Keesokan harinya, di pagi hari aku terbangun karena merasakan tubuhku terasa sangat panas seolah terbakar, tubuhku basah oleh keringat dan berasap. Lalu, aku menyadari ada yang aneh dengan piyama ku. Kerah piyama seperti mencekik leherku, bagian lengan piyama sobek karena naik ke atas beberapa centimeter hingga hampir mencapai siku, celanaku terasa sesak di bagian pinggang hingga aku sulit bernafas, piyama yang sebelumnya terlalu besar di tubuhku mendadak menjadi terlalu kecil. Aku melepaskan tali karet celanaku agar aku bisa bernafas dan segera turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi. Aku meletakkan kepalaku yang mendidih di bawah air kran yang mengalir lalu meminum air kran sebanyak mungkin. Ketika tubuhku mulai mendingin aku menghampiri kaca kamar mandi dan terperanjat ke belakang, tidak ada yang salah dengan baju tidurku dia tidak mengecil tapi aku yang secara aneh mendadak bertambah tinggi.
Aku tidak bisa mempercayai apa yang kulihat di kaca, seolah aku berubah menjadi orang lain, rambut pendekku secara ajaib tumbuh memanjang hingga melewati bahu, dalam semalam umurku seperti bertambah tujuh tahun. Sehari yang lalu aku masih berumur sepuluh tahun, sekarang aku seperti gadis yang telah berumur tujuh belas tahun.
Aku keluar kamar mandi untuk membangunkan Mike yang melompat dan mengeong kaget ketika pertama kali melihatku.
"Siapa kau?" tanya Mike.
"Tebak siapa?" tanyaku lagi.
"Nyonya Lucy punya cucu perempuan lainnya yang cantik dan sudah besar, tapi dimana Alesia? Apa yang kau lakukan pada Alesia?" seru Mike.
Mike sudah menunjukkan kuku kaki depannya dan bersiap untuk mencakar.
Aku berseru, "Ini aku, Mike! Apa kau tidak mengenali suaraku?"
Mata Mike yang bulat semakin membesar, mulut Mike menganga.
"Ya Tuhan, tidak mungkin!" kata Mike, "bagaimana bisa ini terjadi? Aku pasti bermimpi."
"Ini bukan mimpi Mike aku tumbuh dewasa hanya dalam satu malam."
Aku berdiri merentangkan kedua tanganku yang berubah menjadi lebih panjang belasan centi meter.
"Aku juga tidak mengerti," seruku.
Mike melompat ke atas meja rias, dia terpana menatap perubahanku.
Mike berkata, "Lihat dirimu, dalam sekejap kau berubah menjadi lebih dewasa, kau … jadi … cantik."
"Kurasa itu karena bulu mataku bertambah panjang," seruku.
"Hidungmu juga bertambah panjang, mungkin karena kau suka berbohong," kata Mike meledekku.
Mike mendadak terkejut karena menyadari sesuatu yang buruk.
"Ada apa?" tanyaku.
Mike berkata, "Jika hanya kurang dari seminggu di Kastil Bintang kau sudah bertambah tua secepat ini, mungkinkah dalam sebulan kau akan menjadi nenek-nenek seperti … Torc?"
Aku tidak ingin menjadi Torc! aku harus menemui Nyonya Lucy, dia akan memberitahu apa yang sebenarnya telah terjadi padaku. Nyonya Lucy pasti punya jawabannya.
Aku mengambil Mike, melupakan sepatuku karena pasti sudah tidak muat lagi di kaki ku yang membengkak beberapa nomer.
Aku mencari Nyonya Lucy di ruang makan, kamar kerja tempat aku melihatnya semalam, aku tidak tahu di mana kamar tidurnya jadi aku membuka beberapa kamar yang kosong di lantai tiga tapi tak menemukan Nyonya Lucy di manapun.
"Mungkin dia di rumah kaca," seru Mike.
Aku sedang berjalan menuju ke pintu belakang kastil untuk pergi ke rumah kaca tapi saat aku melalui lorong aku melihat Nyonya Lucy dari jendela lorong. Nyonya Lucy sedang berada di halaman depan duduk di meja taman.
