Ketika sampai di mansion, Adrian menatap kakaknya dengan wajah seolah berbicara 'Benar kataku, uncle ini adalah orang baik'.
Sementara Jhico langsung mematung di balik kemudinya. Andrean dan Adrian pulang menggunakan mobilnya, sementara Revin berada di mobil Dante.
Kedua anak kembar itu keluar dari mobil. Jhico tidak menyangka bahwa mereka tinggal di tempat yang sama dengan Vanilla. Jhico akan selalu ingat bahwa di mansion inilah Ia menemui keluarga Vanilla untuk menyampaikan keinginannya secara serius.
"Daddy kalian dimana? itu mobil siapa?"
Senata membuka pintu dan menemukan cucunya tanpa Devan. Matanya juga memicing saat mendapatkan ada dua mobil asing.
Dante, Revin, dan Jhico turun dari mobil untuk menunjukkan diri sebelum Senata menganggap Jhico dan Dante sebagai orang jahat yang dengan lancang membawa Andrean dan adiknya pulang sebelum dijemput Devan.
"Daddy tidak menjemput. Entah kemana Daddy, mungkin lupa jalan menuju sekolah Adrian,"
"Lalu kalian pulang bersama siapa?"
Rena keluar saat melihat pintu terbuka dan mendengar suara kedua cucunya. Ia tersenyum senang saat melihat mereka sudah pulang.
"Jhico?"
Rena terkejut begitu mendapati lelaki itu. Ia menatap kedua cucunya dan Jhico bergantian. Rena membuka pintu lebih lebar untuk mempersilahkan mereka masuk.
Senata belum kenal dengan Jhico. Sama halnya dengan kedua anak kembar itu yang tertidur saat pertemuan keluarga tempo hari. Andaikan mereka mengenali Jhico sebagai calon suami Vanilla, pasti reaksi Adrian akan berbeda. Begitupun dengan Andrean yang tidak akan ragu ketika ingin diantar pulang tadi.
"Jadi kalian tidak pulang bersama Daddy?"
Mereka kompak menggeleng. Adrian bersedekap dada karena rasa kesalnya belum hilang.
"Adrian akan beri pelajaran untuk Daddy!"
"Jhico..." Rena juga menatap Dante saat menyadari kalau Ia belum mengetahui namanya.
"Saya Dante,"
"Ya, Jhico dan Dante, terima kasih sudah mengantar mereka,"
kedua laki-laki tampan itu tersenyum mengangguk. Pandangan Jhico kembali pada dua anak kecil itu.
"Mereka keponakan Vanilla. Anaknya Devan, Jhico. Kamu belum mengenalinya ya?"
Jhico mengerjap dengan senyum kaku. Ia tidak menyangka akan ada sesuatu yang kebetulan seperti ini. Ia telah berbuat baik pada keponakan calon istrinya sendiri.
Senata tidak mengerti kenapa Rena bisa mengenali salah satunya? apakah mereka merupakan rekan bisnis Devan yang kebetulan mengantar Andrean dan Adrian?
Lovi menghampiri ruang tamu saat dilihatnya keadaan yang lumayan ramai. Di sana ada kedua anaknya dan dua orang yang tidak dikenalinya serta laki-laki yang Lovi ingat adalah calon suami Vanilla.
"Kami pamit dulu,"
"Kenapa cepat sekali pulangnya? oh astaga aku belum menghidangkan apapun untuk kalian," Rena berubah panik bahkan bangkit untuk pergi ke dapur. Namun suara Dante menahannya.
"Tidak perlu, Nyonya. Kami harus menghadiri acara setelah ini," ujar Dante dengan senyum hangatnya.
Lovi bergabung dan tersenyum menyapa Jhico, Dante, dan Revin yang Ia yakini adalah teman anaknya. Mereka terlibat pembicaraan kecil sementara orang-orang dewasa di sana sedikit kaku dan canggung.
Mereka bangkit untuk berpamitan. Sebenarnya Jhico masih ingin di sini. Sejak tadi Ia tidak menemukan Vanilla. Dimana gadis itu? Ingin sekali menatap wajahnya beberapa detik. Hanya untuk memastikan bahwa Nilla-nya baik-baik saja menjelang pernikahan mereka.
Ada rasa khawatir terhadap Vanilla yang tidak bisa diungkapkan oleh Jhico. Bukan hal yang tidak mungkin untuk Vanilla berbuat sesuatu yang bisa membuat pernikahan ini batal. Mengingat ini semua bukan keinginan gadis itu. Dan dilihat dari sikapnya selama ini, Vanilla adalah gadis yang sulit untuk ditebak pikirannya dan juga keras kepala. Bisa saja Ia menerima namun pada akhirnya berbuat kekacauan sebelum hari bahagia itu datang.
"Ya Tuhan jangan sampai itu terjadi," batin Jhico berharap Vanilla benar-benar berbesar hati untuk mencoba menerima dirinya.
Suara orang tertawa membuat mereka semua menoleh. Vanilla datang bersama Jane dan Richard.
Jhico tersenyum tipis. Vanilla terlihat kelelahan namun ada raut bahagia. Gadis itu berjalan bersama Jane yang mengangkat alis menatap mereka semua.
"Calon suamimu, Vanilla."
"hm? maksudmu?"
Jane lebih mendekatkan mulutnya di telinga Vanilla lalu berbisik, "Ada Jhico di sini."
"Kenapa baru sampai? kalian hampir bersamaan dengan Adrian datangnya," ujar Adrian yang senang melihat teman bermainnya selama di mansion sudah datang.
"Nyonya, kami pergi dulu," Dante undur diri mendahului Jhico yang perasaannya masih meletup-letup. Benar-benar hal yang tidak disangka. Ini membuatnya sangat bahagia. Ia sangat senang bisa membantu kedua anak Devan. Ternyata Tuhan memberinya balasan dengan pertemuan ini. Padahal Jhico sudah memantapkan hati untuk tidak menemui Vanilla dulu sampai pernikahan itu tiba. Ia tidak ingin membuat Vanilla muak ketika melihatnya.
Sepertinya Tuhan tidak setuju dengan rencananya itu. Mungkin Ia memang diberi waktu untuk kembali memandang wajah cantik itu secara langsung sebelum status mereka berubah.
Vanilla berjalan santai setelah memaksa Jane untuk membawanya ke meja makan.
"Kamu tidak ingin bicara apapun dengan Jhico?"
Vanilla berdecak dan menarik lengan Jane agar membantu langkahnya ke ruang makan. Mereka melewati tamu begitu saja. Sementara Richard telah bergabung bersama Adrian dan kakaknya yang tadi mengajaknya bermain tapi tunggu tamu pulang dulu katanya.
"Memang mau hadir ke pesta siapa?"
"Salah satu sahabat kami,"
Rena ingin calon menantunya yang mengeluarkan suara. Namun sedari tadi hanya Dante yang melakukan itu. Jhico justru tampak berbeda setelah Vanilla tidak menyapanya padahal Ia yakin sekali Vanilla tahu kalau ada Jhico di sini. Rena melihat Jane yang berbisik pada Vanilla, memberi tahu anaknya itu mengenai kehadiran Jhico.
"Aku boleh bawa Vanilla?"
Semua orang di sana sontak membulatkan matanya. Terutama Senata dan Richard yang tidak tahu apa-apa tentang Jhico. Lelaki itu mengatakan sesuatu yang begitu mengejutkan. Dante pun tidak menyangka kalau Jhico memiliki rencana semacam ini.
"Silahkan saja. Kamu bisa mengajak Vanilla secara langsung,"
******
"Hei, anakmu sudah dijemput belum?"
"ASTAGA! AKU LUPA,"
Raihan segera melempari wajah Devan dengan majalah bisnis yang ada di meja putranya itu. Ia baru saja mendapat telepon dari Rena yang mengatakan kebodohan Devan. Sengaja Ia mengingatkan Devan akan kesalahannya, dan Ia senang melihat Devan kepanikan seperti itu.
"Mereka sudah ada di mansion,"
"Kenapa bisa begitu?"
"Di antar pulang oleh Jhico dan temannya,"
Devan kembali duduk dan menghela napas lega. Ia terlalu sibuk akhir-akhir ini. Sampai melupakan kebiasaan yang tidak pernah Ia lewatkan sebelumnya.
"Kenapa bisa Jhico yang mengantar mereka?"
"Kamu saja tidak tahu jalan ceritanya bagaimana dengan Papa?!"
Deva menggusar kepalanya seraya berbatin, "Mama pasti memberi tahu. Mungkin telinga Papa sedang bermasalah sehingga dia tidak bisa menangkap penjelasan Mama,"
Rena tidak mengatakan secara rinci bagaimana kedua cucunya bisa pulang bersama Jhico. Karena ia tahu Raihan sedang sibuk dan biasanya bila sedang bekerja, Suaminya itu tidak bisa diganggu dengan telepon yang terlalu lama. Lagi pula nanti mereka akan bertemu. Semuanya bisa diceritakan di mansion.
