Mike dan Torc

Keesokan  harinya, di pagi hari. Torc yang sama mendatangiku kembali, dia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku terbangun dan berusaha untuk tidak menunjukkan ekspresi terkejut, karena itu mungkin akan membuatnya tersinggung.

Torc menyeringai menunjukkan gigi bersihnya yang renggang dan bertaring, seolah Torc pernah dipukul di mulut hingga sebagian gigi depannya tanggal dan rusak.

Torc itu berseru, "Kau akhirnya tidur di atas kasurmu."

Aku menguap dan merenggangkan tubuhku.

"Yeah," kataku, "bisakah kau mundur sedikit, aku ingin bangun."

Torc merangkak mundur.

Aku menyeret tubuh hingga punggung ku menyandar di sandaran ranjang.

Torc menoleh ke belakang ke arah nampan berisi makanan di atas meja rias.

"Aku membawakan Nona Alesia baju dan sarapan pagi," seru Torc.

Aku melirik makanan di nampan dan kurasa jumlahnya terlalu banyak untuk di habiskan seekor kucing. Kurasa aku tidak akan bertemu Nyonya Lucy di meja makan pagi ini. 

"Apa Nyonya Lucy menungguku di ruang makan?" tanyaku.

Torc menggeleng sambil terus menyeringai, seolah rahangnya kaku.

Itu membuatku sedikit kecewa, kupikir aku akan berbincang dengannya lagi pagi ini, masih ada  banyak pertanyaan  yang harus kutanyakan.

Aku bergumam, "Mengapa Nyonya Lucy tidak memanggilku? Sedang apa dia sekarang?"

"Nyonya Lucy terlalu sibuk," seru Torc,  "apa kau pikir kau akan bertemu dengannya setiap pagi, dia tidak punya waktu untuk terus mengurus anak kecil sepertimu, sekarang ganti baju dan habiskan sarapannya. Kita harus segera pergi ke rumah kaca dan memanen stroberi."

Stroberi! Seumur hidupku aku belum pernah melihat pohon stroberi. Aku segera keluar dari selimut dan memakai sandal tidurku. Aku memanggil Mike tapi aku tidak mendengarnya mengeong menjawab. Aku memanggil Mike lagi tapi tak ada jawaban. Kucing pemalas itu mungkin masih tidur pulas, aku merangkak ke tengah ranjang dan melempar selimut ke lantai.

Mike juga tidak ada di kasur.

"Apa kau melihatnya?" tanyaku.

Torc terkesiap.

"he apa? Melihat apa?"

"Kucingku," kataku, "apa kau melihatnya?"

"Mungkin dia sedang berjalan-jalan keluar," kata Torc, "ah! tadi aku seperti melihat sesuatu yang tampak seperti kucing di taman, mungkin dia sedang bermain di sana, ada banyak kupu-kupu di taman anggrek. "

"Tidak, dia tidak akan berani keluar sendirian, aku melarangnya untuk keluar kamar sendirian," kataku.

Lagipula Mike tidak akan keluar kamar dan meninggalkan jam sarapannya hanya untuk menangkap kupu-kupu. Makanan adalah tujuan hidup Mike bukan kupu-kupu.

Aku mencari Mike di bawah kolong ranjang, hanya ada sebuah kotak kardus kecil di bawah ranjang, kemana kucing pemalas itu pergi?

"Kita harus cepat pergi," kata Torc, "waktu pagi hari saat buah beri masih dingin, adalah waktu terbaik untuk memetik buah stroberi, ayo! ayo! "

"Aku tidak akan pergi sebelum menemukan Mike, lagipula stroberi itu bisa menunggu," kataku.

Aku melirik Torc dan segera mencurigainya.

Sejak tadi Torc terus duduk  melipat kedua kakinya di ranjang, dengan punggung yang bengkok dia menurunkan bahunya hingga perutnya tersembunyi. 

Torc meletakkan tangan kirinya di perut, aku melihat buntalan di balik tangan kirinya.

"Maaf Torc tapi bisakah kau berdiri," kataku.

Mendengarnya, wajah Torc segera menegang, kerutan di wajahnya membesar seolah akan meledak.

"Untuk apa? aku lebih suka duduk," seru Torc.

"Berdiri Torc," kataku.

Torc berkata, "Kau harus cepat makan, dan memetik stroberi atau panas matahari membuat mereka menjadi cepat busuk, lupakan dulu kucingnya, kita … kita bisa mencari kucing itu lagi nanti."

Aku memelototi Torc, kecurigaanku bertambah.

"Torc, turun dari ranjangku," seruku.

Torc menggeleng, dan aku melihatnya! sebuah gerakan kecil yang menggeliat dari balik baju dasternya, aku mengeraskan suara.

"Torc, lepaskan Mike sekarang juga."

Torc menggeleng lambat, aku mengancamnya

"Lepaskan Torc, jangan sampai aku memaksamu untuk melakukannya."