Aku segera turun dan berlari hingga ke aula. Jam bintang sedang berdentang delapan kali aku berlari ke tengah aula dan berhenti sejenak untuk membaca tulisan yang muncul di kaca Jam Bintang:
'Kastil Bintang mempersiapkan rencana, seseorang sudah dipilih.'
Aku merasa kalimat itu ditujukan untukku.
"Apa kau tahu artinya?" tanyaku.
Mike menjawabnya dengan menggeleng.
"Ayo kita ke beranda, Nyonya Lucy pasti tahu jawabannya," seruku.
Nyonya Lucy sedang meminum tehnya, ketika aku menghampirinya.
"Apa yang sebenarnya terjadi padaku," seruku.
Aku merentangkan kedua tanganku yang panjang di depan Nyonya Lucy.
Melihatku bertambah tinggi Nyonya Lucy bangun dari kursinya. Nyonya Lucy hanya mengernyitkan kening sebentar lalu kembali tenang, dia selalu pandai mengendalikan emosinya. Aku tidak pernah bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran Nyonya Lucy, apakah dia terkejut, marah, sedih atau sedang bahagia, perasaan Nyonya Lucy adalah sebuah misteri.
Nyonya Lucy hanya berkata, "Kurasa semua baju barumu sudah tidak bisa dipakai lagi, Alesia."
"Apa dalam satu bulan aku akan berubah menjadi Torc? karena jika ia, aku tidak mau memakai sepatu bot orange aku ingin yang warna hitam," seruku.
Nyonya Lucy menyandarkan punggungnya di pagar, dia menatapku dan berkata, "Sudah terlalu banyak nenek-nenek di Kastil Bintang kurasa mereka tidak akan bertambah lagi."
Nyonya Lucy berusia seratus lima puluh tujuh tahun lebih tapi dia terlihat seperti 30 tahun kurang, aku seharusnya awet muda bukan bertambah tua dalam sekejap.
"Pasti ada yang salah," kataku.
Nyonya Lucy berkata, "Kastil Bintang tidak membuat kesalahan, hanya membuatmu lebih siap, dia mempersiapkan kamu untuk menghadapi apa yang akan datang sebentar lagi, kau bukan anak kecil lagi sekarang, kau gadis remaja."
"Apa yang akan datang sebentar lagi? rahasia apa lagi yang belum aku tahu?" tanyaku.
Aku ingin tahu semuanya!
"Pertanyaan itu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjawabnya. Tapi, pertama, kau harus mengganti bajumu sebelum dia mencekik mu." kata Nyonya Lucy, "kau akan menemukan baju yang pernah dipakai Bella di lemari kamarmu."
Baju ibuku! aku tidak sabar untuk mencobanya.
"Tunggu di sini jangan kemana-mana, aku segera kembali," seruku.
Aku berbalik meninggalkan Nyonya Lucy dan bergegas masuk ke dalam kastil. Aku berlari menaiki tangga dan kembali ke kamarku. Dengan tidak sabar aku membuka lemari baju dan mencari baju yang akan kupakai. Butuh waktu untuk memilih dari deretan baju Bella, karena baju ibuku sangat banyak, aku harus mencobanya satu persatu nanti tapi untuk sekarang aku memilih mengganti bajuku dengan kaos dan celana jeans. Aku bersyukur karena selera ibu dan ukuran bajunya sama denganku. Aku mengikat rambut panjangku ke belakang, aku bercermin sambil menatap foto kedua orang tuaku yang ku letakkan di cermin. Aku membandingkan wajahku dengan wajah ibuku pada hidungnya yang mancung dan matanya yang bulat. Aku membandingkan warna kulit ayahku yang coklat dengan warna kulitku, dibanding hari kemarin aku lebih terlihat seperti anak Irian dan Bella sekarang. Aku bukan anak burung bangau lagi.
Aku memakai jaket kaos berwarna merah dan sepatu kets milik ibuku, saat sudah berada di pintu kamar aku kembali lagi ke lemari baju dan mengambil topi berburu Ayahku, topi itu sekarang tidak longgar lagi di kepalaku.
Aku merasa menjadi cepat dewasa tidak terlalu buruk ternyata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments