Adrian menutup pintu mobil dengan kencang. Lovi yang ingin keluar dari pintu mobil yang sama dengannya pun langsung mengurungkan niatnya itu. Beruntung tubuhnya belum berada di sela pintu.
"Ups, sorry." gumamnya dengan santai lalu berjalan memasuki mansion kakek dan neneknya dengan langkah riang.
Sementara Devan sudah menghela napas kesal. Ia menyiapkan pita suaranya untuk mengeluarkan seruan memperingati anak itu.
"ADRIAN, KALAU MOMMY TERSANGKUT DI PINTU, KAMU MAU TANGGUNG JAWAB?!"
Adrian tetap saja melanjutkan langkahnya. Sementara Devan sudah belingsatan. Sepertinya Adrian masih menyimpan kesal pada kedua orangtuanya karena tadi tidak diizinkan untuk ikut ke mansion.
"Adrian mau ikut. Kenapa tidak boleh?!"
"Ini urusan orang dewasa. Adrian tinggal bersama Grandma Senata saja. Andrean juga tinggal di rumah sama seperti kamu,"
"Tidak mau, Daddy!"
Berbeda dengan sang kakak yang tampak terima saja ketika Devan memutuskan itu, Adrian justru menampilkan reaksi yang berbeda.
"Aunty Vanilla akan bertemu dengan calon pangerannya. Nanti kamu jadi perusuh,"
Amarahnya semakin menggebu. Ia tidak terima disebut sebagai perusuh oleh ayahnya sendiri. Dan Lovi tidak membelanya sama sekali malah sekarang terkekeh.
Anak itu menghentak kakinya ke lantai seraya bersedekap dada. Ia juga menatap Devan dengan sinis.
"Adrian ikut! mau ketemu juga dengan calon pangeran Aunty Vanilla,"
Dan akhirnya Devan tidak bisa menolak permintaan raja kecilnya. Devan membawa anak dan istri ke mansion karena akan ada pertemuan dengan keluarga Thanatan.
***
"Vanilla, kekasihmu dan keluarganya sudah datang,"
Suara Devan dan ketukan pintu berhasil membuat Vanilla terperanjat. Ia yang sedang menangisi kisah percintaannya dengan Renald pun langsung mematikan shower dan menjawab kakaknya dengan berteriak.
"Aku akan segera turun. Dan jangan katakan kalau dia adalah kekasihku," suaranya kian melengking ketika mengucapkan kalimat terakhirnya.
Ia mendengus saat mendengar Devan yang tergelak. Sekali lagi Devan mengetuk pintu kamarnya.
"Cepatlah! Jangan lagi bersikap menyedihkan. Kalian akan bahagia, aku yakin,"
"Pergi, Devan! Aku tidak ingin lagi mendengar omong kosongmu!"
Devan menghela napas di luar sana. Ia menyesal telah menuruti ucapan Rena yang memintanya untuk memanggil Vanilla. Gadis itu keras kepala hingga membuat Devan kesal. Ia diusir? Yang benar saja. Hanya Vanilla dan Lovi yang bisa melakukannya hingga saat ini.
Sebelum turun ke lantai dasar, Devan menyempatkan waktu untuk melihat keadaan anaknya yang sudah tertidur padahal katanya ingin berkenalan dengan calon pangeran Vanilla.
Baru sampai setengah jam, mereka sudah masuk ke dalam kamar yang biasa digunakan sebagai tempat mereka beristirahat selama di mansion.
*********
Vanilla turun dengan pakaian tidurnya membuat Rena dan Raihan terlihat jengkel. Terutama Rena, yang langsung melayangkan tatapan tajam pada anak gadisnya. Devan dan Lovi terpaku beberapa saat dan bingung ingin bereaksi seperti apa.
Berbeda dengan Raihan dan Rena, Thanatan dengan Karina justru tersenyum melihat Vanilla yang begitu polos namun tetap memesona walaupun mungkin menurut sebagian orang pajamas bukanlah pakaian yang pantas untuk dikenakan ketika pertemuan keluarga seperti ini.
Sama halnya dengan Thanatan dan Karina, Jhico pun tak henti menatap gadis yang kini duduk di hadapannya dengan wajah datar.
