tembok lorong lalu aku bergegas menaiki tangga ke lantai tiga menuju gudang. Aku mengepalkan tanganku, ada urusan yang harus diselesaikan dan aku akan memastikan kalau kawanan berandalan menyebalkan itu akan mendapatkan balasan setimpal dari perbuatannya, beraninya mereka membawa Mike, menakuti Lori dan mengganggu tidurku.
Aku membuka pintu gudang dan menemukan Pika, Bona, Mia, sedang menunduk mengaduk-aduk isi kotak kardus, mereka tampak seperti anjing yang mencari sisa makanan di tempat sampah.
Saat Pika menyadari aku sedang melihat mereka, Pika berdiri dengan cepat. Bahu Pika menegang, wajahnya campuran kaget dan malu. Bona dan Mia serempak mengikuti bos mereka menunjukkan muka pencuri yang tertangkap basah.
"Ck ... Ck ...," kataku.
Aku berjalan masuk dan menutup pintu di belakangku.
"Lihat siapa yang mengendap-endap di dalam gudang dan mencuri," seruku.
"Kami tidak mencuri," kata Pika, angkuh seperti biasanya.
"Oh ya," kataku.
Lalu, aku menunjuk leher Bona yang terkesiap dan berseru, " lalu apa yang ada di leher temanmu itu, seingat aku dia tidak pernah punya kalung seperti itu."
Seketika wajah bulat Bona memerah, membengkak seolah balon yang akan meledak. Bona cepat-cepat melepas kalung manik-manik di lehernya dan melemparnya kembali ke dalam kotak di dekat kakinya.
"Aku tidak ... aku hanya meminjamnya sebentar, mencobanya di leherku, aku tidak berniat mengambilnya," kata Bona tergagap.
Mia mencoba menyembunyikan kaca rias kecil di tangannya ke balik punggung dan tersenyum kaku seolah, aku tidak bisa melihat perbuatan buruknya.
"Sepertinya kalian lupa dengan sembilan peraturan utama," kataku.
Aku mengingatkan Pika, dan gerombolan berandalan itu kalau-kalau mereka lupa betapa pentingnya sembilan peraturan utama dan tidak ada siapapun yang boleh melanggarnya kecuali mereka ingin berakhir mengenaskan.
Sembilan peraturan utama dibuat bahkan sebelum Nyonya Marta mendirikan panti asuhan ini, peraturan pertama dan yang paling utama dari sembilan peraturan utama adalah tidak boleh mengolok-olok atau bicara jelek tentang nyonya Marta baik di depannya ataupun di belakangnya. Yang kedua: tidak boleh bahkan dalam pikiranmu untuk mencuri, tidak ada ampun bagi pencuri.
Mia yang paling penakut bergetar ketakutan, aku ingin menakuti mereka lagi tapi aku segera teringat pada Mike, kucing milik Lori.
Mike tidak bersama gerombolan berandalan itu dan itu membuatku khawatir.
"Ini semua tidak dipakai lagi, mereka tidak memerlukannya lagi, tidak akan ada yang mencarinya," kata Pika.
Pika mencari alasan mencoba membela diri tapi aku tidak terlalu peduli lagi padanya.
Aku menunduk untuk melihat di antara tumpukan kursi kayu, meja dan di sela lemari, tapi tak melihat Mike ada di sana.
"Bukan karena tidak dipakai lalu bisa menjadi milikmu, mencuri tetaplah mencuri, jika nyonya Marta tahu kalian akan berakhir di tiang gantungan," kataku.
Aku memutar badan melihat sekeliling gudang.
Aku mencari di antara tumpukan kardus dan kasur bekas dan tidak menemukan Mike, dia tidak ada ada di sana, karena jika dia ada di dalam gudang ini, kucing itu pasti akan meloncat keluar dari persembunyiannya dan menghampiriku.
Bona sepertinya memperhatikanku mencari sesuatu dan menebak dengan menggunakan isi kepalanya yang kosong.
"Kau bisa mengambil juga, kami tidak akan memberitahu siapapun," kata Bona, "ada banyak barang bagus di sini, asal …."
Aku menghela nafas dan menatap Pika.
"Dimana kalian menyembunyikannya?" tanyaku.
"Apa?" kata Pika.
Pika memutar ujung rambutnya yang bergelombang, bertingkah seperti dia cantik saja.
"Jangan pura-pura, aku tahu kalau kalian membawa Mike," kataku.
Pika memasang wajah bodoh.
"He, siapa?" seru Pika.
Aku menegakkan bahuku dan berkata, "Kucing hitam yang kalian ambil dari Lori, itu kucing kami."
Pika menatap langit-langit dan berkata, "Kucing apa itu aku belum pernah melihatnya."
Mia membuka mulut dan mengatakan sesuatu tanpa bersuara tapi aku tahu artinya : 'kucing itu'.
Pika segera memelototi Mia hingga dia kembali menutup bibirnya rapat-rapat.
"Tidak ... tidak ... kami tidak membawanya, kau bisa mencari di tempat lain dia tidak ada di sini," jawab Pika.
Tapi, aku bisa melihat kalau Pika berbohong.
Ini mungkin sudah lewat jam satu malam, hujan belum berhenti turun, petir menyambar seperti hujan bom yang jatuh dari langit. Aku mengantuk, lelah, terlebih aku mengkhawatirkan Mike, aku harus membuat Pika membuka mulut dan menemukan Mike segera.
Aku berkata, "Aku tahu kalian yang membawanya, apa yang sudah kalian lakukan pada Mike?"
Aku menatap Pika dengan tajam. Aku memberi Pika pesan dengan sorot mataku bahwa aku tidak akan mengulangi pertanyaanku lagi bahwa dia harus menjawabnya sekarang sebelum aku melakukan sesuatu yang buruk pada rambut gelombang kesayangannya yang menyebalkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Willyam Loius
Iseng mampir... abis baca yg satu ini, hmm lumayan menarik!!
2024-01-11
0