Bab.18

"Masuklah dan istirahat, aku harus pergi," ucap Langit saat dirinya dan juga Selia sudah tiba di depan rumah yang mereka tempati sejak awal mereka menikah.

"Loh, memang nya Mas mau kemana? Ini sudah malam, kenapa masih harus pergi?" tanya Selia seolah olah tidak rela Langit pergi lagi, malam ini.

"Aku ada urusan pekerjaan yang tidak bisa aku abaikan. Masuklah, setelah selesai aku akan pulang," jawab Langit tanpa menoleh sedikit pun ke arah Selia.

"Mas yakin akan pulang? Sudah seminggu ini Mas ini tidak tidur di rumah. Apa, pekerjaan lebih penting dari aku dan Liona?" tanya Selia lagi yang mulai tersulut emosi karena lagi dan lagi, Langit tidak tidur di rumah.

"Setidaknya, karena pekerjaan ini lah. Kamu bisa hidup dengan nyaman tanpa kekurangan apapun Selia. Cepat masuklah, aku tidak ingin berdebat karena aku harus segera pergi. Ada klien yang menungguku." lanjut Langit yang semakin membuat Selia emosi.

Selia pun akhirnya keluar dari mobil dengan amarah di dadanya. Bahkan wanita itu sampai membanting pintu mobil demi meluapkan amarahnya.

Sementara Langit sendiri, langsung melajukan kembali mobil nya menuju ke suatu tempat yang sudah tidak sabar ingin dia datangi.

Selia menatap penuh dengan rasa kesal mobil Langit yang baru saja pergi meninggalkan halaman rumah nya. Dengan kedua tangan yang terkepal kuat, wanita itu masuk ke dalam rumah, lalu naik ke lantai dua.

Dimana kamar miliknya dan juga kamar Liona berada. Dengan wajah yang merah padam, Selia pun segera pergi ke kamar putrinya, Liona.

"Braakkk...."

Selia bahkan setengah mendobrak pintu kamar Liona karena amarah di dalam dirinya yang sudah tidak terbendung lagi.

Hingga membuat orang yang berada di dalam kamar putrinya itu terlonjak kaget saat mendengar suara pintu yang di buka dengan begitu keras dari arah luar.

"Bi Imah, sedang apa kamu di sini? Mana Lili?" tanya Selia saat melihat art nya berada di dalam kamar Liona.

"Maaf, Nyonya. Saya baru saja selesai memasukan baju baju Non Lili yang baru selesai di setrika ke dalam lemari pakaian nya," jawab Bi Imah.

"Lalu, dimana Lili? Kenapa jam segini dia tidak ada di kamar nya?" tanya Selia lagi karena tidak menemukan Liona di sana.

"Non Lili tadi di jemput sama supirnya Oma Elda, Nyonya. Oma Elda bilang kalau malam ini Non Liona akan di bawa untuk menginap di rumah utama," jelas Bi Imah yang membuat Selia kaget.

"Apa? Liona di jemput Mang Dadang?"

"Iya, Nyonya. Kalau begitu, saya permisi dulu,"

Bi Imah pun segera pergi meninggalkan kamar Liona. Sebelum Selia dan Langit pulang ke rumah, Liona memang sudah lebih dulu di jemput oleh orang suruhan dari Oma Elda atas permintaan Langit dan itu Langit lakukan tanpa sepengetahuan Selia.

Setelah mengalami banyak nya kejanggalan dan kecurigaan atas sikap dan perilaku sang istri. Langit pun mulai menyelidiki Selia dan kehidupannya selama ini dan betapa terkejutnya langit saat mendapatkan informasi tentang sikap kasar Selia pada Liona selama ini.

Yang bodohnya, semua itu tidak pernah di ketahui oleh Langit saking pintar nya Selia bermain kata dan bermain peran. Bodohnya lagi, saking percaya nya Langit terhadap Selia yang selama ini di anggap lugu dan baik.

Langit sampai tidak pernah memperhatikan dengan teliti tubuh putrinya Liona. Jika di tubuh bagian dalam gadis kecil itu terdapat beberapa luka memar yang baru atau pun yang sudah hampir hilang.

Betapa marahnya pria itu saat mengetahui itu semua dari sang art yang selama ini diam karena takut oleh ancaman demi ancaman yang di lakukan oleh Selia kepadanya.

*

*

Kejadian beberapa jam yang lalu.

