Arthur yang masih di makam mamanya
"Ma, apa sebenarnya teka teki ucapan Mama? Sebelum mama meninggal."
"Arthur mencoba mencari jawaban, namun sulit buat Arthur memecahkannya." ucapnya yang frustasi seakan hidupnya. Sebagai permainan seseorang.
"Apa aku tak berhak bahagia? apa aku akan terus berada dalam kumbangan ini!"
Seorang pria paruh bayah, datang menghampir nya. Yang kebetulan juga sedang kemakam sang istri.
Di menepuk bahu Arthur.
"Dasar, cengeng?" Ejeknya dingin.
Membuat Arthur menoleh.
"Buat apa nangis tanah yang tak bernyawa? lebih baik nangis orangnya." ucapnya dengan enteng dan ingin berlalu pergi.
"Stop, Dante," ucapnya kepada pria paruh bayah itu.
"Dasar gak punya sopan santun! kemana perginya ajaran Mamamu?" dengan nada datarnya.
Membuat Arthur mendengkus kesal.
"Apa maksud perkataan, Om?" tanyanya
Pria tersebut tersenyum sinis.
"Kalau ada maunya, manggilnya, Om." sindirnya.
"Jawab om?" ucapanya sedikit kesal.
Dante malah tertawa.
"Cari tau sendiri, ha ha," sambil tertawa menggelegar meninggalkan Arthur dengan wajah binggungnya.
Arthur yang tersadar, berusaha mengejar Dante karena sulit bertemu dengannya.
"Om, aku mohon beritahu aku. Kebenaran keluargaku?" tanyanya.
Dante tertawa remeh.
"Apakah ini, seorang pemimpin mafia yang di takuti di seluruh dunia? memohon kepada orang bodoh sepertiku," Ejeknya.
Arthur yang mendengar itu, hanya diam dia tak perduli.
"Aku mohon, Om!" pintanya.
"Aku akan memberikan tahta mafiaku, jika Om mengin
kanya. Yang terpenting aku tau kebenarannya." ucap Arthur lagi.
Bugh
Dante malah memukul wajah Arthur.
"Bocah tengik, tahta mafia itu adalah milik! Warisan keluargamu, tak bisa mereka mengambilnya cuma karena perjanjian!"
Kobaran emosi wajah Dante, Arthur mengusap sudut bibirnya yang berdarah.
"Terus aku harus bagaimana? Hidup seperti orang bodo yang seperti boneka orang lain. Aku seperti hidup dalam kendali orang lain!" Ucapnya ikut tersulut emosi.
"Kau, kendalikan dirimu. Jadilah kuat untuk melindungi orang-orang yang kau cintai." ucap Dante dingin.
Arthur terkekeh.
"Orang yang aku cintai mereka telah tiada, Om. Yang ada cuma si pendosa." ucapnya sambil terkekeh miris.
Dante yang melihat itu ikut tertawa.
"Apa selucu itu hidupku, hingga kau, menertawakanku?" ucapnya lagi.
"Bodoh, apa yang kau lihat belum tentu kebenarannya." Ucap Dante dan berlalu pergi meninggalkan Arthur.
Arthur yang mendengar kata-kata yang persis di ucapakan mamanya, mengacak-acak rambutnya frustrasi.
"Arrrrghh." Teriaknya. Meluapkan semua emosi. Kata-kata itu begitu sulit Arthur pecahkan.
Dia berjalan dengan gontai menuju mobilnya, mengendarai mobilnya menuju markas.
Dia ingin mengistirahatkan badan dan fikirannya.
Namun saat ia ingin menutup matanya, kenangan cinta satu malam bersama gadis kecil itu berputar di kepalanya,
"Stttt. Hanya memikirkan saja." Arthur segera berlari ke kamar mandi menuntaskan sesuatu yang bangun ingin segera memintak haknya.
¤¤¤¤¤¤¤
Di sisi lain di keluarga Alger
Leon yang baru keluar kamarnya, ingin turun kebawah. Mendengar suara-suara meresahkan di kamar utama. Sang bosnya lagi bercinta.
Leon sambil mengosok telinganya.
"Sttt, gini amat nasib orang jomblo." ucapnya sambil wajah nestapanya.
Dia turun kebawah, menuju ruang santai. Tapi tidak menemukan siapa pun disana.
"Bik, si kembar belum turun?" tanyanya saat melihat maid melintas.
"Udah kok, dari sore tadi mereka main disini." jawabnya.
"Sekarang kemana mereka, Bik?"
"Mereka ada di taman belakang, deket kadang ayam tuan Erlang," jawabnya.
Leon yang mendengar itu, tergesa-gesa menuju kesana Firasatnya buruk.
