Jhico merangkum wajah Vanilla. Kening mereka menyatu. Ia membiarkan Vanilla meluapkan kesedihannya.
"Menikahlah denganku, Vanilla,"
Jhico bisa merasakan gadis di hadapannya ini langsung membeku setelah mendengar permintaannya. Oh bukan permintan, ini merupakan sebuah perintah darinya. Kalaupun Vanilla menolak, maka Jhico akan terus berusaha mencairkan hati gadis itu. Jhico tidak ingin Vanilla menolaknya untuk yang kedua kalinya.
Jujur, Ia sendiri tidak bisa memastikan perasaan apa yang sedang meletup di hatinya saat ini. Yang pasti, Ia menginginkan Vanilla.
Jhico ingin sosok yang ditatapnya ketika bangun tidur adalah Vanilla, Jhico ingin Vanilla lah yang menjadi pendamping hidupnya, tempatnya pulang pada suasana yang paling nyaman dan menenangkan.
"Aku tidak bisa, Jhico."
Vanilla menggeleng dan akan melepaskan tautan kening mereka namun Jhico menahan. Ia tetap mempertahankan posisi ini.
"Bisa, harus bisa. Kamu akan menikah denganku, Vanilla."
Vanilla semakin menangis. Hingga Jhico menempatkannya pada pelukan hangat. Lelaki itu mengusap punggung Vanilla yang dibaluti pajamas berwarna merah muda yang sejak tadi membuat Jhico tak bisa fokus karena gadis itu sangat menggemaskan ketika mengenakannya.
"Aku mencinta lelaki lain, bukan kamu!"
Kalimat itu lagi yang didengarnya. Dan kalau boleh jujur, Jhico muak! pada saat pertama kali menyampaikan niatnya yang ingin menikahi Vanilla, Vanilla sudah mengatakan itu. Kenapa saat ini keadaannya belum juga berubah? kenapa Vanilla masih mencintai lelaki lain?
Di pesta ulang tahunnya, Vanilla datang bersama Rena dan Raihan. Mereka memberi ucapan selamat pada Jhico yang genap berusia dua puluh enam tahun dan berhasil menjadi dokter di usianya yang masih tergolong muda.
"Aku harap kalian tidak pulang sampai acara ini selesai,"
Raihan, dan Devan yang juga membawa keluarga kecilnya tentu saja terkejut. Tidak mengerti dengan permintaan Jhico yang terkesan tiba-tiba dan aneh.
"Kenapa memangnya?"
"Aku ingin bicara,"
Ia sudah menaruh hati pada Vanilla saat gadis itu baru saja mengalami kecelakaan. Pada waktu itu Jhico sedang mendampingi dokter seniornya untuk memeriksa keadaan Vanilla. Entah mengapa saat melihat Vanilla menangis karena matanya yang rusak, Jhico sangat ingin memberinya ketenangan padahal mereka tidak saling mengenal.
Waktu yang berjalan terasa sangat lamban menurut Jhico. Ia tidak bisa tenang bila keinginannya belum tersampaikan.
Acara selesai, dan Jhico benar-benar melakukan itu. Ia menyatakan perasaannya pada Vanilla. Semuanya kaget mendengar pengakuan Jhico. Raihan bahkan terkekeh tidak percaya. Lelaki muda, mapan, dan tampan seperti Jhico menyukai anaknya yang tidak sempurna ini? tidak mungkin!
Thanatan menatap tajam putra tunggalnya. Jhico tidak mengatakan apapun sebelum ini. Semuanya Ia lakukan tanpa persetujuan Thanatan, Karina, dan Hawra yang malam ini tidak bisa menghadiri pesta ulang tahun sang cucu karena tensi darahnya sangat tinggi.
"Aku ingin Vanilla menjadi Istriku,"
"Aku tidak mau! aku mencintai pria lain,"
Penolakan yang seharusnya menyesakkan hati dan meninggalkan dendam. Namun anehnya Jhico tidak merasakan hal itu. Justru setelahnya Ia banyak berpikir dimana letak kekurangannya sehingga tanpa mengenal terlebih dahulu, Vanilla langsung mengatakan tidak.
Ego lelaki Jhico terluka ketika ditolak mentah-mentah oleh Vanilla. Namun Ia tidak bisa marah. Dan menurutnya itu sangat wajar. Karena mereka belum saling terbuka. Vanilla hanya sekedar tahu namanya, bahkan wajahnya saja belum pernah hadir dalam bayangan Vanilla sama sekali. Dan dengan nekatnya Ia meminta putri kesayangan Vidyatmaka menjadi bagian penting dalam masa depannya.
"Aku tidak bisa, Jhico. Aku sangat mencintai priaku,"
Vanilla berusaha menyakiti lelaki itu agar benar-benar berpikir ulang mengenai rencananya. Ia tidak bisa menjalani pernikahan dengan lelaki yang tidak ada dalam hatinya sedikitpun.
"Tidak masalah. kita tetap menikah dan aku akan menunggu saat dimana kamu mencintai aku," tanpa ragu Jhico mengatakannya. Mau tak mau membuat pertahanan Vanilla sedikit goyah, belum hancur. Ia akan memperkuatnya kembali agar Jhico tidak menginginkannya lagi.
"Jhico..."
Lelaki itu sedikit memberi jarak di wajah mereka. Namun dengan hidung yang masih saling bersentuhan. Jhico menatapnya dalam.
"Ya, Nillaku?"
Sialan! panggilan macam apa itu?!
Seharusnya Vanilla kesal ketika Jhico menyatakan kepemilikannya. Tapi reaksi dari tubuhnya justru bertolak belakang dengan keinginannya.
Ia yang ingin memberi pelajaran pada wajah Jhico dengan memberinya tonjokan, justru malah tersipu. Dan sialnya, Jhico menyaksikan secara jelas ketika rona merah hadir di wajah cantik itu.
Kini Jhico benar-benar melepaskan jeratannya pada tubuh Vanilla. Ia menatap Vanilla dengan raut serius.
"Aku akan memberikan mata untukmu,"
------
HELLAWW, HALOHAA SELAMAT MEMBACA UNTUK SEMUANYA. JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK KALIAN YAAA. TERIMA KASIH :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 441 Episodes
Comments
🍹girl Cancer 🍭
sprt nya akan ada pengorbanan yg begitu dlm krn cintanya....
perjuangan yg hebat bagi pecinta....uuuhuuuuy..
lanjut thor!!!
2021-08-23
1
Dewi Masita
k
2021-03-04
0
Hesti Sulistianingrum
syukaAAA THORRR... 👍👍👍
2021-02-23
0