"Aku tidak mau pulang, Pa."
"Maksudmu? kenapa tidak mau pulang?"
"Adrian akan menyerangku dengan membabi buta,"
Raihan terbahak kencang saat mendengar kalimat bernada putus asa dari putranya. Ia baru ingat dengan hal itu. Ternyata Devan sudah membayangkannya. Sampai-sampai memilih untuk tidak pulang. Ini hanya guyonan Devan saja namun sialnya benar-benar terdengar lucu di telinga Raihan.
*****
"Kamu sengaja ingin mempermalukan aku ya?! hah?!"
"Ya Tuhan, Nillaku, aku benar-benar tidak sengaja,"
Tangan Vanilla sibuk membersihkan Sabrina dress yang tidak sengaja ditumpahi green tea oleh Jhico.
Jhico berhasil membawa Vanilla ke pesta ulang tahun Tiano. Ia melakukan ini untuk memperkenalkan Vanilla kepada teman-temannya. Sebentar lagi Ia akan menikah dengan Vanilla dan orang di sekitarnya harus tahu bagaimana sosok Vanilla yang sebenarnya.
Yang membuat Jhico bersyukur adalah, gadis itu bisa bersikap ramah kepada sahabatnya. Perilakunya sangat berbanding terbalik dengan apa yang diterimanya selama ini. Vanilla bisa menempatkan diri dengan baik. Ia sangat friendly dan humble. Sikap dingin itu hanya diberikan Vanilla untuk Jhico.
Vanilla tidak mengganti pakaiannya. Ia mengenakan pakaian yang sama seperti saat kuliah tadi. Sebenarnya sangat tidak nyaman karena Vanilla terbiasa dengan kebiasaan bersihnya. Pikirnya terlalu lama bila harus berganti pakaian dulu. Dan Jhico baru saja menambah ketidak nyamanan itu karena tidak sengaja menumpahkan green tea setelah Ia terpantuk di kaki meja sehingga gelas yang dibawanya tidak seimbang.
"Maaf," berkali-kali Jhico mengatakan itu. Melihat raut Vanilla yang kesal, Ia jadi merasa bersalah.
"Aku mau ke toilet," Vanilla merasa kulit pahanya hangat. Sehingga Ia ingin menyiramnya dengan air.
"Jangan disiram!"
"Tapi tidak nyaman, Jhico! kamu--"
"Oh iya, aku ada obat di mobil. Aku ambilkan dulu ya? kamu mau menunggu sebentar?"
"Kenapa tidak dari tadi kamu menawarkan itu?!"
Jhico tersenyum lalu bangkit untuk segera mengambil obat di mobilnya. Sebelum pergi, Ia mengusap wajah Vanilla. Gadis itu sempat terpaku beberapa saat.
"Ya Tuhan, jantung ini benar-benar sudah ada penyakit. Ternyata bukan hanya buta. Harus diobati secepat mungkin!"
"Kamu kekasih Jhico ya?"
Vanilla mencari sumber suara dengan sedikit kesulitan. Selain karena buta, Ia juga harus menyeimbangi suara musik yang lumayan keras.
Orang yang menyapanya itu tersenyum mengangguk setelah menyadari bahwa penglihatannya sedari tadi benar. Vanilla adalah gadis yang buta.
"Kamu tidak lebih baik dari aku. Kamu yakin Jhico benar-benar menginginkan kamu?"
Ia berdehem sebentar saat menyadari raut Vanilla yang sudah mulai berubah. Tidak berniat untuk mengomentari hubungan orang lain. Namun hanya mengeluarkan pendapat. Tidak salah bukan?
"Maaf, aku tidak bermaksud untuk---"
"Tidak masalah. Aku memang memiliki banyak kekurangan. Tapi dia memilih Aku, bahkan berusaha untuk meraihku. Aku bangga bisa menjadi Nilla-nya,"
-------
AJIBB SI NILLA😂 KIRA-KIRA DIA SIAPA YA? KNP DIA NYINYIR BGT KEK NETIJEN? COBA AYOOO TEBAKKK!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 441 Episodes
Comments
Hesti Sulistianingrum
bagusss nilla... jdi wanita yg tegas... jadi kalo ada bau2 pelakor bs langsung nyingkir 👍
2021-02-28
2
ARSY ALFAZZA
✔️🌸
2020-10-31
1
Seriani Yap
Semangat thor.
2020-09-08
1