Rena menyenggol lengan anaknya kemudian bergumam dengan emosi yang terasa mencekik di lehernya.
"Pakaian yang harus kamu pakai malam ini sudah Mama siapkan. Kenapa malah menggunakan pajamas, Vanilla? Kamu sengaja membuat Papa dan Mama malu?"
Bagaimana tidak emosi? Gaun mahal dengan model elegan sudah disiapkan Rena khusus untuk Vanilla yang malam ini akan bertemu dengan calon keluarga barunya. Ia berusaha menjadikan penampilan anaknya sempurna malam ini. Lalu yang didapatinya sekarang malah sebaliknya. Vanilla seolah sengaja menurunkan harga dirinya sendiri. Tidak cukupkah Ia menjadi buta sampai harus menjadikan dirinya lebih rendah daripada ini?
Vanilla tidak menjawab Rena. Ia malah meletakkan tongkatnya di bawah meja dengan posisi tubuh sedikit menunduk lalu kembali pada posisi semula. Ia tidak tahu kalau di hadapannya saat ini ada Jhico yang langsung terkejut begitu tongkat untuk Vanilla berjalan terasa menusuk mata kakinya.
Sial!
Rasanya Jhico sangat ingin menegur Vanilla yang seolah sengaja menjadikan tongkatnya sebagai senjata untuk membuat kakinya yang ada bawah meja makan terasa sakit.
"Kamu kenapa, Jhico?"
Lelaki itu gugup begitu ditanya. Ia hanya tersenyum tanpa memberi jawaban.
Namun Raihan tahu kalau Jhico tengah menatap putrinya. Ia yakin Vanilla telah melakukan sesuatu pada Jhico.
"Vanilla, jangan seperti anak kecil!"
Vanilla tahu suara siapa itu. Devan yang sampai kapanpun akan menjadi musuh abadinya.
"Diam kamu--"
"Bisa kita lanjutkan makan malamnya? Kenapa saat kamu datang suasana menjadi ricuh seperti ini?"
Vanilla menelan kembali ucapan bernada kesalnya. Suara tegas Raihan membuat Ia merinding. Saat ini Raihan kembali menjadi sosok yang mampu menaklukan Vanilla.
"Maaf, Thanatan. Kedua anakku memang seperti ini. Aku harap kau mengerti,"
Thanatan tertawa ringan seolah semua itu tidak masalah baginya. Karina pun tersenyum pada Rena.
"Kami tahu hal ini sering terjadi pada kakak beradik. Walaupun Jhico adalah satu-satunya, namun kami sudah sering menyaksikan hal semacam ini. Jhico suka bertengkar dengan para sepupunya saat Ia masih kecil,"
Semuanya terkekeh tak terkecuali Jhico. Vanilla tak habis pikir dengan lelaki itu. Ia sedang menjadi bahan tertawaan orang-orang namun bisa-bisanya ikut larut dalam tawa tersebut.
Jhico tertawa untuk menutupi kepedihannya. Thanatan mengatakan sesuatu yang berbanding terbalik dengan kenyataan di masa lalu. Thanatan dan Karina tidak benar-benar maksimal dalam mendampingi tumbuh kembang putranya.
Berkumpulnya Jhico dengan sepupu lalu pertengkaran kecil mereka, tidak pernah disaksikan oleh kedua orangtuanya yang
tenggelam dalam kesibukan masing-masing.
"Dasar gila!"
Kalau Vanilla masih seperti dulu, mungkin Ia akan berani mengatakannya secara terang-terangan. Tapi sekarang, kalau Ia menyebut Jhico seperti itu apa kata semua orang di sana? Mungkin saja mereka akan menyakiti Vaniilla dengan menyebutkan kekurangan gadis itu.
-------
SELAMAT SIANG MANTEMAN. TERIMA KASIH UDH MAU MAMPIR+KASIH DUKUNGAN.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 441 Episodes
Comments
Dinda Natalisa
Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.
2021-03-05
1
Sony Suprapto
mantap
2021-03-03
2
Yohana Rasmina Hasibuan
Like kak
2021-02-26
1