"Maafkan saya Tuan. Saya benar benar tidak berani mengatakan semua ini karena takut pada ancaman Nyonya Selia," ucap Bi Imah saat Langit menanyakan perihal luka memar yang tanpa sengaja Langit lihat di tubuh putrinya, Liona.

"Memang nya, Nyonya mengancam apa dan bagaimana?" tanya Langit.

"Setiap kali Nyonya memukul Non Liona, Nyonya selalu mengatakan. Jika saya berani mengadu pada Tuan, maka saya akan di pecat dan saya tidak mau hal itu terjadi. Anak saya masih butuh pengobatan Tuan, jadi saya tidak mau kehilangan pekerjaan ini." jawab Bi Imah dengan lirih.

Karena tidak bisa berbuat apa apa demi melindungi pekerjaan nya. Bukan nya tega, hanya saja. Bu Imah masih membutuhkan uang untuk pengobatan anaknya.

Jadi, mau tidak mau Bi Imah pun akhirnya memilih diam meski tidak tega sebenarnya saat menyaksikan bagaimana gadis sekecil Liona kerap mendapatkan kekerasan dari ibu kandung nya sendiri.

Entah itu kesal karena apa, yang pasti. Selia kerap terlihat kesal setiap kali mendapatkan telpon dari nomor yang tidak di kenal dan kemarahan itu selalu Selia lampiaskan pada Liona.

Bi Imah pun akhirnya mulai menceritakan semua yang dia rahasiakan selama ini dari Langit. Termasuk, Selia yang kerap di datangi oleh pria asing yang belakangan Bi Imah tahu jika pria itu adalah adik ipar dari majikan nya.

Hingga hal itu pun akhirnya memperkuat dugaan Langit tentang Selia yang memiliki hubungan dengan Adam. Entah hubungan yang seperti apa, yang pasti semua itu akan Langit dapatkan setelah mendapatkan laporan dari Awan.

Sayang, entah karena apa sahabatnya itu masih belum juga memberikan laporan tentang penyelidikan nya terhadap Selia dan juga Adam padahal waktu sudah berlalu selama satu minggu lamanya.

Setelah mendengar semua informasi yang di sampaikan oleh Bi Imah. Langit pun kini mulai bersikap jauh lebih waspada lagi dan itulah kenapa Langit menyuruh seseorang untuk menjemput Liona untuk di bawa ke rumah sang Mama.

Itu semua Langit lakukan untuk melindungi Liona dan agar putrinya itu terhindar dari amarah Selia. Karena Langit yakin, saat ini Selia tengah memendam kemarahan terhadapnya karena akhir akhir ini Langit benar benar mengabaikan wanita yang sudah 8 tahun dia nikahi itu.

*

*

"Set..."

"Braakkkk...."

"Hey, kau___"

"Set...."

"Greeppp...."

"Heh, brengsek. Loe mau permainkan gue, hah? Kata loe, loe cuma butuh waktu 3 hari untuk mendapatkan informasi tentang Selia dan juga Adam. Namun, mana? Ini sudah seminggu dan loe masih belum memberikan laporan apapun sama gue. Mau loe apa brengsek? Hah?" bentak Langit yang tidak bisa lagi menahan amarahnya terhadap Awan yang sudah ingkar janji kepadanya.

"Te_tenang bro, santai. Ki_kita bicara baik baik, ok," bujuk Awan yang saat ini, kerah bajunya di cengkram kuat oleh Langit.

"Santai loe bilang? Nasib dan nyawa adek gue terancam dan loe nyruh gue buat santai?loe bener bener cari mati ya Wan?" jawab Langit dengan nada yang begitu geram saat Awan menyuruhnya untuk santai.

"Tenang Lang. Gue tahu loe sudah menunggu terlalu lama. Ok, untuk itu gue minta maaf. Gue punya alasan yang kuat kenapa gue belum bisa berikan laporan itu sama loe,"

"Alasan? Alasan apa, maksud loe?"

"Liona, Liona lah yang buat gue ragu buat serahin laporan itu pada loe Lang." jawab Awan menunjukan sebuah berkas yang ada di meja kerjanya.

Terpopuler

Comments

Brama ary

Brama ary

akhirnya kebuka,,,,

2024-04-23

1

novi a.r

novi a.r

thor lanjutan nya donk.ngarep .com

2024-01-31

1

Herman Lim

Herman Lim

liona anak Adam dan selia

2024-01-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!