Si kembar suka melakukan hal-hal aneh.
Sesampainya di taman belakang Leon melihat, si kembar sedang di bawah pohon. Entah sedang apa mereka.
Leon yang terlanjur penasaran menghampiri mereka.
Puk
Leon menepuk pundak mereka, membuat mereka menoleh.
"Ehh ada, Om Leon." ucapnya sambil cengengesan.
"Kalian ngapain disini?" tanyanya sambil menaik turunkan alisnya.
"Sini deh, Om." ajak Keyra. Dengan bodohnya Leon menuruti mereka jongkok di bawah pohon.
Leon semakin heran, mereka berbuat apa disini karena disini tidak ada apa-apa.
"Kalian lagi lihat apa sih, serius amat?" tanya dengan wajah heran.
Kevan yang sedari tadi diam. "Diem deh, Om kita lagi lihat siput. Sedang berkembang biak." ucapnya sambil menujuk siput yang saling tumpang tindih.
"he'em, Kasihan ya, Om mereka sudah Kawin. Tapi gak tinggal serumah." ucapnya dengan nada sedih.
Leon terbengong mendengar ucapan mereka.
Rasanya Leon ingin membuang mereka berdua ke sungai Amazon, kemarin pertanyaan yang bikin pusing.
Sekarang gara-gara, siput yang berkembang biak tak serumah, setelah ini apa lagi.
Leon memegang kepalanya pusing.
"Yuk, masuk sudah mau petang, nih! Nanti banyak nyamuk lo." Ajak Leon.
Mereka berdiri dan berjalan masuk.
Saat di perjalanan menuju ruang tengah, Keyra bertanya lagi.
"Om," panggilnya.
Membuat Leon menoleh.
"Apa, mau tanya apa?" seakan tahu kalau Keyra hendak bertanya lagi.
Keyra cengengesan. "Om, tau aja." ucapnya.
"Udah mau tanya apa?" Tanyanya mencoba menguatkan imannya.
"Om, Obatkan untuk menyembuhkan, ya?" tanya nya di jeda.
Leon yang mendengar mengangguk, sedangkan Kevan sedang menahan tawanya.
"Tapi kok, obat nyamuk malah membunuh, ya. Bukan malah menyembuhkan?" ucap Keyra.
Boom
Leon memegang dadanya, kesabarannya benar-benar di uji.
"Itu kan mengadung racun, rara." ucapnya mencoba sabar.
"Terus kenapa gak di kasih nama Racun aja, kenapa di nama in obat?" tanyanya lagi. Sambil mengetuk-ngetuk keningnya berfikir.
"Ya, kalau di nama in racun, nanti nyamuknya kabur duluan," ucap Leon.
Keyra menganggukan kepalanya.
"Kenapa lo jadi bodoh gini sih?"
Leon yang sudah di ambang batas kesabaran.
"Bodoh itu, obat apa, Om? Keyra belum pernah dengar," ucap dengan kepala di miring kan.
Kevan yang sudah tak bisa menahan tawa nya, terlepas begitu saja. Menggelegar di mansion itu.
Ha ha ha.
Keyra yang melihat itu heran.
"Kak, kenapa gila?" tanyanya sambil bergidik ngeri.
Tuk
Kevan menjitak kening Keyra.
"Enak aja, ganteng gini di bilang gila." ucapnya
"Terus kenapa ketawa sendiri?"
Kevan ketawa lagi sambil menujuk wajah Leon, mereka berdua tertawa lepas melihat wajah frustasi Leon.
Yang membuat mereka terhibur.
"Sumpah, adik lo. mintak di cuci otaknya." ucapnya.
Keyra yang mendengar itu, melihat Leon yang terlihat kesal.
"Boleh, Dicuci kayak baju ya, Om?"
Leon mengusap wajahnya dengan kasar.
"Seterah lo, aja Om pusing." ucapnya sambil terbaring di lantai.
"Eh, Om kenapa. jangan pingsan disini dong." ucapnya mencoba membangunkan Omnya.
"Kak, bantuin nih. Om leon pingsan!" ucapnya.
Kevan yang melihat itu, hanya tersenyum jahil.
"Ayok, kita tinggalin aja, dek." ucapnya sambil menarik adiknya menuju ke atas.
Saat sampai di lantai atas.
"OM AWAS DI CULIK TANTE-TANTE." teriaknya membuat Leon bangun. Dengan wajah binggungnya
Mereka berdua tertawa terpingkal-pingkal. Sambil berlarian ke kamar masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
kartika wayankartika
ini bener"cerita paling ku suka selama ini baca novel,ini paling enak ada lucunya gregetnya semoga selanjutnya begini,nggak bertele tele biar nggak bosen bacanya,seruù
2024-03-28
0