Torc menggerutu sambil menarik satu ujung mulutnya ke atas, dia bergumam pada dirinya sendiri. Torc menggerutu dengan suara pelan.

"Dia pikir dia lebih berkuasa dari Nyonya Lucy, dia baru saja sampai dan mulai ingin mengatur semuanya, dia sama buruknya dengan Samantha."

Aku mulai khawatir Mike akan kehabisan nafas di balik daster Torc.

"Sekarang Torc," seruku.

Torc akhirnya melepaskan tangan kirinya yang dari tadi memegangi perut, lalu dari bawah baju dasternya, Mike menyembul keluar. 

Mike berjalan terhuyung-huyung, dia mengambil nafas dalam-dalam untuk mengembalikan setengah nyawanya yang sempat hilang.

Aku mengambil Mike, memeluknya dan memelototi Torc.

"Apa yang akan kau lakukan padanya?" tanyaku.

Torc menyeringai dan berbohong.

"Kucingmu kedinginan jadi aku menaruhnya di perutku agar dia tetap hangat."

Aku mendelik.

"Kau tidak akan memakannya kan?"

Torc tergagap.

"Tidak, tidak! daging kucing  terlalu kenyal untuk digigit, ulat bulu dan kecoa jauh lebih baik."

Aku mengerang jijik, apa maksud Torc dengan ulat bulu dan kecoa lebih baik?

Torc berkata, "Kau punya kucing yang bagus dia bisa menangkap banyak serangga untuk kita jika diajari dengan benar, serangga-serangga yang lezat."

"Dia tidak akan menangkap serangga untuk siapapun," kataku, "kau tidak boleh mengulanginya lagi."

Torc seperti akan menjulurkan tangannya tapi tidak jadi melakukannya.

Aku mendekap Mike dengan erat.

"Aku ingin mandi, bisakah kau meninggalkanku," kataku.

Dengan wajah tidak senang Torc beringsut turun dari ranjang, menyeberangi ruangan, keluar kamar dan menutup pintu di belakangnya.

Aku pergi mandi lalu memakai kemeja biru tua dan baju kodok jeans berwarna biru muda, dan sepasang sepatu olahraga. Setidaknya untuk saat ini aku terbebas dari sepatu hak tinggi.

Kami memakan sarapan di lantai kamar dan ternyata terasa lebih menyenangkan daripada di meja makan. Kami melahap kentang tumbuk, ikan, tumis kacang panjang, dan apel.

Setelah makan dan kenyang Mike mulai menjadi dirinya sendiri. Setelah beberapa saat tadi Mike tampak pucat dan tidak bicara sama sekali, daging ikan membuat dia akhirnya bisa bicara.

"Nenek itu mengerikan," kata Mike. 

Bisa mendengar Mike bicara, masih terasa aneh di telingaku tapi aku belajar untuk terbiasa dan mulai menyukainya.

"Kurasa nenek tua itu akan memotong leherku, dan mencampurnya dalam sup wartel," kata Mike lagi.

"Namanya Torc, dan dia hanya membekap mulutmu Mike, kurasa dia tidak mengerikan, dia hanya …."

Aku menggigit apelku sambil mencoba mencari kata yang tepat. Aku membayangkan bagaimana hidup dan bekerja dengan punggung yang bengkok dan harus memakai sepatu bot di usia yang sangat tua. 

"Torc itu hanya berbeda kurasa," kataku.

"Kau bisa mengatakan itu, karena dia tidak pernah mencoba memasukkan mu ke dalam panci untuk direbus."

Aku menyeringai.

"Dia hanya memasukkan mu ke dalam bajunya Mike, kurasa dia menyukaimu."

Mike menunjukkan wajah ketakutan. Aku meminum jus jerukku dan berdiri.

"Ayo, Mike! kita harus memetik stroberi."

Episodes
1 Lori
2 Mike, Si Kucing Hitam.
3 Panti Asuhan Nyonya Marta
4 Keturunan Alexandria
5 Tuan Berg
6 Ibu, Ayah Aku Pulang
7 Kastil Bintang
8 Jam Bintang
9 Torc dan Nenek Berusia 157 Tahun
10 Pemegang Kunci Kastil Bintang
11 Pohon Kehidupan Dan Kolam Air Keabadian
12 Pohon Kenangan
13 Mike dan Torc
14 Torc Yang Aneh
15 Rumah Kaca Untuk Buah
16 Mimpi Buruk
17 Torc Berburu Di Malam Hari
18 Rencana Besar Untuk Alesia
19 Menjadi Dewasa Dalam Satu Malam
20 Perang Yang Terjadi Setiap 300 Tahun
21 Lembah Gelap
22 Belajar Menembak
23 Monster Air
24 Tangkapan Besar
25 Jantung Api Tom
26 Menara Pengawas
27 Keluarga Dorian
28 Menyelamatkan Flexi
29 Persetujuan Lomba
30 Busur Cahaya
31 Atap Kastil Bintang
32 Hujan Meteor
33 Patung Pangeran Dari Masa Lalu
34 Pemegang Pedang Alexandria
35 Torc Kabur
36 Pemeriksaan Pupil Mata
37 Dinding Yang Mulai Runtuh
38 Sejarah Keluarga Rudolf
39 Pertarungan Melawan Remus
40 Ralf
41 Rahasia Dari Hutan Raksasa
42 Kebenaran Dan Kebohongan
43 Untuk Putriku Tercinta
44 Kepingan Yang Hancur
45 Amarah
46 Ronald Menghilang
47 Gudang Bawah Tanah
48 Ragnock
49 Musuh Yang Licik
50 Bangsal Pengobatan
51 Kastil Bintang Bergerak
52 Menghadapi Perang
53 Membeku
54 Dongeng Kuno
55 Percikan Api Melawan Tumpukan Es
56 Raksasa Nimbus
57 Jantung Yang Lebih Panas Dari Apapun
58 Kucing Paling Pemberani
59 Menanam Bom
60 Delapan Jam Sebelum Perang
61 Perang Sudah Dimulai
62 Serangan Pertama
63 Monster Gunung
64 Mereka Yang Bertarung Demi Kastil Bintang
65 Jejak Empat Kaki Di Salju
66 Kesedihan Dan Kemarahan
67 Pergi Ke Garis Terdepan
68 Pohon Bibi Dorian
69 Jadilah Anak Pemberani Alesia
70 Kembalinya Pedang Alexandria
71 Janji Pemegang Pedang
72 Jembatan Kebaikan
73 Bella Dan Irian
74 Pria Tua Dengan Jubah Raja
75 Istana Amenthis
76 Lawan Yang Berbahaya
77 Satu Mata Amenthis
78 Sudah Berakhir
79 Nenek
80 Memulai Kembali
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Lori
2
Mike, Si Kucing Hitam.
3
Panti Asuhan Nyonya Marta
4
Keturunan Alexandria
5
Tuan Berg
6
Ibu, Ayah Aku Pulang
7
Kastil Bintang
8
Jam Bintang
9
Torc dan Nenek Berusia 157 Tahun
10
Pemegang Kunci Kastil Bintang
11
Pohon Kehidupan Dan Kolam Air Keabadian
12
Pohon Kenangan
13
Mike dan Torc
14
Torc Yang Aneh
15
Rumah Kaca Untuk Buah
16
Mimpi Buruk
17
Torc Berburu Di Malam Hari
18
Rencana Besar Untuk Alesia
19
Menjadi Dewasa Dalam Satu Malam
20
Perang Yang Terjadi Setiap 300 Tahun
21
Lembah Gelap
22
Belajar Menembak
23
Monster Air
24
Tangkapan Besar
25
Jantung Api Tom
26
Menara Pengawas
27
Keluarga Dorian
28
Menyelamatkan Flexi
29
Persetujuan Lomba
30
Busur Cahaya
31
Atap Kastil Bintang
32
Hujan Meteor
33
Patung Pangeran Dari Masa Lalu
34
Pemegang Pedang Alexandria
35
Torc Kabur
36
Pemeriksaan Pupil Mata
37
Dinding Yang Mulai Runtuh
38
Sejarah Keluarga Rudolf
39
Pertarungan Melawan Remus
40
Ralf
41
Rahasia Dari Hutan Raksasa
42
Kebenaran Dan Kebohongan
43
Untuk Putriku Tercinta
44
Kepingan Yang Hancur
45
Amarah
46
Ronald Menghilang
47
Gudang Bawah Tanah
48
Ragnock
49
Musuh Yang Licik
50
Bangsal Pengobatan
51
Kastil Bintang Bergerak
52
Menghadapi Perang
53
Membeku
54
Dongeng Kuno
55
Percikan Api Melawan Tumpukan Es
56
Raksasa Nimbus
57
Jantung Yang Lebih Panas Dari Apapun
58
Kucing Paling Pemberani
59
Menanam Bom
60
Delapan Jam Sebelum Perang
61
Perang Sudah Dimulai
62
Serangan Pertama
63
Monster Gunung
64
Mereka Yang Bertarung Demi Kastil Bintang
65
Jejak Empat Kaki Di Salju
66
Kesedihan Dan Kemarahan
67
Pergi Ke Garis Terdepan
68
Pohon Bibi Dorian
69
Jadilah Anak Pemberani Alesia
70
Kembalinya Pedang Alexandria
71
Janji Pemegang Pedang
72
Jembatan Kebaikan
73
Bella Dan Irian
74
Pria Tua Dengan Jubah Raja
75
Istana Amenthis
76
Lawan Yang Berbahaya
77
Satu Mata Amenthis
78
Sudah Berakhir
79
Nenek
80
Memulai Kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!